Tuesday, February 28, 2012

Kaget terhadap tindakan Mas Moqsith mengganti agama orang lain!

religion is power in the name of Heaven!

Seorang Muslim yang mengaku liberal semustinya sudah tak ingin lagi menghasilkan muallaf, apapun alasannya. 

Maka itu saya tak mengerti sekaligus sangat kaget mengetahui kalau Mas Abdul Moqsith, seorang pentolan gerakan Jaringan Islam Liberal, mengajak seseorang baca syahadat Islam karena orang itu mengaku mau masuk Islam. Hemat saya, semustinya Mas Moqsith menasihati orang itu untuk pulang kembali dan mendalami dengan lebih serius agamanya semula.

Apapun alasannya, membuat orang lain masuk ke agama sendiri sama dengan memandang enteng agama semula orang lain ini. Keliberalan seseorang justru seharusnya membuat dia tak akan lagi mengubah agama orang lain dengan menjadikannya muallaf.

Banyak orang yang mengaku liberal religius, tapi terus-menerus melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan kalangan konservatif. Tak salah kalau saya menyatakan, label liberal religius seringkali hanya sekadar pemanis bibir, atau label pura-pura mau tampil beda.

Apapun yang sudah saya katakan barusan, saya tetap menghormati keputusan Mas Moqsith untuk me-muallaf-kan seseorang, mengislamkannya. Tetapi menghormati tidak sama dengan membenarkan. Kalau calon muallaf itu dengan sadar berkeras tetap mau masuk Islam, lebih bermartabat jika Mas Moqsith menyuruhnya datang ke ustadz lain.

Wahai kalangan liberal religius, jangan kotori tangan kita dengan tindakan-tindakan yang melawan nilai agung liberalisme religius!

Apapun alasannya, me-muallaf-kan seorang baru, adalah suatu tindakan yang mengkhianati keagungan liberalisme religius.

Tak usahlah seorang liberal religius mengurusi pertambahan jumlah umat agamanya sendiri; masih banyak urusan lain yang dia musti tangani.

Seorang liberal religius yang suka mengkritik agamanya sendiri sangat aneh jika juga mau menggemukkan agamanya sendiri lewat kegiatan proselitisasi. Sangat aneh, seorang liberal yang menentang keras kristenisasi malah melakukan sendiri islamisasi!

Panggilan seorang liberal bukanlah menggemukkan agamanya sendiri, tapi mengkritiknya dan mendekonstruksinya. 

Panggilan seorang liberal bukanlah menjadikan orang lain muallaf, tetapi mencerahkan akal budinya.

Seorang liberal religius bukan lagi warga umat agamanya sendiri, tapi warga dunia kosmopolitan agama-agama! Seorang liberal religius tak mungkin lagi me-muallaf-kan orang baru, apalagi sampai mengikatnya dengan syahadat agamanya sendiri.

Tentu saja menjadi Muslim atau menjadi Kristen atau menjadi Buddhis, bukan masalah bagi seorang liberal religius. Seorang liberal religius tentu saja mengakui HAM seseorang untuk pindah agama.

Tapi yang sangat tak konsisten adalah apabila seorang liberal religius mau menjadi juru dakwah agama tradisionalnya untuk hasilkan muallaf.

Seorang liberal religius tentu sudah paham bahwa kwalitas sebuah agama tak dapat diukur dari jumlah penganutnya. Seorang liberal malah menilai, suatu agama yang digandrungi banyak orang adalah agama populis, yang anggota-anggotanya tak mampu berpikir kritis.

Tugas seorang liberal religius adalah menjadi bagian dari minoritas kreatif pembaharu agama dan dunia, bukan sibuk mengurusi ritual.

Maka itu saya masih kaget dengan tindakan Mas Moqsith: me-muallaf-kan orang baru, dan melakukan ritual proselitisme!

Selama ini, jika seseorang datang ke saya untuk cari tahu cara masuk Kristen, saya tanya padanya, apa agamanya semula. Kalau dia bilang sekarang dia masih Buddhis, tapi mau pindah ke Kristen, saya ajak dia berdialog tentang Buddhisme. Biasanya setelah sekian waktu berdialog, si calon Kristen itu malah berubah menjadi lebih paham Buddhisme, dan tak mau lagi pindah agama.

Sekian tahun lalu, ada seorang aktivis JIL meminta saya menerangkan agama Kristen sedalam-dalamnya karena dia mau masuk Kristen. Di hadapan aktivis JIL ini saya tertawa, lalu memperlihatkan kepadanya sangat banyak kekurangan dan keburukan dalam kekristenan. Akhirnya, aktivis JIL ini (inisial namanya AEP) tak mau lagi masuk Kristen, dan saya anjurkan dia dalami Islam dengan lebih serius.

Bagi saya, semakin seseorang mendalami agamanya sendiri dengan bebas, semakin dia menjadi warga dunia kosmopolitan agama-agama.

Sekali lagi, sebagai seorang liberal, saya mengakui HAM setiap orang untuk pindah agama, satu kali atau bahkan berkali-kali.

Sekali lagi, sebagai seorang liberal, saya bisa memahami kalau para agamawan tradisional berkomitmen menggemukkan agamanya sendiri lewat dakwah dan proselitisasi.

Sekali lagi, sebagai seorang liberal, saya mengerti kalau jumlah umat yang banyak dicita-citakan kaum agamawan tradisional. Saya bisa menegaskan, kuantitas umat yang besar adalah juga kekuatan politik!

Tetapi, hal yang sangat tidak konsisten adalah jika seorang liberal religius dengan tidak kritis mengikuti dengan lugu semua gerakan populis ini.

Di mana integritas seorang liberal religius jika dia juga setuju bahwa umat agamanya harus digemukkan lewat dakwah dan proselitisasi demi kemenangan politik!?

Mengapa sebagai seorang liberal, saya tak mendukung proselitisme, sekalipun saya mengakui HAM setiap orang untuk pindah agama?

Bagi saya dunia jauh lebih memerlukan orang yang bisa menjadi warga dunia agama-agama ketimbang warga satu agama saja. Kalau seseorang menjadi warga dunia agama-agama, dan tak diam mati dalam agamanya sendiri, orang ini lebih mungkin menjadi duta perdamaian. Dia bisa menjadi duta perdamaian ke dalam agamanya sendiri dan ke dalam dunia majemuk agama-agama.

Saya memilih memberi nilai plus pada keyakinan keagamaan seseorang dengan menambahkan informasi esensial tentang agama-agama lain kepadanya. Ketimbang membuat seorang Muslim jadi Buddhis, saya lebih memilih menjadikan dia Muslim plus, dengan meningkatkan pengetahuannya tentang Buddhisme. Seorang Muslim yang juga seorang Buddhis, bisa menjadi jembatan perdamaian bagi kedua agama ini.

Kalau anda melakukan proselitisme, dan tegas meminta si muallaf melupakan sama sekali agama lamanya, maka anda rugi besar! Kalau anda berdagang, maka anda tidak mau rugi, bukan? Begitulah juga seharusnya sikap anda terhadap praktek proselitisme!

Tolak proselitisme, apalagi sampai mengikat mati seseorang lewat ritual agama, tapi jadikan dia warga dunia agama-agama!

Kalau kegiatan dakwah Islamiah berhasil menjadikan seluruh dunia Islam, bagi saya ini sebuah kerugian maha besar! Dunia rugi besar jika Islam menang dengan biaya besar melenyapkan semua agama lain!

Mas Moqsith pasti menolak menjadikan seseorang muallaf Islam, jika mas ini cinta agama-agama lain dan ingin melanggengkan semua agama di bumi!

Bagi saya, dunia rugi besar dan bersalah jika kekristenan menang dengan menenggelamkan agama Islam!

Bagi saya, Islam dan Kristen sama-sama sederajat dan bersaudara, sehingga tak perlu terjadi perpindahan umat di antara keduanya.

Yang perlu seorang liberal bantu adalah bagaimana setiap individu yang beragama berbeda, dapat memperkaya satu sama lain, bukan malah berdakwah dan mengganti agama orang lain.

Mustahil Mas Moqsith tak tahu, bahwa praktek proselitisasi yang gencar dilakukan umat-umat yang berlainan agama di dalam masyarakat kerap berakhir dengan keributan dan huru-hara antar umat. 

Begitulah pandangan saya, sementara rasa kaget saya terhadap tindakan Mas Moqsith belum juga hilang.

Bagaimanapun juga, sekali lagi saya mau menyatakan bahwa saya sangat menghormati tindakan Mas Moqsith itu, dan dalam batas-batas tertentu sangat bisa juga memahaminya, tetapi saya sama sekali tidak dapat membenarkan tindakannya!  



Tom and Jerry


Inilah filsafat Tom and Jerry:

Kucing besar yang tak cerdas akan berlelah-lelah mengejar tikus-tikus kecil gesit yang muncul di ruang tamu dari lubang-lubang kecil di bawah dinding.

Kucing besar ini akan kalah, bahkan akan dipermainkan oleh tikus-tikus kecil itu.

Tikus-tikus kecil itu akan bisa ditangkap hanya oleh tikus-tikus yang lebih kecil tapi lebih gesit.

Begitu juga halnya kalau orang sedang mengejar enlightenment, pencerahan.

Enlightenment hanya bisa diperoleh jika tubuh anda ringkas, gerak anda gesit, tak ada beban yang menekan akal.

Semakin tubuh anda ringkas tanpa beban materi, semakin bebas dan ringan pikiran anda, tanpa beban akidah dan dogma apapun, bak tikus-tikus yang lebih kecil, maka semakin cepat pencerahan anda dapatkan.

Jadilah selalu tikus-tikus yang lebih kecil dan lebih gesit!

Jika anda bisa, ingatlah, jangan suka mencuri potongan keju di atas meja! 

Orang yang tercerahkan budinya, adalah orang yang bermoral, yang sanggup mengontrol diri dan kelakuan serta pikirannya, untuk sejalan dengan kebajikan dan nalar murni yang luhur.

Tuesday, February 21, 2012

Si Ibu Tua dan Dua Ekor Anjingnya


Di Taiwan, konon ada seorang ibu tua baik hati yang memelihara dua ekor anjing yang sangat setia kepada si ibu.

Suatu hari si ibu tua meninggal ketika sedang tidur, tak bangun-bangun lagi di kamarnya, sementara dua ekor anjingnya menemani di lantai.

Pada acara pemakaman, dua anjingnya ikut, lalu ketika peti mayat sudah diturunkan ke liang makam, dua anjing ini lompat ke dalamnya ingin ikut.

Tentu saja orang mengangkat kedua anjing itu keluar dari lubang makam. Tetapi sekali lagi, mereka melompat kembali ke dalamnya.

Setelah sampai tiga kali dikeluarkan dari lubang makam, dua ekor anjing ini akhirnya dimasukkan ke dalam sebuah mobil lalu mobilnya dikunci.

Sesampainya kembali di rumah si ibu tua yang sudah meninggal itu, dua ekor anjing ini berubah jadi sangat pendiam, beda dari sebelumnya.

Keesokan harinya, salah satu anjing itu berjalan ke jembatan tinggi di atas sebuah sungai besar, tempat dia biasa dibawa si ibu tua sebelumnya ketika berjalan-jalan.

Ketika sudah tiba di jembatan itu, anjing ini melompat ke bawah, menuju sungai deras di bawahnya, bunuh diri!

Si anjing yang bunuh diri terjun ke sungai ini rupanya patah semangat karena si ibu tua sudah meninggalkannya.

Anjing yang satunya lagi tetap ada di rumah, tapi memutuskan tidak mau makan sama sekali.

Setelah tujuh hari tidak mau makan, si anjing yang kedua ini akhirnya mati lemas dengan melolong panjang.

Anjing adalah organisme mamalia yang bisa merasa dan berpikir dalam level sederhana, kemampuan yang dimiliki manusia dalam level yang jauh lebih tinggi. Tetapi, sebagai sebuah intermezo, sebaiknya anda tahu satu hal ini: pada 7 Juli 2012 di Universitas Cambridge, Inggris, sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu mendeklarasikan The Cambridge Declaration on Consciousness./1/ Dalam deklarasi ini mereka menyatakan bahwa semua mamalia, yang insani dan yang non-insani, juga burung-burung, termasuk gurita dan sefalopoda, memiliki kesadaran dan kemampuan-kemampuan mental. 

Kembali ke kisah si ibu tua itu. Apa yang terjadi pada empat anak si ibu tua setelah si ibu ini mati tua dengan meninggalkan banyak warisan?

Keempat anak si ibu tua almarhum ini berkelahi memperebutkan harta warisan, sampai beritanya masuk ke koran-koran.

Keempat anak si ibu tua yang memperebutkan warisan ini sama sekali tidak menampakkan kedukaan, beda dari dua ekor anjing si ibu tua.

Tolong jawab pertanyaan saya: Dalam kasus si ibu tua ini, mana yang lebih mulia, dua ekor anjing, atau empat anak si ibu tua? Anda perlu menjawab pertanyaan ini dengan kreatif, jangan klise atau dogmatis, supaya anda bisa tiba pada pencerahan lebih jauh.

Kerap hewan berperilaku sangat insani, dan kerap juga manusia berperilaku hewani. Di mana batas-batasnya? Atau adakah batas-batasnya? Ataukah keduanya bertumpang tindih?

Memikirkan relasi-relasi yang ada dan terbangun antara manusia dan semua organisme hidup lainnya dalam alam ini, adalah bagian dari penyelidikan keagamaan juga. Seyogianya anda ambil bagian dalam penyelidikan ini, tentu dengan otak yang cerdas, yang akan memampukan anda membaca banyak buku ilmu pengetahuan yang ditulis para ilmuwan yang diakui dunia internasional. 

----------------  

/1/ File PDF deklarasi ini tersedia online di http://fcmconference.org/img/CambridgeDeclarationOnConsciousness.pdf.