Saturday, January 1, 2011

Fisika Peradaban Luar Bumi (by Michio Kaku)

Berapa majukah mereka?

Almarhum Carl Sagan pernah bertanya, “Apa artinya bagi semua peradaban jika sudah mencapai usia satu juta tahun? Kita telah memiliki teleskop-teleskop radio dan pesawat-pesawat antariksa selama beberapa dekade ini. Peradaban teknis kita hanya beberapa ratus tahun usianya… sebuah peradaban maju yang berusia jutaan tahun sangat jauh melampaui kita seperti kita mengungguli seekor binatang pohon yang bermata besar atau seekor kera berbuntut pendek.” 

Meskipun tebakan apapun tentang peradaban-peradaban yang sudah sangat maju itu merupakan suatu spekulasi semata, orang masih dapat menggunakan hukum-hukum fisika untuk menempatkan batas atas dan batas bawah pada peradaban-peradaban ini. Sementara hukum-hukum teori medan quantum, relativitas umum, termodinamika, dlsb., adalah bidang-bidang yang lumayan sudah mapan, fisika khususnya dapat menempatkan batas-batas fisik yang membatasi parameter peradaban-peradaban ini.

Teleskop-teleskop radio
dalam SETI Project (the Search for Extraterrestrial Intelligence)

Pertanyaan ini bukan lagi hanya merupakan suatu spekulasi yang menganggur. Segera, umat manusia dapat mengalami suatu kejut eksistensial ketika daftar yang sekarang ada atas selusin planet di luar tata surya yang seukuran Jupiter berkembang menjadi suatu daftar ratusan planet seukuran Bumi, yang menjadi kembaran-kembaran hampir identik dengan Bumi kampung halaman kita. Hal ini dapat mendatangkan suatu era baru di dalam hubungan kita dengan jagat raya: kita tidak akan pernah lagi memandang langit malam dengan cara yang sama, karena kesadaran baru kita bahwa para saintis akhirnya dapat menyusun sebuah ensiklopedia yang mengidentifikasi dengan persis koordinat mungkin ratusan planet yang seperti Bumi.


Dewasa ini, dalam setiap beberapa minggu muncul berita-berita tentang penemuan sebuah planet baru di luar tata surya yang seukuran Jupiter, dan yang paling mutakhir ditemukan terletak 15 tahun cahaya jauhnya dari Bumi, yang mengorbit di sekitar bintang Gliese 876. Yang paling spektakuler dari temuan-temuan ini difoto oleh Teleskop Antariksa Hubble, yang menangkap foto-foto yang mempesona dari sebuah planet yang lokasinya 450 tahun cahaya, yang diumban ke ruang angkasa oleh suatu sistem bintang ganda.

Tetapi temuan yang terbaik masih dinanti. Di awal dekade depan, para saintis akan meluncurkan sebuah teleskop jenis baru, teleskop antariksa interferometri, yang menggunakan berkas-berkas cahaya interferens untuk meningkatkan kemampuan teleskop-teleskop memerinci objek-objek yang diamati. Sebagai contoh, Space Interferometry Mission (SIM), yang akan diluncurkan awal dekade depan, terdiri atas banyak teleskop yang ditempatkan di sepanjang suatu struktur 30 kaki. Dengan suatu tingkat resolusi yang belum ada sebelumnya, yang mendekati batas-batas fisikal optik, SIM sangat peka sehingga kekuatannya hampir tak dapat dipercaya: dengan mengorbit Bumi, SIM akan dapat mendeteksi gerak sebuah lentera yang sedang diayun-ayunkan oleh seorang astronot di planet Mars!

Pada saatnya, SIM akan membuka jalan bagi Terrestrial Planet Finder (TPF) (Penemu Planet Luar Bumi), yang akan diluncurkan akhir dekade depan, yang akan harus mengidentifikasi lebih banyak lagi planet-planet yang seperti Bumi. TPF akan melakukan scanning atas 1000 bintang yang paling terang, yang berlokasi di dalam 50 tahun cahaya dari Bumi dan akan fokus pada 50 sampai 100 sistem planet yang paling terang.

Pada saatnya, semua ini akan mendorong suatu usaha aktif untuk menentukan apakah dari antara sistem-sistem planet yang diobservasi ada yang menyembunyikan kehidupan, yang mungkin memiliki peradaban-peradaban yang jauh lebih maju dari peradaban kita. Meskipun mustahil untuk memprediksi fitur-fitur setepatnya dari peradaban-peradaban maju semacam ini, penampakan-penampakan garis besar peradaban-peradaban ini dapat dianalisis dengan menggunakan hukum-hukum fisika. Tidak jadi soal berapa juta tahun cahaya yang memisahkan kita dari mereka, mereka harus masih menaati hukum-hukum besi fisika, yang sekarang ini cukup maju untuk menjelaskan segala sesuatu, mulai dari partikel-partikel sub-atomik sampai ke struktur berukuran besar jagat raya, melalui 43 orde magnitudo yang luar biasa.


Fisika Peradaban Tipe I, II dan III

Secara khusus, kita dapat membuat peringkat peradaban-peradaban berdasarkan konsumsi energi mereka, dengan menggunakan prinsip-prinsip berikut:
  1. Hukum-hukum termodinamika. Bahkan suatu peradaban yang maju terikat pada hukum-hukum termodinamika, khususnya Hukum Kedua, dan karenanya dapat diperingkatkan berdasarkan energi yang ada pada mereka.
  2. Hukum-hukum materi stabil. Materi barionik (misalnya, yang didasarkan pada proton dan neutron) cenderung mengelompok ke dalam tiga pengelompokan besar: planet-planet, bintang-bintang dan galaksi-galaksi. (Hal ini adalah suatu produk yang terdefinisi dengan baik dari evolusi, fusi termonuklir, dll., yang bersifat planetaris dan galaktis.) Dengan demikian, energi mereka akan juga didasarkan pada tiga tipe individual, dan hal ini menempatkan batas-batas atas peringkat konsumsi energi mereka.
  3. Hukum-hukum evolusi planetari. Peradaban yang sudah maju manapun harus berkembang dalam konsumsi energi, lebih cepat dari frekuensi bencana-bencana yang mengancam kehidupan (misalnya, tumbukan meteor-meteor, zaman-zaman es, supernova, dll.). Jika mereka tumbuh lebih lamban, mereka sudah takdirnya akan lenyap. Ini menempatkan batas-batas bawah matematis pada peringkat pertumbuhan peradaban-peradaban ini.

Dalam sebuah makalah yang berpengaruh yang diterbitkan tahun 1964 di dalam Journal Soviet Astronomy, astrofisikawan Russia, Nicolai Kardashev, berteori bahwa peradaban-peradaban maju harus karenanya dikelompokkan menurut tiga tipe: Tipe I, II, dan III, yang telah menguasai bentuk-bentuk energi planet-planet, bintang-bintang, dan galaksi-galaksi, berturut-turut. Dia membuat kalkulasi bahwa konsumsi energi dari tiga tipe peradaban ini dipisahkan oleh sebuah faktor yang mencakup milyaran. Tetapi berapa waktu dibutuhkan untuk mencapai status Tipe II dan Tipe III? Lebih singkat ketimbang kebanyakan orang sadari.


Alien abu-abu, akan datangkah mereka ke planet Bumi? 
Atau homo sapiens yang akan melanglang kosmos untuk menemui mereka?

Seorang astronom Berkeley, Don Goldsmith, mengingatkan kita bahwa Bumi menerima kira-kira sepermilyar energi matahari, dan bahwa manusia menggunakan kira-kira seperjuta energi matahari. Jadi kita mengonsumsi kira-kira seperjuta milyar total energi matahari-matahari. Pada masa kini, seluruh produksi energi planetari kita kira-kira 10 milyar milyar ergs per detik. Tetapi pertumbuhan energi kita meningkat dengan sangat cepat, dan karenanya kita dapat mengalkulasi berapa lama untuk kita meningkat ke status Tipe II atau Tipe III. Goldsmith berkata, “Ketika kita sudah dapat memahami bagaimana memanipulasi energi, lihat berapa jauh kita telah memakai energi, bagaimana sebenarnya menghasilkan bahan bakar fosil, dan bagaimana menciptakan daya listrik dari daya air, dan seterusnya. Pemakaian energi kita meningkat dalam suatu jumlah yang luar biasa hanya dalam beberapa abad saja dibandingkan milyaran tahun usia planet kita… dan hal yang sama ini dapat berlaku juga di peradaban-peradaban lain.”

Fisikawan Freeman Dyson dari Institute for Advanced Study mengestimasi bahwa, dalam kira-kira 200 tahun, kita akan mencapai status Tipe I. Sebenarnya, kalau kita bertumbuh dalam suatu peringkat yang biasa saja 1 % pertahun, Kardashev menghitung akan diperlukan 3.200 tahun untuk mencapai status Tipe II, dan 5.800 tahun untuk mencapai status Tipe III.


Hidup dalam suatu Peradaban Tipe I, II, atau III

Sebagai contoh, suatu peradaban Tipe I sesungguhnya adalah suatu peradaban planetari, yang telah berhasil menguasai banyak bentuk energi planetari. Output energi mereka dapat berada pada orde ribuan juta kali dari output planetari kita sekarang ini. Mark Twain pernah berkata, “Setiap orang berkeluh kesah mengenai cuaca, tetapi tidak seorang pun melakukan sesuatu terhadapnya.” Hal ini dapat berubah dengan suatu peradaban Tipe I, yang memiliki cukup energi untuk mengubah cuaca. Mereka juga memiliki cukup energi untuk mengubah rute gempa-gempa bumi, gunung berapi, dan membangun kota-kota dan lautan-lautan mereka.

Pada masa kini, output energi kita menempatkan kita pada status Tipe 0. Kita mendapatkan energi kita bukan dari pemakaian daya-daya global, melainkan dengan membakar tanaman-tanaman mati (seperti minyak dan batu bara). Tetapi kita sudah dapat melihat benih-benih suatu peradaban Tipe I. Kita melihat telah dimulainya suatu bahasa planetari (Inggris), sistem komunikasi planetari (Internet), dan suatu ekonomi planetari (pembentukan Uni Eropa), dan bahkan permulaan suatu kebudayaan planetari (melalui media massa, TV, musik rock, dan film-film Hollywood).

Menurut definisinya, suatu peradaban maju harus tumbuh lebih cepat dari frekuensi bencana-bencana yang mengancam kehidupan. Karena tumbukan meteor dan komet terjadi sekali setiap beberapa ribu tahun, suatu peradaban Tipe I harus menguasai perjalanan antariksa untuk menyimpangkan puing-puing angkasa di dalam jangka waktu itu, yang haruslah tidak merupakan suatu masalah. Karena zaman-zaman es dapat terjadi pada suatu skala waktu puluhan ribu tahun, maka suatu peradaban Tipe I harus belajar memodifikasi cuaca di dalam jangka waktu itu.

Bencana-bencana internal dan buatan juga harus dinegosiasikan. Tetapi masalah polusi global hanyalah suatu ancaman mematikan bagi suatu peradaban Tipe 0; suatu peradaban Tipe I telah hidup beberapa milenium sebagai suatu peradaban planetari, yang perlu mencapai suatu keseimbangan ekologis planetari. Masalah-masalah internal seperti perang memang mendatangkan suatu ancaman serius yang terus berulang, tetapi mereka memiliki waktu ribuan tahun untuk memecahkan konflik-konflik rasial, nasional dan sektarian.

Akhirnya, setelah beberapa ribu tahun, suatu peradaban Tipe I akan kehabisan daya suatu planet, dan akan mendapatkan energi mereka dengan mengonsumsi seluruh output energi matahari-matahari mereka, atau secara kasar semilyar trilyun ergs per detik.

Dengan output energi mereka yang dapat dibandingkan dengan energi suatu bintang kecil, mereka harus kelihatan dari angkasa luar. Dyson telah menyarankan bahwa suatu peradaban Tipe II bahkan dapat membangun suatu kawasan gigantis di sekitar bintang mereka untuk dengan lebih efisien menggunakan total output energinya. Bahkan jika mereka mencoba menyembunyikan eksistensi mereka, mereka, karena Hukum Kedua Termodinamik, mengeluarkan panas buangan mereka. Dari angkasa luar, planet mereka dapat bercahaya seperti sebuah ornamen pohon Natal. Dyson bahkan menyarankan untuk mengamati secara khusus emisi cahaya infra merah (ketimbang radio dan TV) untuk mengidentifikasi peradaban-peradaban Tipe II ini.

Mungkin satu-satunya ancaman serius terhadap suatu peradaban Tipe II adalah suatu ledakan supernova yang dekat, yang ledakan dadakannya dapat membakar planet mereka di dalam suatu ledakan sinar-sinar X yang makin melemah, sehingga membunuh semua bentuk kehidupan. Dengan demikian, mungkin peradaban yang paling menarik adalah suatu peradaban Tipe III, sebab peradaban semacam ini tidak bisa binasa, kekal abadi. Mereka telah menghabiskan daya sebuah bintang tunggal, dan telah mencapai sistem-sistem bintang lain. Tidak ada bencana alam yang dikenal sains yang dapat menghancurkan dan melenyapkan suatu peradaban Tipe III.

Ketika diperhadapkan pada suatu supernova di dekatnya, suatu peradaban Tipe III akan memiliki beberapa alternatif, seperti mengubah evolusi sebuah bintang merah gigantis yang mau meledak, atau meninggalkan sistem bintang yang khusus ini dan melakukan terraforming terhadap suatu sistem planetari yang dekat.

Akan tetapi, ada hambatan-hambatan bagi suatu peradaban Tipe III yang sedang tumbuh. Akhirnya, peradaban ini bertabrakkan dengan sebuah hukum besi fisika lainnya, yakni teori relativitas. Dyson memperhitungkan bahwa hal ini dapat menunda transisi ke suatu peradaban Tipe III dalam jangka waktu mungkin jutaan tahun. Tetapi kendatipun ada hambatan cahaya, ada sejumlah cara untuk mengembang pada kecepatan-kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya.

Misalnya, ukuran mendasar suatu kemampuan roket diukur oleh sesuatu yang dinamakan “impuls spesifik” (yang didefinisikan sebagai produk momentum dan durasi, yang diukur dalam unit-unit detik). Roket kimiawi dapat memperoleh impuls spesifik dari beberapa ratus hingga beberapa ribu detik. Mesin-mesin ion dapat memperoleh impuls spesifik puluhan juta detik. Tetapi untuk mendapatkan suatu velositas yang mendekati kecepatan cahaya, orang harus mendapatkan impuls spesifik kira-kira 30 juta detik, yang berada jauh di luar kemampuan kita sekarang, tetapi tidak bagi suatu peradaban Tipe III. Aneka ragam sistem propulsi (= sistem daya pendorong) dapat tersedia bagi usaha-usaha penyelidikan untuk mendapatkan suatu kecepatan di bawah kecepatan cahaya (seperti mesin-mesin fusi ram-jet, mesin-mesin fotonik, dll.).

Karena jarak di antara bintang-bintang sangat besar, dan jumlah sistem matahari yang tidak cocok dan tidak menopang kehidupan sangat besar, suatu peradaban Tipe III akan menghadapi pertanyaan berikutnya: Adakah cara yang secara matematis paling efisien dalam mengeksplorasi ratusan milyar bintang di dalam galaksi?

Dalam fiksi sains, pencarian dunia-dunia yang dapat dihuni telah diabadikan di TV oleh kapten-kapten heroik yang dengan berani mengomandoi pesawat antariksa yang sendirian, atau sebagai Borg pembunuh, suatu peradaban Tipe III yang menyerap peradaban Tipe II yang lebih rendah (seperti Federasi). Namun, metode yang secara matematis paling efisien untuk mengeksplorasi angkasa ternyata jauh kurang mempesona: yakni mengirim armada “Penyidik Von Neumann” di seluruh galaksi (diambil dari nama John Von Neumann, yang membangun hukum-hukum matematis bagi sistem-sistem yang mereplikasi diri).

Suatu penyidik Von Neumann adalah sebuah robot yang dirancang untuk mencapai sistem-sistem bintang yang jauh dan menciptakan pabrik-pabrik yang akan mereproduksi kopi-kopi diri mereka sendiri sampai mencapai ribuan robot. Sebuah bulan yang mati, ketimbang sebuah planet, menjadi tujuan ideal armada Von Neumann, sebab armada ini dapat dengan mudah mendarat dan terbang dari bulan-bulan ini, dan juga karena bulan-bulan ini tidak mengenal erosi. Armada-armada ini akan hidup dari tanah, memakai persediaan besi, nikel, dll., yang tersedia secara alamiah, untuk menciptakan bahan-bahan baku dasar untuk membangun sebuah pabrik robot. Mereka akan menciptakan ribuan kopi diri mereka sendiri, yang kemudian akan menyebar dan mencari sistem-sistem bintang lain.

Serupa dengan suatu virus yang mendiami suatu tubuh yang berukuran berkali-kali besarnya dari ukurannya, akhirnya akan ada suatu kawasan yang terdiri atas trilyunan armada Von Neumann yang bergerak meluas ke segala arah, dengan kecepatan yang makin bertambah, sedikit di bawah kecepatan cahaya. Dengan jalan ini, bahkan sebuah galaksi yang berjarak 100.000 tahun cahaya dapat secara lengkap dianalisis di dalam, katakanlah, setengah juta tahun.

Jika suatu armada Von Neumann hanya menemukan bukti suatu kehidupan primitif (seperti suatu peradaban Tipe 0 yang tidak stabil dan buas), mereka dapat cuma berbaring jinak di bulan, menunggu dengan bisu untuk peradaban Tipe 0 ini berevolusi mencapai suatu peradaban Tipe I yang stabil. Setelah menunggu dengan tenang selama beberapa ribu tahun, mereka dapat diaktivasikan ketika peradaban Tipe I yang sedang berkembang telah cukup maju untuk membangun suatu koloni di bulan. Fisikawan Paul Davies dari Universitas Adelaide bahkan telah mengangkat kemungkinan adanya suatu armada Von Neumann yang sedang beristirahat di bulan kita, yang tersisa dari suatu kunjungan sebelumnya di dalam sistem kita di masa lampau yang telah sangat lama. (Jika hal ini terdengar sedikit familiar, tak lain karena hal ini telah menjadi landasan film 2001. Semula, Stanley Kubrick memulai film ini dengan serangkaian saintis menjelaskan kepadanya bagaimana armada-armada semacam ini akan menjadi metode paling efisien dalam menjelajahi angkasa luar. Sayangnya, pada menit terakhir, Kubrick memotong segmen pembuka dari filmnya, dan bagian-bagian ini menjadi bagian-bagian yang paling mistikal).


Perkembangan Baru

Sejak Kardashev memberikan pemeringkatan orisinal peradaban-peradaban, kini telah ada banyak perkembangan saintifik yang mempertajam dan memperluas analisisnya semula, seperti perkembangan-perkembangan mutakhir di dalam nanoteknologi, bioteknologi, fisika quantum, dsb.

Sebagai contoh, nanoteknologi dapat memfasilitasi pengembangan armada Von Neumann. Seperti fisikawan Richard Feyman telah observasi di dalam esainya yang berpengaruh, yang berjudul “There’s Plenty of Room at the Bottom”, tidak ada sesuatupun di dalam hukum-hukum fisika yang mencegah pembangunan armada-armada berupa mesin-mesin seukuran molekul. Pada masa kini, saintis telah membangun benda-benda aneh seukuran atom, seperti sebuah abacus (alat penghitung) atomik dengan Buckyballs dan sebuah gitar atomik dengan dawai-dawai berdiagonal 100 atom.

Paul Davies berspekulasi bahwa suatu peradaban yang sedang menjelajahi angkasa dapat menggunakan nanoteknologi untuk membangun armada-armada mini untuk mengeksplorasi galaksi, mungkin ukurannya tidak lebih besar dari tapak tangan anda. Davies berkata, “Armada-armada kecil yang sedang saya bicarakan, akan sangat tidak kentara sehingga tidaklah mengejutkan kalau kita belum pernah menemukannya. Ini bukanlah sesuatu yang secara kebetulan anda temukan di halaman belakang rumah anda. Jadi, jika teknologi berkembang dengan cara demikian, maksudnya, semakin kecil, semakin cepat, dan semakin murah, dan jika peradaban-peradaban lain telah menelusuri rute ini, maka kita kini dapat sedang dikitari oleh mesin-mesin pemantau dari angkasa luar.”

Selain itu, perkembangan bioteknologi telah membuka kemungkinan-kemungkinan yang sepenuhnya baru. Armada penyidik ini dapat bertindak sebagai bentuk-bentuk kehidupan, yang mereproduksi informasi genetik mereka, bermutasi dan berevolusi pada setiap tahap reproduksi untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan mereka, dan dapat memiliki kecerdasan buatan untuk mempercepat penyelidikan dan pencarian mereka.

Juga, teori informasi memodifikasi analisis Kardashev yang semula. Proyek SETI (= the Search for Extraterrestrial Intelligence) masa kini hanya dapat melakukan scanning atas sedikit frekuensi radio dan pancaran TV yang dikirim oleh suatu peradaban Tipe 0, tetapi mungkin bukan suatu peradaban yang telah maju. Dikarenakan adanya statik yang besar yang ditemukan di dalam angkasa yang dalam, mengirim sinyal-sinyal radio pada suatu frekuensi tunggal merupakan suatu sumber kesalahan yang serius. Ketimbang menempatkan semua telur anda di dalam satu keranjang, suatu sistem yang lebih efisien adalah memecah pesan dan memancarkannya melalui semua frekuensi (misalnya melalui Fourier like transform) lalu mengumpulkan kembali sinyalnya hanya pada ujung lainnya. Dengan cara ini, bahkan jika frekuensi-frekuensi tertentu terganggu oleh statik, ada cukup pesan yang akan tetap bertahan untuk mengumpulkan kembali dengan akurat pesannya via koreksi kesalahan yang rutin. Akan tetapi, peradaban Tipe 0 apapun yang mendengar pesan ini pada satu band frekuensi akan hanya mendengar pesan yang tak bermakna. Dengan kata lain, galaksi kita dapat dipenuhi oleh pesan-pesan dari bermacam-macam peradaban Tipe II dan III, tetapi teleskop radio Tipe 0 kita hanya akan mendengar suara-suara tanpa makna.

Akhirnya, ada juga kemungkinan bahwa suatu peradaban Tipe II atau Tipe III dapat mencapai energi Planck yang termashyur dengan mesin-mesin mereka (10^19 milyar elektron volt). Energi ini suatu kwadrillion (10 pangkat 24) kali lebih besar dari smasher atom yang paling kuat, yang kita miliki. Energi ini, yang fantastis tampaknya, menurut definisinya berada di dalam kisaran suatu peradaban Tipe II atau Tipe III.

Energi Planck ini hanya terbentuk pada pusat lubang-lubang hitam (black holes) dan pada saat terjadinya Big Bang. Tetapi dengan perkembangan-perkembangan mutakhir dalam gravitasi quantum dan teori superstring, muncul suatu minat yang dibarui di antara para fisikawan terhadap energi-energi yang sangat besar sehingga efek-efek quantum memecah struktur ruang dan waktu. Meskipun sama sekali tak pasti bahwa fisika quantum memungkinkan terciptanya lubang-lubang hitam yang stabil, hal ini menimbulkan suatu kemungkinan yang jauh bahwa suatu peradaban yang telah berkembang dengan memadai dapat bergerak via lubang-lubang dalam ruang angkasa, seperti Kaca Mata Alice. Dan jika peradaban-peradaban ini dapat sukses bernavigasi melalui lubang-lubang hitam yang stabil, maka tidak masalah lagi bagi mereka untuk mendapatkan suatu impuls spesifik satu juta detik. Mereka hanya mengambil jalan pintas melalui galaksi. Hal ini memangkas besar-besaran transisi di antara suatu peradaban Tipe II dan Tipe III.

Kedua, kemampuan merobek lubang-lubang di dalam ruang dan waktu dapat tiba pada suatu hari yang dekat. Para astronom, yang menganalisis cahaya yang terpancar dari supernova-supernova yang jauh, telah menyimpulkan baru-baru ini bahwa jagat raya ini berkembang dengan lebih cepat, ketimbang makin lambat. Jika ini benar, bisa ada suatu daya anti-gravitasi (mungkin konstan kosmologis Einstein) yang bekerja melawan tarikan gravitasi galaksi-galaksi yang jauh. Tetapi ini juga berarti bahwa jagat raya dapat berkembang selamanya di dalam suatu Big Chill (Suhu Dingin Besar), sampai temperatur mendekati nol mutlak. Beberapa makalah baru-baru ini membentangkan bagaimana kemungkinan rupa jagat raya yang gelap ini. Ini akan menjadi suatu penglihatan yang menimbulkan kesedihan: setiap peradaban yang bisa bertahan akan selanjutnya dengan dahsyat terhimpun menjadi satu dengan debu-debu yang sekarat dari bintang-bintang neutron yang sedang lenyap dan lubang-lubang hitam. Semua kehidupan cerdas harus mati ketika jagat raya mati.

Ketika merenungi kematian Matahari, filsuf Betrand Russel pernah menulis suatu alinea dalam bahasa Inggris yang mungkin paling menimbulkan rasa putus asa: “… Semua kerja berat segala zaman, semua devosi, semua inspirasi, semua kecerahan siang dari manusia-manusia jenius, telah ditakdirkan untuk lenyap di dalam suatu kematian besar sistem matahari, dan semua kuil yang dihasilkan oleh Manusia harus tak terhindar lagi dikubur di bawah debu-debu suatu jagat raya yang runtuh…”

Kini, kita menyadari bahwa roket-roket yang cukup kuat dapat menyelamatkan kita dari kematian matahari kita pada 5 milyar tahun dari sekarang, ketika samudera-samudera akan mendidih dan gunung-gunung akan meleleh. Tetapi bagaimana kita dapat luput dari kematian jagat raya itu sendiri?

Astronom John Barrows dari Universitas Sussex menulis, “Andaikan kita memperluas klasifikasinya ke atas. Anggota-anggota dari peradaban-peradaban hipotetis Tipe IV, V, VI, … dan seterusnya, akan dapat memanipulasi struktur-struktur jagat raya dalam skala-skala yang lebih besar dan lebih besar, mencakupi kelompok-kelompok galaksi, kelompok-kelompok dari kelompok-kelompok galaksi, dan superkelompok galaksi.” Peradaban-peradaban yang melampui Tipe III dapat memiliki energi yang cukup untuk luput dari jagat raya kita yang sedang sekarat lewat lubang-lubang di ruang angkasa.

Terakhir, fisikawan Alan Guth dari MIT, salah seorang pencetus teori jagat raya yang berinflasi (inflationary universe theory), bahkan telah mengkomputasi energi yang dibutuhkan untuk menciptakan suatu jagat raya bayi di dalam laboratorium (temperaturnya 1000 trilyun derajat, yang masih berada di dalam kisaran peradaban-peradaban hipotetis ini).

Tentu saja, sampai seseorang benar-benar bertemu dengan suatu peradaban yang maju, semua ini sama dengan spekulasi yang dikendalikan oleh hukum-hukum fisika, tidak lebih dari sebuah panduan berguna dalam pencarian kita atas kehidupan-kehidupan cerdas luar Bumi. Tetapi suatu hari, banyak dari antara kita akan melihat pada ensiklopedia yang memuat koordinat mungkin ratusan planet yang seperti Bumi di dalam sektor kita dari galaksi kita. Kemudian kita akan bertanya, seperti Sagan dulu, seperti apakah rupa suatu peradaban yang jauhnya berjuta-juta tahun cahaya dari kita….


by Michio Kaku (penerjemah: Ioanes Rakhmat)

(Sumber: http://mkaku.org/home/?page_id=246)