Wednesday, January 6, 2016

Mencapai keabadian manusia

Sains dan teknologi modern telah menemukan sejumlah cara untuk manusia dapat hidup sangat lama atau bahkan abadi. Tulisan di bawah ini membeberkan salah satu metodenya saja./*/

Dengan teknologi Brain-Machine Interface (BMI) plus mesin MRI dan semua teori tangguh yang pernah ada tentang otak manusia, para pakar kini dapat mempelajari dan memahami cara kerja neuron-neuron dan struktur-struktur neural yang lebih rumit dalam otak manusia, tidak cuma otak hewan-hewan pengerat.

Lalu dengan pendekatan Brain-Reverse Engineering (mempelajari pretelan otak untuk kemudian dipadukan kembali ke kondisi utuh, lalu dipelajari lagi kerjanya sebagai satu sistem menyeluruh) pengetahuan dan pemahaman para ilmuwan tentang otak manusia dan fungsi serta cara kerjanya kini sudah makin luas dan dalam. Pendekatan BRE ini dapat dan terutama dilakukan lewat teknologi yang sudah disebut pada alinea kedua di atas; tapi juga dimungkinkan lewat otak asli manusia yang ketika masih hidup dan segar didonorkan (oleh orang yang baru mati), yang lalu dijaga untuk tetap segar dalam kurun yang relatif cukup.

Lewat teknik neuroengineering bagian-bagian kecil struktur otak (misalnya hippokampus) sudah dapat dibuat tiruannya (neuroprostheses) dalam bentuk chip komputer yang ketika diujicoba terbukti berfungsi dengan baik. Pada tahap awal, eksperimen diadakan pada otak hewan-hewan pengerat.

Masih dibutuhkan waktu untuk seluruh otak manusia dapat dibuat tiruannya yang akan berbentuk sebuah superchip komputer berkapasitas luar biasa. Kalau otak anda sudah bisa diubah jadi data komputer quantum dan diberi wujud sebagai sebuah superquantum chip komputer, jika chip otak anda ini dipasang pada suatu robot android atau humanoid (artinya “serupa manusia”) dan bekerjasama dengan Artificial Intelligence otak robot android ini, maka kecerdasan anda akan meningkat jauh terus-menerus tanpa batas.

Bukan itu saja. Meskipun raga alamiah anda sudah punah, anda juga akan hidup abadi lewat robot pengganti diri anda ini. Anda tidak akan terluka, tidak akan pernah sakit, tak akan pernah tua, tak akan pernah mati, sejauh robot android surrogate diri anda ini terawat dengan baik (tidak dibom misalnya). Gambar di bawah ini menampilkan sekumpulan robot android.


Organisme yang sudah menjadi organisme transhuman (gabungan biologi dan mesin) ini dibutuhkan khususnya ketika manusia sudah membangun peradaban tata surya dan peradaban galaktik. Masih sekian dekade di depan. Tetapi sains dan teknologi perdananya kini sudah mulai tersedia, termasuk sains sibernetika. Yang juga masih harus dicari di Bumi dan di angkasa luar (asteroid, komet, meteor, juga bulan dan planet lain) dan diciptakan adalah logam yang jauh lebih kuat dari baja tetapi ringan untuk menjadi raga robot android.

Kenapa manusia sampai harus berevolusi artifisial, menjadi suatu organisme transhuman dan hidup abadi secara real dan empiris? Mungkin anda bertanya begitu. Mungkin anda juga merasa hidup dengan berharga dan mulia selama 70 tahun di Bumi saja sudah cukup.

Ya, keabadian sudah didambakan manusia sejak ribuan tahun lalu. Epik Gilgamesh yang disusun 5.000 tahun lalu sudah mengisahkan mitologi tentang kerinduan ini dalam diri manusia. Tetapi, dalam zaman modern ini usaha mencapai keabadian manusia dilandasi oleh suatu kesadaran untuk manusia sebagai suatu spesies tidak punah dalam jagat raya. Salah satu caranya adalah manusia perlu berevolusi menjadi suatu spesies transhuman yang supercerdas dan menyebar ke angkasa luar dan berdiam di makin banyak planet di luar Bumi.

Berdiam hanya di Bumi dan memenuhinya membuat kelanggengan spesies Homo sapiens terancam serius. Di Bumi spesies ini rentan punah oleh berbagai bencana, yang dibuatnya sendiri (perang nuklir, misalnya) atau karena bencana alam yang datang di Bumi sendiri (perubahan iklim yang drastis, misalnya) atau yang datang dari angkasa luar (terjangan banyak meteor besar ke permukaan Bumi, misalnya).

Takdir manusia bukanlah untuk punah, tapi untuk tetap hidup abadi dalam jagat raya yang besar. Sains dan teknologi adalah harapan terbesar kita yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia untuk digunakan dengan benar demi ketahanan kehidupan.

Jika anda memandang hidup 70 tahun saja di muka Bumi sudah cukup, itu juga baik. Isilah 70 tahun usia anda dengan prestasi kerja yang cemerlang dan dengan menabur banyak kebajikan. Wujudkan sorga di Bumi lewat itu semua.

Mungkinkah ini terjadi di era transhuman?

Seseorang bertanya kepada saya, apakah nanti sebagai organisme bionik, manusia, dan juga robot-robot yang memiliki Artificial Intelligence itu, akan bisa kawin? Maksudnya tentu, apa yang nanti akan terjadi pada seksualitas manusia saat era transhuman tiba?

Di era transhuman ketika biologi dan mesin sudah menyatu, dan manusia sudah hidup dalam otak robot supercerdas yang memiliki kecerdasan buatan yang mampu pada dirinya sendiri terus berkembang, makna dan fungsi seksualitas tentu akan berubah.

Kepuasaan seks nanti dicapai cukup lewat aktvitas neuron otak komputer yang diaktivasi secara teknis mekanikal. Atau mungkin juga lewat aktivitas teknologi telepati. Perkembangbiakan tidak lagi berlangsung lewat pertemuan sel sperma dan sel telur lewat hubungan seksual fisikal, yang mengharuskan setiap insan perempuan hingga saat ini mengandung selama 9 bulan.

Pada era transhuman prokreasi terjadi lewat kemampuan insan-insan bionik dan robot-robot super-AI untuk memperbanyak diri sendiri lewat pembelahan sel-sel pada level fundamental yang akan mewujudkan organisme sejenis, dengan atau tanpa bahan baku. Terkait langsung dengan kebutuhan prokreasi organisme transhuman dan robot android adalah terutama nanoteknologi yang sudah sangat maju, yang dapat mengaktivasi diri dengan otomatis, yang sudah dipasang dalam mekanisme vital dalam tubuh organisme-organisme ini. Dalam hal ini tentu saja saya meminjam konsep John von Neumann dan sejumlah pakar lain tentang self-replicating machines atau self-replicating spacecrafts, yang juga dinamakan kinematic self-replicating machines.

Ada lagi seorang lain di FB memberi sebuah komentar, begini: Situasi politik global tidak stabil; dunia masa kini sarat dengan konflik global. Kondisi ini membuat seluruh spesies di Bumi suatu saat akan punah, dan Homo sapiens tidak akan bisa mencapai keabadian. Visi futuristik yang anda telah beberkan itu hanya khayalan, tidak akan pernah jadi kenyataan.

Ini jawaban saya. Visi futuristik yang saya gambarkan di atas tidak baru sama sekali meskipun sains-sains yang saya rujuk semuanya mutakhir. Anda cari dan baca saja jurnal-jurnal ilmiah online atau berbagai reportase terpercaya di koran-koran besar internasional online tentang semua hasil kajian sains-sains tersebut, misalnya sains sibernetika, sains komputer (era komputer quantum kini sudah tiba!), neurosains, neuroengineering, nanoteknologi, fisika, astrofisika, astronomi, astrobiologi, sains robotika, perkembangan menarik dalam kajian-kajian Artificial Intelligence, dan eksplorasi seluruh sistem matahari serta kosmologi mutakhir. Sarana teknologis Brain-Machine Interface itu sarana termaju sekarang ini untuk meneropong otak sampai detail, suatu temuan teknis yang revolusioner sama seperti ketika dulu teropong bintang ditemukan.

Ya kita semua memang sedang berlomba dengan waktu, apakah seluruh Homo sapiens akan punah lebih dulu akibat perang nuklir global dan Bumi menjadi rusak dan tak bisa dihuni dalam kurun ratusan hingga ribuan tahun sebagai akibatnya, ataukah Homo sapiens sudah lebih dulu bertransformasi menjadi organisme transhuman dan sudah menyebar di angkasa luar dan mendiami banyak planet lain. Jika hal kedua ini terjadi lebih dulu, Homo sapiens plus (yakni sudah bertransformasi menjadi organisme transhuman) akan survive dan bertahan abadi dalam jagat raya.

Fisikawan besar Stephen Hawking sudah berulangkali memperingatkan dunia dan para saintis untuk makin mempercepat laju perkembangan sains yang akan memungkinkan manusia menyebar di angkasa luar demi survival. Katanya, tak ada peluang untuk Homo sapiens bisa bertahan hidup dalam milenium ketiga M jika kita belum juga masuk dan menyebar dan mendiami planet-planet lain. Target tercepat NASA dan ESA adalah dalam paruhan kedua abad ke-21 planet Mars sudah akan dihuni manusia jenis lain, lalu berikutnya bulan Titan.

Untuk sebuah planet asing bisa dihuni manusia dalam tahap mutakhir evolusi biologisnya, planet ini (Mars misalnya) harus diubah dulu untuk menjadi planet yang kondisi alamnya serupa dengan Bumi. Ini dinamakan terraforming. Kita sedang menuju ke sana. Atmosfir Mars bukan penuh oksigen tapi penuh CO2. Juga forsa gravitasi di sana rendah. Air sudah dikonfirmasi ada dan aktif. Daratannya nyaris gurun semua.

Atau, cara keduanya, Homo sapiens ditransformasi lewat self-designed evolution (tidak lagi lewat natural evolution yang butuh waktu sangat panjang). SDE ini sekarang sudah dimungkinkan terhadap manusia lewat teknik DNA-editing CRISPR Cas9 pada tahap janin. Saya membayangkan jika landasan hukum dan etikanya sudah ada, dalam generasi-generasi yang akan datang bisa lahir insan transhuman yang bisa bernafas dengan CO2 atau sama sekali tidak memerlukan pernafasan jika organisme hibrid Homo sapiens dan robot cerdas yang memiliki super-AI sudah tercipta.

Kita sedang berlomba dengan waktu: entah kita punah atau kita abadi dalam jagat raya. Setiap insan yang cinta kehidupan dan setiap Tuhan yang mencipta dan memelihara kehidupan, pasti akan memilih yang kedua.

Tapi ingat bencana besar terdekat yang kini sedang mengancam eksistensi Homo sapiens adalah perubahan iklim global yang akan terjadi dengan drastis. Dampak buruk yang dahsyat perubahan iklim akan berlangsung nyaris dalam semua segi kehidupan.

Seorang lain di FB juga memberi catatan, bahwa dia lebih memilih sorga yang dijanjikan agama-agama, dunia yang tidak lagi fisikal, tetapi suatu kawasan supernatural yang abadi, yang dia akan masuki setelah wafat. Dia tidak mau mencapai keabadian fisikal seperti yang saya telah gambarkan di atas.

Tentu saja saya sama sekali tidak berkeberatan apapun jika dia ingin masuk sorga setelah kematian seperti yang dijanjikan agamanya. Bahkan saya dorong dia untuk hidup sebaik-baiknya dan semulia-mulianya dalam dunia sekarang ini di muka Bumi supaya nanti, setelah dia mati dengan bermartabat dan agung, dia akan masuk sorga sesuai dengan kepercayaan keagamaannya.

Tetapi kepercayaannya itu, sekalipun dianut oleh sangat banyak orang beragama di dunia masa kini, tidak akan menghambat sama sekali semua usaha para saintis dan teknolog untuk mengupayakan keabadian dicapai manusia menurut model saintifik futuristik yang sudah saya bentangkan. Model ini tentu saja dibangun tidak berlandaskan teks-teks kitab suci manapun dan juga tidak berdasar clairvoyance, tetapi berdasar pada berbagai sains mutakhir, dan dibayangkan dengan hati yang penuh pengharapan dan cinta pada kehidupan.

Saya hanya membayangkan, jika semua orang beragama memilih hanya mau masuk sorga setelah kematian, sorga yang tidak empiris fisikal, maka dunia masa depan, sistem matahari masa depan, bahkan galaksi kita Bima Sakti, tidak akan lagi berisi orang-orang yang beragama jenis itu, tetapi akan berisi organisme-organisme transhuman dan robot-robot humanoid yang sudah saya gambarkan di atas, yang hidup abadi dengan real, dan dari waktu ke waktu makin cerdas, dan terus menyebar memenuhi jagat raya.

Mungkin betul juga prediksi banyak orang arif dalam dunia sejak dulu hingga kini bahwa suatu saat agama-agama supernatural akan lenyap dari jagat raya karena sudah tidak ada lagi penganut agama-agama ini karena mereka semua sudah hidup dalam alam non-empiris, di dalam sorga bersama Tuhan masing-masing, sementara jagat raya empiris dikelola oleh spesies-spesies abadi supercerdas dan superkuat transhuman dan robot-robot yang memiliki kecerdasan buatan yang akan terus bertambah cerdas. 


Jakarta, 6 Januari 2016
Ioanes Rakhmat


** Diperluas 8 Januari 2016

/*/ Dalam bab 13 buku tebal saya (lebih dari 500 hlm), yang berjudul Beragama dalam Era Sains Modern (2013), hlm. 393-411, telah saya gambarkan lima metode ilmiah untuk manusia mencapai umur yang sangat panjang bahkan mencapai keabadian. Kini metodenya sudah bertambah lagi.