Saturday, August 3, 2019

Madah AMAZING GRACE

MADAH "AMAZING GRACE" . . . .

Ini lagu sudah lama ada, karya pujangga dan pendeta Inggris yang bernama John Newton (1725-1807). Baris pertama lagu ini ditulis John Newton 1748, sesaat sesudah dia selamat dari badai dahsyat yang menerjang kapalnya di lepas pantai County Donegal.



Ketika dia merasa akan binasa karena hantaman badai itu, Newton berteriak, memanggil nama Tuhan, memohon kemurahan dan pertolongan-Nya. Dia selamat dari badai itu.

Ketika kapalnya sedang diperbaiki di Lough Swilly, Newton mulai menyusun madah Amazing Grace (AG), baris-baris pertamanya. Newton melihat saat-saat dia merasa akan mati tetapi kemudian ditolong Tuhan, sebagai momen pertobatan spiritualnya.

Bertobat? Ya, dia terserang badai itu ketika sedang menjalankan bisnis perdagangan budak di Atlantik, setelah dia meninggalkan dinasnya di Angkatan Laut Kerajaan Inggris. Dia menemukan kegiatan buruknya ini sebagai saat-saat matanya sedang buta; tetapi oleh pertolongan Allah, akhirnya dia menyadari dosa-dosanya. Matanya celik kembali.

Dia baru betul-betul melepaskan diri dari karirnya ini di tahun 1754/55 ketika dia mulai belajar formal teologi Kristen.

Dia ditahbis menjadi seorang pendeta Gereja Anglikan tahun 1764. Di saat perayaan tahun baru 1773, madah AG dia jadikan ilustrasi dalam khotbahnya. Pada masa itu, AG belum dikenal umum; juga belum ada musik-musik yang mengiringinya.

Madah ini pertama kali diperkenalkan kepada umum tahun 1779, lewat karya kumpulan madah yang dibuatnya bersama pujangga dan musikus William Cowper, berjudul Olney Hymns.

Meskipun sudah dipublikasi, saat itu AG belum dikenal luas. Di Amerika Serikat, madah AG digunakan dengan meluas ketika sedang berlangsung era Kebangunan Rohani Besar Kedua awal abad XIX; dan di masa itu dikenal ada lebih dari 20 melodi untuk lagu ini. Melodi yang dikenal sekarang (yang dinamakan "New Britain") baru diciptakan tahun 1835.

Berikut ini lirik lengkapnya dalam bahasa Inggris:

Amazing grace,
How sweet the sound
That saved a wretch like me.

I once was lost,
but now am found,
Was blind, but now I see.

'Twas grace that taught my heart to fear,
And grace my fears relieved.
How precious did that grace appear
The hour I first believed.

Through many dangers, toils and snares
I have already come,
'Tis grace has brought me safe thus far
And grace will lead me home.

The Lord has promised good to me
His word my hope secures;



He will my shield and portion be,
As long as life endures.

Yea, when this flesh and heart shall fail,
And mortal life shall cease
I shall possess within the veil,
A life of joy and peace.

When we've been there ten thousand years
Bright shining as the sun,
We've no less days to sing God's praise
Than when we've first begun.

Nikmati melodi lagu ini yang dibawakan dengan panflute oleh David Doering di kawasan pegunungan. Pertama kali saya menikmatinya dengan begitu mengesankan. 

Semoga banyak orang dikuatkan dan dicerahkan oleh madah hebat ini, apapun agama mereka. Madah-madah spiritual besar lebih hebat dan lebih universal dibandingkan agama-agama apapun yang dapat dikerdilkan oleh pemeluk-pemeluknya sendiri.

Saya berpikir, Allah yang dipercaya John Newton telah menyelamatkannya dari badai dahsyat bukanlah Allah miliknya pribadi, tetapi Allah yang berkuasa atas jagat raya, Allah yang dipercaya semua agama.

Jika orang ateis tidak percaya pada Allah, ya mereka dapat melihat John Newton selamat dari badai karena kekuatan alam juga; dus, orang ateis dapat juga berbahagia karena John Newton selamat.

Kalau mereka tidak senang dengan apa yang sudah dialami John Newton, bahwa dia selamat dan bertahan hidup, ya mereka yang aneh.

Mereka juga aneh, jika John Newton melepaskan pekerjaannya sebagai seorang pedagang budak, tidak mereka sambut dengan hepi.

Dus, mereka, para ateis, mustinya juga dapat merasakan keindahan madah AG. Jika tidak dapat, ya kehidupan mereka telah dipermiskin oleh mereka sendiri.

Hidup para ateis dapat kering dan melelahkan karena setiap hari mereka harus membawa sebuah kaca pembesar untuk mencari bukti-bukti di setiap jengkal tanah yang mereka sedang jalani, walaupun mereka bukan para ilmuwan, sementara para ilmuwan sendiri setiap hari hidup penuh dengan tawa dan canda dan pada rak buku mereka berjejer banyak buku dan novel fiksi.

John Newton dan milyaran orang lain merayakan Tuhan lewat madah AG, eeeeeh para ateis sedang lelah mencari dan menuntut bukti-bukti tentang Tuhan. Dua gaya hidup yang bertolakbelakang.

Yang satu bernyanyi ceria, segar dan energik, yang lainnya mengernyitkan kening dalam-dalam dengan jantung yang selalu berdebar keras dan panas, dan dengan tubuh yang makin lunglai.

Silakan share tanpa perlu minta izin lebih dulu. Thanks.

Jakarta, 3 Agustus 2019
ioanes rakhmat