Tuesday, March 15, 2016

Wahai Kristen, jangan kalian ikuti langkah HTI atau FPI!

Sila pertama Pancasila RI: Ketuhanan YME. Jelas, ketuhanan bukan agama apapun. Ketuhanan adalah diri atau zat Tuhan sendiri. Atau jatidiri Tuhan sendiri. Apa itu? Definisi paling padat dan ringkas adalah: ketuhanan itu cinta. Ketuhanan YME dus berarti cinta yang unik, cinta yang tiada taranya; cinta dari segala cinta. NKRI berdiri pada cinta. Itulah filsafat paling mendasar negara dan bangsa Indonesia. (Ioanes Rakhmat)


Saya menemukan ada sejumlah teman di dua akun FB saya yang memahami Pilkada DKI 2017 sebagai suatu ajang politik untuk memenangkan agama Kristen berhubung Pak Ahok beragama Kristen. Saya tegaskan, ITU SALAH BESAR!  

Lebih ekstrim lagi, ada juga beberapa teman, yang mengaku para pengikut opa Stephen Tong dari Gereja Reformed Injili Indonesia, menyatakan bahwa langkah-langkah politis Pak Ahok diarahkan oleh buku-buku Yohannes Kalvin (teolog Protestan kelahiran Prancis) yang hidup di Eropa abad XVI (1509-1564) antara lain di kota Jenewa (dia sering pindah kota, sebagai seorang pelarian). Orang yang menelaah ajaran-ajaran Kalvin (atau Kalvinisme) pasti tahu bahwa Kalvin bercita-cita membangun teokrasi Kalvinis di Jenewa tapi akhirnya gagal, lalu diujicoba lagi. 


Gubernur Basuki milik umat semua agama!

Saya mau ingatkan, jika kalian yang Kristen berpikir dan melangkah seperti yang saya gambarkan dalam dua paragraf di atas, kalian pada dasarnya tidak berbeda dari HTI dan FPI dll yang bercita-cita untuk membangun teokrasi Islami atau yang disebut Khilafah di NKRI. Dalam NKRI yang demokratis, bukan kedaulatan Allah, tetapi kedaulatan rakyat itulah yang dijalankan pemerintah.

Poin pentingnya ini: teokrasi apapun pada dasarnya berbenturan tajam dengan demokrasi! Satu contoh saja: Atas kehendak dan wewenang Yohannes Kalvin yang membangun teokrasi Kalvinis di kota Jenewa, maka Michael Servetus, lantaran dia mengkritik dengan tajam seluruh isi buku Kalvin (yang berjudul Institutio), dihukum mati dengan membakarnya hidup-hidup pada 27 Oktober 1553 di pinggiran kota Jenewa. Yohannes Kalvin sangat anti-demokrasi! Bagi Kalvin, bukan rakyat, tetapi hukum-hukum Allah versinya yang berdaulat mutlak!

Pak Ahok pasti tidak bodoh. Tidak seperti yang kalian pikirkan. Tentu iman Kristen Pak Ahok (aliran apapun) dapat menjadi sumber pikiran, isi hati dan tindakannya untuk dia jujur, adil, transparan dan membela rakyat kecil.

Nah dalam situasi ini tentu akan ada para pemuka gereja-gereja oportunis yang akan mengundang Pak Ahok ke gereja-gereja mereka untuk ceramah dan bangun hubungan, lalu mereka berfoto bersama. Sesudah itu mereka akan mengklaim dengan bangga: Lihat, kamilah yang telah menghasilkan sosok berkarakter hebat yang bernama Gubernur Basuki!

Tetapi, penting untuk dipahami bahwa sebagai seorang pejabat NKRI, Pak Ahok sebagai Gubernur DKI hanya tunduk pada Konstitusi, UUD RI, Pancasila, dan mendapat mandat untuk memerintah dari RAKYAT atau PENDUDUK DKI JAYA. Dalam NKRI yang demokratis, bukan kedaulatan Allah, tetapi kedaulatan rakyat itulah yang dijalankan pemerintah. Dan pada dasarnya, demokrasi itu, saya ulangi sekali lagi, bertentangan tajam dengan teokrasi apapun.

Saya mau mengutip sebuah pernyataan penting Pak Ahok yang diucapkannya dalam acara Kanisius Education Fair di SMA Kolese Kanisius, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 21 September 2013. Beliau menegaskan bahwa
Dalam kehidupan bernegara, Konstitusi harus tetap dikedepankan ketimbang kitab suci. Menaati Konstitusi adalah adalah cara paling tepat dalam kehidupan bangsa. Jika kitab suci yang dikedepankan dibandingkan Konstitusi, maka sulit untuk menyatukan satu sama lain. 
Nah Pilkada 2017 di DKI mendatang diadakan untuk memilih gubernur dan wakil gubernur DKI Jaya yang memegang teguh prinsip, semangat dan posisi yang sudah saya tulis pada paragraf persis di atas ini.

 Siapa bilang Pak Ahok keras dan kasar? Tanyalah kepada anak-anak itu.

Ingat, penduduk DKI mencari dan mau mendukung cagub dan cawagub yang berkwalitas prima (dalam etika, akhlak, pikiran, visi, nurani, karya dan tindakan), apapun agama dan etnisitas mereka.

Teman-teman Muslim telah menegaskan bahwa mereka mau mendukung dan memilih Pak Ahok bukan karena agamanya, tapi karena beliau amanah, maksudnya: karena Pak Ahok sudah terbukti memenuhi kehendak dan kepercayaan rakyat yang diberikan mereka kepadanya. Harap hal penting ini anda ingat terus! 

Juga jangan pernah lupa bahwa NKRI merdeka bukan sebagai sebuah negara agama, dan kemerdekaannya dicapai lewat pengorbanan dan perjuangan gigih semua golongan ideologis dan keagamaan.

Salam,

Jakarta, 15 Maret 2016
ioanes rakhmat