Monday, March 27, 2017

Occam's Razor atau Lex Parsimoniae

TUHAN ITU SIMPEL....




Si nona di atas ingin hidup simpel. Itu sudah cukup, katanya. Sementara banyak orang membuat kehidupan mereka jadi rumit, ruwet, ribet, menjelimet, kusut, dan menularkan semua ini ke orang lain. Anda pilih yang mana? Simple atau complicated?




Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya perkenalkan dulu seorang rahib Fransiskan, filsuf skolastik Inggris, yang bernama William dari Ockham. Dia lahir di dusun Ockham, Surrey, Inggris, 1285; wafat 1347 di Munich, Bavaria, Kekaisaran Romawi Kudus. Sang rahib ini beken loh.

Hingga kini William dari Ockham terkenal, antara lain, dalam filsafat epistemologis dan prinsip metodologi keilmuan, yang diungkapnya ringkas, begini: "Entia non sunt multiplicanda praeter necessitatem." Artinya, "Tidak perlu memperumit hal-hal yang sebetulnya tidak rumit."

Pernyataan Ockham itu dikenal sebagai "Occam’s Razor" (atau "Ockham’s Razor"). Dalam ungkapan Latinnya dinamakan "lex parsimoniae", artinya “kaidah yang paling hemat kata”. Kaidah ini bersifat epistemologis, artinya: ikut menentukan KEABSAHAN atau KETIDAKABSAHAN suatu posisi PENGETAHUAN (Yunani: epistēmē).

Jika anda perlu tahu dulu epistemologi itu apa, baiklah saya usahakan sebuah definisi yang saya rumuskan sendiri. Epistemologi adalah "the logical procedure one utilizes to legitimize a scientific proposition or a scientific theory or a scientific hypothesis which should ever be verified."

Aah lebih enak, lebih simpel, ditangkap kalau definisi itu diungkap dalam bahasa Indonesia. Baiklah. 

Epistemologi adalah suatu prosedur logis yang digunakan orang untuk melegitimasi atau mengabsahkan suatu proposisi ilmiah atau suatu teori ilmiah atau suatu hipotesis ilmiah yang harus selalu diverifikasi.

Jadi, untuk mempertahankan bahwa suatu teori ilmiah anda atau sebuah posisi ilmiah anda itu sah, "legitimate", dan benar, anda harus uraikan dan beberkan apa alasan logis anda ("the logic you employ") atau prosedur pengujian logis atau metode yang anda pakai untuk menemukan dan mempertahankan kebenaran atau keabsahan posisi ilmiah anda.

Pendek kata, sesimpel mungkin, epistemologi adalah "logos" atau "logika" tentang keabsahan sebuah "epistēmē", sebuah "pengetahuan".

Biasanya, dalam dunia ilmu pengetahuan empiris, epistemologi yang dipakai adalah EPISTEMOLOGI EVIDENSIALIS (Latin: evidentia, "bukti"): keabsahan atau kebenaran suatu posisi keilmuan atau suatu pengetahuan ditentukan oleh, atau berdasarkan, bukti-bukti EMPIRIS. Artinya: bukti-bukti yang dapat ditangkap atau dicerap lima indra, atau lewat bantuan instrumen-instrumen teknologis seperti mikroskop, teleskop, kamera, spektroskop, atau instrumen sains terbesar di dunia sekarang ini yang dinamakan Large Hadron Collider, dll, atau lewat model-model matematis atau model-model komputer atau model-model statistik, dst.

Dalam epistemologi evidensialis, keabsahan sebuah pengetahuan diuji lewat apa yang dinamakan verifikasi, yakni pengujian berlapis berdasarkan bukti-bukti empiris yang bisa diajukan, teori-teori ilmiah besar yang sudah diterima, dan koherensi logis konstruk pengetahuan yang sedang diuji. Lewat verifikasi berlapis ini, keabsahan atau ketidakabsahan, kebenaran atau kesalahan sebuah posisi pengetahuan akan dapat diputuskan.

Jika tidak berpijak pada bukti, melawan teori-teori besar dan tidak memperlihatkan koherensi logis, maka suatu pendirian yang diklaim ilmiah kehilangan legitimasinya sebagai suatu posisi ilmu pengetahuan, lalu dibuang ke dalam keranjang sampah.

Jika si perancangnya tetap ngotot terus menyebarkan dan mempropagandakan apa yang diklaimnya sebagai "temuan ilmiah" tapi tidak lolos verifikasi, maka dia masuk ke dalam kawanan pseudosaintis.

Atau mereka masuk ke dalam gerombolan pelacur dunia ilmu pengetahuan yang dijuluki "junk scientists", yaitu orang-orang yang mengonstruksi suatu posisi yang diklaim posisi ilmiah berdasarkan pesanan dari penguasa politik dan/atau dari kalangan berduit untuk menggolkan tujuan-tujuan politik dan ekonomi mereka. 

Mereka mengagungkan apa yang dengan aneh dinamakan "post-truth", yakni pemutarbalikan kebenaran yang sudah diuji oleh ilmu pengetahuan, lalu menyebarluaskan pemutarbalikan kebenaran atau info dan data palsu hasil rekayasa ini dengan memancing dan memanfaatkan emosi dan perasaan manusia yang dibuat tidak terkontrol lagi oleh kebenaran, fakta dan etika.

"Junk scientists" adalah orang yang tak berakal, orang bodoh, lantaran hanya berpikir di jalur pesanan. Orang cerdas tak ada yang mau diperlakukan begitu atau memperlakukan diri begitu.

Di mana-mana dengan cepat para pelacur di dunia sains ini terlempar dengan sendirinya dari komunitas ilmuwan lokal, apalagi dari komunitas para ilmuwan tersohor dunia.

Nah, sekarang fokus kembali pada Occam's Razor. Kaidah Occam ini mencakup tiga unsur elementer dalam dunia sains.

Pertama: Jangan membuat rumit hal-hal yang sebenarnya tidak rumit.

Kedua: Teori yang paling mungkin benar adalah teori yang paling ringkas dan paling sederhana dari antara teori-teori yang ada yang lebih berbelit dan rumit.

Ketiga: Jika anda mau menjelaskan apapun, mulailah selalu dengan memakai hal-hal yang secara empiris sudah diketahui, jangan membuat lompatan-lompatan iman yang tidak memerlukan bukti-bukti dan teori-teori besar saintifik, tetapi penuh dengan asumsi-asumsi.

Makin banyak asumsi yang dibangun, makin rumit dan ribet jalannya dalam orang mencari kebenaran; dan semakin lemah fondasi kebenaran yang diklaim, lalu akhirnya klaim kebenaran ini amburadul dan ambruk. 

Makin sedikit asumsi dipakai dalam sebuah penjelasan atas suatu fenomena, penjelasan yang hemat kata dan sederhana ini makin diperlukan untuk menjadi sebuah pilihan ilmiah yang didahulukan. Saya sebut ini "preferential option for the simple".

Itulah Occam’s Razor yang perlu diingat terus jika anda masuk ke dunia sains empiris. Sebagaimana pisau cukur ("razor") dipakai untuk memangkas, Occam's Razor menyadarkan kita untuk memangkas hal-hal yang ribet dan rumit, alhasil hal-hal yang simpel akan kita peroleh.

Dengan demikian, Occam's Razor berfungsi heuristik (dari kata Yunani heuriskein, artinya "mencari"), sebagai suatu filosofi penuntun yang kita terapkan di saat kita harus memilah-milah dan mencari-cari dan menjatuhkan pilihan di antara banyak pilihan, mulai dari pilihan yang sangat rumit dan menjelimet hingga pilihan yang simpel, gamblang, praktis dan paling ekonomis.



Ilustrasi bedanya "simple" dan "complicated". Ditambahkan 27 Agustus 2021


Pikiran yang kusut, menjelimet, dan penuh asumsi dan prasangka, tidak pernah bermuara pada kebenaran dan ilmu pengetahuan, tapi menjadi sebuah sumber kerumitan dan kesesatan. Orang yang berakal, tak bisa kusut dalam berpikir. Jika suatu pikiran tampak kusut, si pemikirnya tentu bodoh, tak berakal dan tak mampu bernalar.

Ilmu pengetahuan justru ada untuk membawa manusia keluar dari kerumitan, dari ketakberakalan, dari kebodohan, dan membuat kehidupan jadi lebih mudah dan lebih simpel dijalani.

Jika seorang bodoh menolak ilmu pengetahuan, bahkan membencinya, maka kebodohannya menjadi tanpa batas, kedalaman dan ketinggian kebodohannya tak terukur. Sebaliknya, jika seorang cerdas terus-menerus haus dan mencari dan menimba ilmu pengetahuan dan mengembangkannya, maka kecerdasannya terus tumbuh makin tinggi dan makin rimbun, tanpa pernah berakhir.

Teman-teman Muslim tentu tahu sebuah kaidah fikih yang menyatakan: “Yassiru walaa tu ‘assiru.” Maksudnya: Permudahlah, jangan dipersulit.

Tidak usah dibuat ribet dan rumit, kalau sesuatu itu sudah simpel. Jika diperlukan, malah buat lebih simpel lagi. Ini kurang lebih serupa dengan ucapan sosok besar mendiang Gus Dur yang kita semua sudah tahu, “Gitu aja kok repot!” Kalau dicocok-cocokkan, ya mirip Occam’s Razor.

Nah, menjelang hari pencoblosan dalam Pilkada DKI 2017 putaran kedua, saya merasakan dan melihat hal bagaimana orang musti beragama itu, khususnya di DKI Jakarta, sedang menjadi sesuatu yang pelik, rumit, ribet dan kehilangan kesimpelannya.




Saking rumitnya beragama di Jakarta, ada pihak-pihak yang membuat sebuah meme yang bergambar pocong-pocong berkafan kain putih yang sedang berjalan ramai-ramai dalam sebuah barisan di jalan raya. Tentu anda tahu maksud dan latarbelakang meme itu dibuat dan disebarkan.

Ya, meski seagama, jika pilihan politik berbeda, maka orang yang memegang posisi politik yang berbeda ini, jika mati, diancam tidak akan menerima pelayanan ritual bagi mayat mereka. Alhasil, mayat-mayat harus urus diri mereka sendiri. Karena syahwat politik, agama dijadikan alat yang digunakan semena-mena. Ribet, rikuh, kusut dan menyakitkan hati, ya bagi mereka yang mempertahankan kejujuran, kesimpelan dan spiritualitas agung sebagai nilai-nilai luhur. Politik tanpa etika memang memporak-porandakan agama apapun.

Memang sejak dulu, ihwal beragama itu, hal "being religious", senantiasa dapat menjadi sesuatu yang rumit, menjelimet, sangat bikin ribet dan rikuh. Sudah pasti, oleh para pemuka agama-agama yang tak visioner, hal beragama itu dibuat pelik, rumit, kusut, berbelit dan ngelibet di sana-sini, bahkan sering melawan akal sehat, apalagi akal ilmiah, hanya untuk menggolkan kepentingan-kepentingan partisan mereka sendiri.

Timbul pertanyaan: Apakah Tuhan YMBaik, Al-Rahman dan Al-Rahim, YMTahu, adalah Tuhan yang rumit, ribet, dan berbelit, dus juga Tuhan yang membuat segala hal menjadi sulit, rumit, berbelit, melilit dan membelit, serta senang bikin rikuh dan bikin ribut?

Hemat saya, Tuhan itu tidak demikian. Tuhan itu simpel, dan ingin segala sesuatu dalam kehidupan manusia juga simpel, tidak rumit, tidak ribet, dan tidak berbelit. Keributan umumnya buah kerumitan dan keribetan. Syukurlah, God is simple. Simpel karena God is love. Satu kata saja: love. Cinta. Sufi besar Rabiah Al-Adawiyya jauh-jauh hari telah melihat ini.

Kita semua tahu, apalagi Tuhan, bahwa kehidupan yang rumit dan berbelit-belit membuat siapapun, termasuk para penguasa dan para konglomerat, apalagi rakyat kecil yang miskin dan kumuh, terperosok ke dalam parit stres dan depresi. Sudah pasti, dalam parit ini tubuh dan jiwa terus mengkeret lalu koit.




Tahukah anda dua pernyataan berikut ini? Yang satu diucapkan Albert Einstein bahwa "Saat solusinya simpel, itulah jawaban Tuhan." Lalu yang kedua dikatakan oleh Leo Tolstoy bahwa "Hal yang dibutuhkan, dibuat Tuhan simpel. Hal yang rumit, dibuat Tuhan tidak dibutuhkan." 

Kesimpelan dalam dunia sains ditekankan oleh Jacob Bronowski ketika dia, dengan mengacu ke Albert Einstein, menulis bahwa 

“Einstein adalah seorang yang dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang luar biasa sederhana. Dan apa yang diperlihatkan oleh karya-karyanya adalah bahwa ketika jawaban-jawabannya juga sederhana, maka anda dapat mendengar Allah yang sedang berpikir.” 

Ya, Tuhan YMBaik itu, sang Cinta kudus, sepemikiran dengan William dari Ockham.

Karena mencari penjelasan-penjelasan yang simpel dengan berdasar bukti-bukti, bukan berdasar asumsi-asumsi yang serba menjelimet, atas berbagai fenomena alam raya, ilmu pengetahuan mudah sekali maju dan berkembang. Catat, "simpel" itu bukan "naif". 

Orang yang naif adalah orang yang tidak banyak pengetahuannya, penuh prasangka, tidak punya pengalaman, tidak punya kemampuan berpikir dengan cermat, tidak arif, dan kerap hantam kromo. Berbicara asal jadi, asal bunyi.

Orang yang berpengetahuan luas dan banyak pengalaman, serta memiliki kearifan, wisdom, selalu berupaya berbicara simple, menjelaskan dengan gamblang, menjauh dari pemborosan kata, rendah hati, dan memperlihatkan kehidupan yang sederhana tetapi mulia. Banyak intelektual besar Indonesia menjalani kehidupan mereka sesimpel mungkin. 

Nah, saya kira, jika agama-agama mau juga maju, tidak ketinggalan zaman, tak berubah jadi undur-undur yang berjalan cuma mundur, Occam's Razor juga perlu dibawa masuk ke dalam dunia agama-agama.

Kalau seorang petarung renang mana pun memakai baju renang yang gombrong dan terus bikin ribet dan membelit-belit anggota-anggota tubuh, pasti dia akan kalah telak saat bertarung dengan seorang perenang lain yang berpakaian renang yang sangat ringkes dan menempel ketat pada tubuh.

Beragama itu ya berenang dengan gesit dan tangkas, melaju cepat, makin maju jauh dan jauh ke depan, di lelautan cinta kasih Tuhan, di samudera kemahatahuan Tuhan sebagai sumber besar segala ilmu pengetahuan dan kearifan.

Berenang untuk apa? Ya untuk rekreasi, untuk menciptakan hidup kita baru terus-menerus, dan untuk membawa dan meneruskan lebih jauh dan lebih luas lagi cinta kasih Tuhan Yang Maha Baik dan kemahatahuan Tuhan Yang Maha Tahu lewat ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan tahap demi tahap.

Simpel gitu kok. Bak makan sepiring nasi dengan lauk sambel dan pecel doang.

Jakarta, 27 Maret 2017

Baca juga

Salam,
ioanes rakhmat


Thursday, March 23, 2017

Mama, engkau tidak boleh menjadi tua!
Jangan sampai menangis ya!

Mama, aku tak mau kamu jadi tua!

Usia tambah, tubuh jadi jompo, degeneratif, menua, adalah hal lumrah dalam jagat raya, untuk segala hal, yang biologis dan yang nonbiologis. Karena bekerjanya ENTROPI atau The Arrow of Time dalam fisika.

Akibat entropi, sistem biologis tubuh anda lambat-laun masuk ke kondisi chaotic, kehilangan harmoni dan sinkronisasi, lalu akhirnya collapse dan terdekomposisi, terurai berantakan.

Menjadi tua, lalu mati, bukan kutukan, kutukan dewa atau kutukan setan, tapi bagian dari hukum-hukum fisika. Tetapi akan tiba saatnya, proses penuaan tubuh dan mental manusia bisa dilawan dan dikalahkan lewat ilmu pengetahuan tentang hidup kekal. Tapi, hidup 2000 tahun atau hidup tak bisa mati, apakah bukan sebuah azab juga? Saya tak bisa menjawab pertanyaan berat ini sekarang.

Kanak-kanak, saya juga dulu di usia 6 tahun, kaget saat pertama kali tahu bahwa manusia bisa tua lalu mati. Pangeran Siddhartha Gautama, menurut legenda Buddhis, tersentak dengan soal ini malah ketika dia sudah dewasa, saat dia pertama kali, di luar istana ayahnya, melihat seorang kakek jompo yang sedang berjalan bungkuk dengan susah payah dan iringan orang-orang yang meratap yang sedang mengantar sebuah keranda jenazah yang diusung.


Jadi, bagi anak-anak dan bagi orang dewasa, bagi semua orang, hal menjadi tua lalu mati (atas diri sendiri dan juga atas orang yang dikasihi), adalah suatu pengetahuan tentang fakta yang menimbulkan rasa takut yang dahsyat. Mengerikan. Menimbulkan rasa duka yang sangat dalam. Ini baru pengetahuan, apalagi faktanya.

Ini bagian dari "Big Questions", pertanyaan-pertanyaan besar, tentang kehidupan. Mengapa kita lahir, lalu masuk ke umur jompo, lalu akhirnya menjadi mayat, mati? Apa sebetulnya tujuan kita dilahirkan? Apakah memang ada tujuannya, ataukah kebetulan saja kita dilahirkan tanpa kita minta?

Pelan-pelan anak-anak akan juga bisa menerima fakta kematian kekasih-kekasih mereka. Tapi masih banyak Big Questions yang akan menerjang pikiran dan hati mereka sementara mereka bertumbuh dewasa.

Orang-orang yang berilmu dan arif perlu membimbing mereka untuk mereka dapat menemukan sendiri jawaban-jawaban yang bermakna untuk mereka atas berbagai pertanyaan eksistensial besar yang bermunculan satu demi satu dalam perjalanan kehidupan mereka. Tanpa jawaban yang bermakna, kehidupan mereka akan kehilangan energi pendorong.

Nah, supaya anda dapat hidup bermakna, dan mumpung anda sekarang masih muda dan masih hidup, ya berbuat baiklah sebanyak-banyaknya untuk membuat duka dan azab berkurang dalam dunia ini. Supaya rasa takut hidup teratasi, apalagi rasa takut mati, dalam diri orang banyak, dan khususnya dalam diri anda sendiri. Makna hidup ada di situ, tidak di kegiatan lain yang hanya mempertontonkan ketamakan, kemewahan, dan kebrutalan anda.

Mati meregang nyawa itu cuma sekejap, paling lama 10 menit. Tapi hidup itu, dengan semua suka duka dan azab yang banyak, panjang loh. Bisa sampai 70 tahun atau 120 tahun, bergantung pada sekian hal: jam biologis kehidupan kita seluruhnya, cara kita hidup, cara kita memelihara kesehatan, keamanan atau ketidakamanan hidup kita sehari-hari, kondisi lingkungan hidup kita, dan peristiwa-peristiwa yang datang tak terduga.

Jelas, berani mati itu gampang, cuma butuh waktu sekejap. Tapi berani hidup itu, sangat sulit, perlu waktu puluhan tahun untuk bisa menang dalam kehidupan yang penuh azab dan pergumulan.

Jadi, dalam kehidupan normal sehari-hari, beranilah hidup, bukan berani mati. Hanya orang pengecut yang berani mati, tapi tidak berani hidup.

Apapun juga, karena setiap orang bisa mati detik ini juga atau mati mendadak tanpa persiapan, ya selagi nafas dan energi tubuh masih ada, berbuat baik dan sebarkanlah kasih sayang ke sebanyak mungkin orang. Itulah makna kehidupan kita. That is the meaning of our lives! Jalani hidup yang bermakna semacam ini dengan berani!

Bagikanlah dengan berani apapun yang baik dan bermanfaat yang anda punya ke orang lain yang memerlukan, mulai ke orang yang terdekat hingga ke orang yang terjauh. Di depan mata anda, atau jauh di belahan lain dunia. Di era Internet, mata anda bisa ada di seluruh dunia.

Saatnya kita mati akan tiba juga. Saatnya kita ditangisi dengan penuh duka pasti akan terjadi. Saatnya kita tidak bisa tertawa dan tidak bisa menangis lagi, akan pasti datang. Saatnya kita tidak bisa lagi hidup gemerlap, tidak bisa lagi makan enak di resto-resto besar, dan tidak bisa lagi keliling dunia dengan biaya ratusan juta hingga milyaran rupiah, AKAN JUGA DATANG, bisa detik ini, bisa juga besok atau lusa. Yakni ketika kita sudah menjadi mayat. Datangnya bisa senyap, bisa juga dengan keriuhan kata, hiruk-pikuk, dan banjir air mata. Hidup memang begitu. Begitulah hidup.

Saat kematian tiba, dan tubuh anda sudah terbujur kaku dan dingin, madah dan ritual keagamaan tidak bisa anda dengar dan rasakan atau pahami lagi. Mati adalah "the point of no return", masuk ke rumah ketiadaan dan kesunyian.

Madah hanya menghibur orang yang hidup, dan ritual cuma menjadi kesibukan agama. Mayat tidak memerlukan penghiburan, juga tidak butuh ritual. Supaya anda yakin, tanyailah setiap mayat, jangan tanyai orang yang sedang sekarat karena mereka juga tak bisa menjawab.

Ya, orang lain sibuk dan repot dan bikin ribet di sekitar mayat kaku anda. Tapi semuanya itu tidak ada lagi gunanya buat anda, tak lagi berpengaruh pada mayat anda. Dan "anda" sendiri sudah bukan "anda" lagi. You don't exist anymore. Ke mana "anda" pergi, no one knows! Or else, most people know, you go to nowhere. You have finished. You have arrived at a house of nothing, a home of stillness.

Ketika ajal datang, tubuh kita yang sexy, rambut kita yang indah, tas tangan kita yang berharga ratusan juta rupiah, atau tubuh anda yang kokoh dan kekar, tidak akan dibawa. Begitu juga semua harta, termasuk rumah-rumah mewah dan tanah-tanah anda yang luas di banyak lokasi di dalam dan di luar negeri, dan bergunung-gunung uang simpanan anda, tidak bisa anda pakai lagi.

Kita cuma butuh tanah paling luas 3m x 3m, sebagai lahan rumah masa depan, yang dinamakan KUBURAN atau MAKAM.

Kalau tubuh anda berakhir sebagai setumpuk kecil debu halus hasil kremasi, lewat pelarungan sisa-sisa tubuh anda sebagian tertebar di permukaan air laut dan sebagian lain terhembus angin entah ke mana, mungkin terbang ke dunia bintang-bintang, entah bagaimana caranya.

Atau jika ongggokan debu halus sisa jasad anda dimasukkan ke dalam sebuah guci yang sesudahnya ditutup rapat, rumah masa depan anda ya guci itu yang dibiarkan tenggelam sampai di dasar laut dangkal.

Atau bisa juga rumah idaman masa depan anda cuma sebuah kotak tempat orang menitipkan guci-guci debu mayat dengan kewajiban membayar.

Sedihkah anda saat membaca apa yang baru saya ungkap di atas? Kalau sedih, ya tidak apa-apa. Di dunia ini sangat banyak kok orang yang bersedih lantaran sangat banyak hal. Sedih, pedih dan ringkih tertatih itu bersaudara. Bagaimana dengan orang-orang yang punya kekuasaan besar dan harta yang sangat banyak jumlahnya?

Kekuasaan politik, kekuatan militer dan paramiliter, kedudukan tinggi hingga ke langit, nama yang bergelar panjang berlerot, harta simpanan setinggi Gunung Everest, dan para dayang sexy, atau para pria muda nan jantan mitra seksual anda, yang sebelumnya anda kejar dengan ambisius dan dengan mengorbankan marwah diri, lalu anda peroleh dan pertahankan lewat perbuatan keji kepada banyak orang lain dan lewat pembunuhan, AKHIRNYA HARUS ANDA LEPASKAN DAN TINGGALKAN TOTALLLLL! Kalau semua itu anda mau angkut ke alam kubur, ya tidak akan muat. Jika mau anda bawa lewat jasa kirim FedEx, ya alamat tujuannya di alam baka tidak ada yang tahu.

Fakta ini juga akan membuat anda lebih sedih lagi: Kalau hari ini kita masih hidup, besok belum tentu. Kita hanya percaya saja bahwa besok atau di tahun 2018 kita masih akan hidup. Kepercayaan kita ini BISA TIDAK TERPENUHI. Boleh percaya, tapi jangan sekali-kali mengabsolutkan kepercayaan anda itu.

Anyway, tariklah nafas dalam-dalam sekarang, bernyanyilah dalam hati, pujilah Tuhan anda, gembirakan hati anda, berpikirlah positif dan optimis.

Lalu berjalanlah ke luar. Masuk ke tempat yang lebih ramai di luar rumah anda atau di luar ruang kantor megah anda. Keluarlah dari zona aman dan mewah anda.

Ada sekian orang yang sedang menunggu uluran tangan anda di sana, di luar. Wajah mereka kuyu. Mata mereka sembab. Tangan dan kaki mereka gemetar karena kelaparan. Baju mereka lusuh dan apek.

Atau mereka sedang meratap pilu karena negeri mereka telah luluh lantak lantaran pertikaian agama.

Wujudkan kebajikan di sana. Buat kebaikan hati anda dialami real oleh mereka. Love your fellow human beings intelligently. Cintai sesamamu manusia dengan cinta yang cerdas.

Orang jahat terlalu lihai dan licik untuk dicintai oleh anda dengan lugu. Ada banyak orang jahat jenis ini, yang tidak luluh oleh cinta. Jika anda dengan lugu mencintai orang jenis ini, cinta anda yang tidak cerdas, meski ikhlas dan tulus, malah akan mereka permainkan untuk membuat diri mereka makin sadis dan brutal.

Meski begitu, jangan melihat sesamamu yang sedang menanggung azab, yang sedang susah, sebagai gangguan, sebagai ingus, sebagai kutil, sebagai sebungkus sampah kulit udang, sebagai beban berbau busuk yang membuat anda mual lalu bersumpah serapah dan mencaci dalam hati. Sekali lagi, cintai mereka dengan cinta yang cerdas, cinta yang melek, tidak buta, tapi tulus dan ikhlas.

Kata para sesepuh, Tuhan anda kerap datang lewat diri mereka. Menyamar. Menitis. Mengambil wujud fisik. Jadi, jika anda mencintai Tuhan anda, usahakan untuk mencintai mereka dengan cinta yang tulus, ikhlas, melek, dan cerdas.

23 Maret 2017

Stay blessed.

ioanes rakhmat



Thursday, March 9, 2017

Sudah tahukah anda Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)? Semoga sudah!

PTSD singkatan dari “post-traumatic stress disorder”, artinya “gangguan stres pasca-trauma”. Trauma artinya “luka ragawi”, atau “pengalaman mental yang sangat menghancurkan jiwa”.

PTSD adalah suatu gangguan mental yang serius, yang timbul karena pengalaman-pengalaman traumatik di masa sebelumnya. Baik pengalaman kejiwaan maupun pengalaman fisik. Sebagai suatu gangguan psikiatrik, PTSD timbul berkepanjangan, terus-menerus datang setelah si penderita mengalami “kejut dan kesakitan mental dan raga” atau “trauma” yang berat.


PTSD penting untuk kita ketahui, sebab pengetahuan ini mungkin bisa membantu kita untuk membangun masyarakat Indonesia yang lebih teduh. Masyarakat yang tidak anarkhis, tidak chaotic. Dan kelompok-kelompok yang sukanya memecahbelah dan mengadudomba sesama WNI yang berasal dari anekaragam latarbelakang SARA, tidak lagi bisa berbuat semau mereka. Tidak sedikit dari antara mereka juga terkena PTSD.

Trauma akar yang memicu PTSD adalah kejadian-kejadian yang berat di masa sebelumnya, atau yang nyaris merenggut nyawa si penderita. Misalnya: menyaksikan pembunuhan, atau nyaris terbunuh, mengalami kecelakaan berat, berada dalam situasi perang, penganiayaan, kekejaman luar biasa, atau mengalami pelecehan seksual di masa kecil atau ketika dewasa, atau berada dalam situasi teror, kerusuhan besar, pertumpahan darah, bencana alam yang dahsyat, dll.

Semua peristiwa buruk ini membekas kuat dalam pikiran dan batin. Ditekan dan dipendam ke alam bawah sadar, tapi selalu muncul lagi ke permukaan, entah berupa mimpi buruk kilas-balik, kegelisahan luar biasa di saat tidur, gangguan tidur yang serius, atau berupa halusinasi dan visi-visi yang menyeramkan, atau ketakutan dan kepanikan, kehilangan kontrol diri, dan kondisi gampang kaget dan ingin lari.

Ingatan tentang semua peristiwa traumatik itu tak bisa dihapus, tapi muncul terus sebagai kilas-balik yang mengakibatkan sejumlah gangguan mental berkepanjangan: rasa gelisah, cemas, takut, stres, kenangan yang muncul membandel atas masa lalu yang mengerikan, keinginan lari dari realitas, isolasi diri, sensitivitas perasaan mati, tak bisa percaya orang, ketaktahuan sedang merasakan apa dan harus berbuat apa, kondisi tak bisa bekerja, tak dapat berkonsentrasi, tercekam perasaan dan pikiran harus terus siaga dan waspada, akhirnya putus asa, depresi, yang mendorong pasien untuk lari dari realitas atau mencoba bunuh diri. In short, PTSD tampak dalam empat simtom yang berkaitan satu sama lain, tapi muncul tidak linier. 1. Re-experiencing symptoms Peristiwa mengerikan di masa lalu yang tetap membekas selalu dirasakan dialami kembali, bisa muncul begitu saja, dan bisa juga karena ada pemicunya. Bisa sebentar, bisa juga berlarut-larut. Kedamaian jiwa sirna. Dunia terasa mencekam, tidak bersahabat. Seolah dibawa sebuah mesin waktu, mengalami kilas-balik, kembali masuk ke masa lampau saat peristiwa-peristiwa traumatik semula betulan dialami. 2. Avoidance and “numbing” symptoms Si penderita ingin selalu menghindar dari orang atau hal-hal yang dapat memicu ingatan kembali trauma masa lalunya. Menjauhkan diri dari relasi sosial. Memilih hidup terisolasi. Menyendiri. Tertekan. Depresi. Pasif total. Saat diminta untuk menjelaskan apa yg sedang dirasakan dan dipikirkan ketika PTSD datang, si penderita merasa mati rasa, dan pikirannya dirasakan sudah tak bekerja lagi. Mati rasa dan mati pikiran. Tak tahu dan tak berdaya harus berkata apa, atau harus berpikir apa, atau berbuat apa atau merasakan apa. Seolah semua indra, kehendak, dan kemampuan kognitif dan emosi telah lumpuh, tidak hidup lagi, mati. “Numbing” ini bagian dari “avoidance”. 3. Hyperarousal, or increased emotional arousal, or increased feeling on guard and alert symptoms Orang yang terkena PTSD selalu membangun sikap waspada dan siaga yang sangat tinggi terhadap segala sesuatu yang dilihat, dialami atau yang sedang mendatangi dirinya. Selalu curiga dan was-was. Dia sangat khawatir kejadian traumatik di masa lalunya terjadi lagi yang dibayangkannya akan menyiksanya kembali.

Karena itu dia selalu supersiaga, superwas-was, superwaspada, paranoid, seolah sikon buruk yang dulu dialami akan segera terjadi lagi. Jiwa para veteran perang banyak yang terganggu dan mereka merasa seolah perang belum selesai. Suasana pertempuran yang mencekam seolah akan dialami lagi. Kecelakaan seolah akan terjadi lagi. Darah seolah akan membanjir lagi. Seolah si penderita akan dianiaya lagi, atau akan diperkosa lagi. Seolah gempa bumi dan tsunami segera terjadi lagi. Seolah penganiayaan dan pembunuhan akan ada lagi. Seolah para teroris, penjarah dan pemerkosa akan segera menyerang dan merusak semuanya lagi.

Padahal mereka adalah para penyintas, “survivors”. Mereka sudah dibebaskan dan sudah diselamatkan, sudah kembali aman di rumah mereka. Tapi mereka merasa masih sedang disandera, ditawan, disekap, dianiaya, atau akan diperkosa lagi, atau masih berada di daerah bencana, atau di zona perang. 4. Substance-abuse and aggressive behavior Pada sisi lain, lantaran beban mental sangat berat dan ingin lari dari dunia, si penderita berubah menjadi pecandu miras dan NAPZA. Mereka mudah murka, agresif, kasar, asosial, pembuat keributan dalam rumah atau dengan tetangga dan dalam masyarakat, gagal kerja, introvert, hidup eskapis. Semua ini akhirnya akan membinasakan diri mereka.

Hingga kini PTSD masih terus dipelajari. Banyak seginya yang belum dipahami betul. Yang pasti, para penderitanya perlu empati, mendapatkan terapi medik yang profesional dengan melibatkan para seniman dan budayawan. Pendampingan jangka panjang jelas dibutuhkan mereka. Juga cek, jangan-jangan kita sendiri menderita PTSD dalam tahap-tahap awal. Menurut data yang tersedia, banyak sekali orang di dunia ini yang sudah terkena PTSD, tapi mereka mengganggap gangguan mental ini enteng saja seolah cuma stres ringan yang bisa reda sendiri. Padahal trauma psikiatrik PTSD tidak bisa hilang sendiri, tapi membutuhkan penanganan medik.


Sepuluh langkah praktis Saya bukan seorang psikiater. Tapi saya punya pengalaman sendiri untuk mengatasi gejala-gejala awal stres. Berikut ini beberapa poin yang sudah teruji.
  • Hiduplah dengan santai. Relaxed. Banyak rekreasi, melihat alam terbuka, olah raga ringan, dan bermain, akan memulihkan dan membangun kesehatan mental kita.
  • Libatkan diri dalam berbagai bentuk pelayanan sosial. Seringlah berkumpul bersama dengan teman-teman. Kepikunan dini dan depresi umumnya tidak datang cepat-cepat ke orang yang giat di banyak kelompok sosialkeagamaan dan sosialbudaya.
  • Latihan meditasi vipassana dengan teratur akan sangat membantu. Bisa berlatih sendiri, atau dengan bimbingan seorang pemandu yang sudah berpengalaman. Tidak ada hal yang klenis dalam meditasi vipassana.
  • Jika suka dengan hewan-hewan peliharaan dalam rumah, pelihara dan bergaullah akrab dengan mereka. Liur anjing yang masuk ke dalam tubuh lewat jilatan anjing peliharaan ikut membantu meredakan stres dan memperkuat imunitas tubuh. Jalan berkeliling dengan ditemani anjing peliharaan yang setia sangat membantu mengurangi rasa stres sekaligus sendi, otot dan tulang tetap terpelihara bugar, tidak cepat regeneratif.
  • Seringlah bernyanyi dengan riang. Nyanyikan madah-madah yang mengagungkan Tuhan dengan penuh penghayatan. Bernyanyi seperti ini akan merangsang aliran hormon keteduhan dan kedamaian yang dikeluarkan kelenjar-kelenjar dalam tubuh, yang akan membuat kita merasa tenteram dan damai. Jika tidak bernyanyi, dengarkan lagu-lagu teduh dan resapi semua unsurnya. Jika anda ateis, ya carilah dan nyanyikan lagu-lagu sekuler yang bisa menimbulkan efek yang sama pada mental anda.
  • Jika suka melukis, isilah waktu dengan kegiatan melukis, walaupun masih di tingkat pemula. Ungkap suasana batin dan pikiran anda lewat lukisan-lukisan anda sendiri. Atau mulai biasakan menuangkan semua isi hati dan pikiran anda ke dalam buku harian elektronik anda, setahap demi setahap, hari demi hari.
  • Jika bisa sendiri, atau dengan bantuan orang lain, dapatkan teman-teman yang betul-betul bisa merasakan isi hati dan pikiran anda, mampu berempati, dapat dipercaya, dan sanggup mendengarkan semua curhat anda, bahkan ikhlas menerima kemarahan anda dengan penuh pengertian.
  • Jika anda pernah percaya pada satu sosok agung yang disucikan dalam agama anda, misalnya Gautama, atau Yesus, atau Krishna, dll, sering-sering visualisasikan diri mereka dalam batin dan pikiran anda sebagai sosok-sosok cahaya agung yang tetap mencintai anda dan memahami sikon kehidupan anda, dan akan mampu menolong dan menyembuhkan anda. Berdoalah.
  • Lawan, jika muncul keinginan untuk merusak diri sendiri. Lawan, jika muncul keinginan untuk mencoba NAPZA atau miras sebagai tempat dan kegiatan pelarian anda. Bangkitkan optimisme anda. Bangkitkan.
  • Sebisa mungkin, jangan rutin meminum obat-obat antidepresi. Datangi psikiater jika dirasa memang perlu untuk berkonsultasi.
Itulah uraian sederhana yang bisa saya berikan tentang PTSD. Semoga berguna. Sudah banyak artikel dan buku kajian ilmiah tentang PTSD ditulis. Selanjutnya, teman-teman perlu mendalami sendiri.

Silahkan share. Tak perlu minta izin dulu. Thank you. Jakarta, 9.03.2017 ioanes rakhmat Sumber: http://www.ptsd.ne.gov/what-is-ptsd.html. https://healingfromcomplextraumaandptsd.wordpress.com/tag/trust-2/.


Saturday, March 4, 2017

Agama-agama akan pasti berakhir, jika...!

Klik atau ketuk gambarnya untuk dapat ukuran lebih besar dan tulisan muncul lengkap

Kalau dilihat dari prestasi agama-agama sepanjang era sejarah insani, maksud dan tujuan bagus adanya agama bagi kehidupan kini makin kelihatan TIDAK AKAN PERNAH TERCAPAI. 

Tentu, ada juga tujuan-tujuan lain yang bisa jahat di saat suatu agama dibangun, misalnya tujuan memberi legitimasi ilahi bagi suatu kekuasaan religiopolitik absolut yang terlalu besar pada satu atau dua sosok insan di zaman kuno. Tujuan-tujuan lain semacam ini lazim ada di era pramodern ketika dunia kuno belum mengenal dan mempraktekkan ide sekularisme, yakni pemisahan politik dari agama, dan agama dari politik.

Sangat mungkin banyak orang berpendapat bahwa agama-agama akan selalu relevan dan tidak akan pernah tugas dan peran agama-agama berakhir sebab hanya lewat agama-agamalah (tentu bagi mereka, hanya lewat agama mereka sendiri) sorga setelah kematian dapat manusia masuki. Terhadap pendapat ini, respons saya satu paragraf saja persis di bawah ini.

Harap jangan ngobral bicara tentang sorga di “alam lain” yang akan dimasuki setelah orang baik mati dan penguburan mayat mereka diupacarakan dengan aneka ritual keagamaan. Ya, jangan ngobral, jika ketika sedang hidup DALAM DUNIA SEKARANG INI anda tidak sedikitpun berhasil tahap demi tahap mendirikan sorga kasih sayang, persaudaraan dan perdamaian di muka planet Bumi di alam real.

Malah sainstek kini dan seterusnya sedang memperlihatkan prestasi-prestasi real yang sebelumnya menjadi bagian penting cita-cita agama, yang kini makin tampak telah gagal dicapai agama-agama.

Jika agama-agama menginginkan manusia dapat hidup sehat, dan penyakit-penyakit disembuhkan, keinginan ini justru telah dan terus sedang diwujudkan oleh sainstek modern dengan real lewat ilmu kedokteran dan berbagai teknologi medis modern. Makin maju dan makin berkembang sainstek kita, makin dalam kita dibawa ke dalam suatu dunia yang kita rasakan sebagai dunia fiksi, dunia magis, dunia sihir, walau dunia sainstek modern itu dunia yang real, bukan dunia agama dan juga bukan alam sihir.


Bagaimana pun juga, jika agama-agama tak mau berbenah diri sekarang, agama-agama pada akhirnya akan lenyap, tiba di garis finish, lalu ditinggalkan, jika semua tujuan adanya agama-agama (misalnya kehidupan yang sehat, kebahagiaan, umur panjang, kemakmuran, dan persaudaraan insani global) telah dengan empiris, real, konkret dan objektif, dicapai sainstek modern dengan cepat.

Kalau sainstek sudah mencapai prestasi-prestasi yang makin besar semacam itu, maka agama-agama seperti yang kita kenal sekarang, yang telah gagal total mewujudkan cita-cita keagamaan, sudah tidak diperlukan lagi, alias sudah kalah, jadi pecundang.

Juga jangan lagi dengan angkuh anda mengklaim bahwa tanpa agama-agama manusia tidak bisa hidup bermoral (dengan akibat: masyarakat akan hancur) sebab, kata anda dengan yakin tapi naif, hanya agama-agama (tentu khususnya agama anda sendiri) yang bisa menjadi sumber nilai-nilai kehidupan yang baik, benar, agung dan sehat, yakni nilai-nilai moral. Oh, anda salah besar!

Justru sainstek kaya raya dengan nilai-nilai kehidupan yang baik, benar, agung dan sehat. Saya beri satu atau dua contoh saja. Yang lain-lainnya anda pikirkan dan temukan sendiri. Jika anda, sebagaimana umumnya, tidak ingin berlelah-lelah memikirkan dan menemukan sendiri banyak nilai yang diberikan sainstek modern, saya telah menulis tentang itu untuk anda. Silakan klik atau ketuk di sini untuk membacanya.

Justru sainstek, bukan agama, yang mendorong rasa ingin tahu atau kuriositas orang tumbuh dan berkembang terus-menerus, yang membuat pengetahuan kita makin berkembang dan makin maju tentang makin banyak fenomena alam, mulai dari dunia alam mekanika quantum hingga dunia mahaluas yang kini dinamakan multiverse atau jagat-jagat raya yang jumlahnya tanpa batas. Tanpa kuriositas yang bebas sebagai nilai, sudah lama peradaban manusia bantut lalu mati.

Justru sainsteklah yang berhasil menyadarkan kita dengan real dan terarah untuk mencintai, merawat, memelihara, menjaga dam mempertahankan dan mengembangkan serta makin menyempurnakan kehidupan kita sekarang dan dunia alam real yang multidimensional. Inilah nilai pelestarian dan dinamisasi kehidupan dan alam yang justru ditonjolkan oleh ilmu pengetahuan.

Itu contoh dua nilai agung yang diberikan sainstek modern kepada kita.

Pada sisi lain, kita tahu bahwa agama-agama umumnya selalu menekan, menghambat dan ingin mematikan rasa ingin tahu manusia atas segala misteri dunia dan kehidupan. Kata para juru kampanye agama-agama yang sudah malas belajar, HANYA TUHAN YANG BOLEH TAHU MISTERI-MISTERI ALAM. Bagi manusia, pintu-pintu masuk ke ruang-ruang misteri itu, kata mereka, telah dikunci oleh Tuhan selamanya dengan gembok-gembok yang sangat besar.

Sosok Adam dan Hawa mitologis dalam agama-agama yang berpangkal pada agama Yahudi umumnya dipakai sebagai acuan skriptural tentang larangan keras Tuhan untuk manusia mengikuti dorongan ingin tahu dalam hati dan pikiran mereka tentang segala hal, padahal dorongan kuriositas ini, logisnya, ya diciptakan Tuhan sendiri ketika Tuhan, bukan setan, menciptakan sepasang manusia istimewa ini. Ya, mereka istimewa, karena keduanya tidak punya pusar, tidak pernah jadi bayi, tapi langsung gede, langsung bisa berdiri, berjalan, berlari, dan langsung bisa bicara dan bekerja.

Kita juga tahu, sebagaimana sudah ditulis di atas, justru agama-agamalah yang memandang kepentingan “dunia gaib” dan kehidupan di “alam lain” lebih tinggi dan lebih agung dibandingkan kepentingan dunia real masa kini dan kehidupan kita sekarang ini di Bumi dalam tata surya dan dalam jagat raya.

Kata para agamawan, keselamatan jiwa anda di sorga setelah anda mati itulah tujuan esensial agama; hal-hal lainnya di muka Bumi hanya sampingan, cuma embel-embel. Bagi saya, sesungguhnya tidak demikian halnya. Saya pernah mengungkapkannya begini:
Salvation of the soul hereafter, without salvation of the body and mind and the globe here and now, is escapism, useless, brutal, and a nightmare.
Mengapa demikian? Sebab agama-agama itu tidak diperlukan lagi oleh anda ketika anda sudah wafat. Agama ada dan diperlukan sejauh anda masih hidup real dalam dunia ini, dan sejauh planet Bumi dan sistem Matahari kita masih ada, belum punah dari jagat raya yang tak terbatas ini.

Nah, jika anda ingin agama anda bisa tetap punya peran penting di masa depan yang dekat, ya jalan utamanya adalah anda harus merumuskan dan membangun ulang agama anda dalam wadah matriks sainstek modern. Matriks adalah rahim tempat sesuatu dikandung, disemai, dan tumbuh, lalu dilahirkan.

Jika anda tidak mau, ya willy-nilly, mau tak mau, agama anda akan terseleksi sendiri, naturally, dan secara kultural, culturally, untuk mendiami museum fosil dogma purba. Dan pekerjaan anda ya hanya sebagai para penjaga museum-museum itu. Tentu anda tidak mau, bukan?

Begitulah hal yang saya bisa pahami dan ungkap lewat akal yang bekerja dalam otak saya yang kecil ini. Kalau otak teman-teman lebih besar, kritiklah tulisan pendek ini dengan cerdas.

Jakarta, 4 Feb 2017
ioanes rakhmat