Saturday, January 27, 2024

Teori-teori Etika

 



Saat-saat ini, menjelang Pilpres 14 Februari 2024, terkait Pak Jokowi yang saya hormati dan segani, sedang ramai dibentur-benturkan antara etika atau moral dan hukum. Betulkah pembenturan ini? Mungkin tidak betul. 

Dalam ilmu etika, dikenal setidaknya tujuh pendekatan atau tujuh jalan atau tujuh teori. Berikut ini uraian singkatnya.

• Etika deontologis (deon, kewajiban): sesuatu itu benar dan baik jika dilakukan sejalan dengan kewajiban-kewajiban yang diatur oleh hukum positif (buatan manusia; dalam demokrasi buatan badan legislatif); etika ini juga disebut etika normatif atau etika nomis atau etika legalis;

• Etika teleologis (telos, tujuan): sesuatu itu benar dan baik jika dilaksanakan dengan tujuan yang baik, yang mau dicapai, sekalipun melanggar hukum. Contoh: berdusta itu dibenarkan jika tujuannya baik dan benar; jadi tujuan menghalalkan cara--- the end justifies the means.

• Etika utilitarian: suatu tindakan itu benar dan baik jika bermanfaat dan berguna dalam mendatangkan kebahagiaan, kesenangan dan kesejahteraan paling maksimal bagi sebanyak mungkin orang--- the greatest good and wellbeing for the greatest number;

• Etika aretalogis (aretÄ“, kebajikan, virtue): suatu tindakan atau suatu keputusan etis dipandang benar dan baik jika tindakan atau keputusan ini dapat mengembangkan karakter moral si pengambil keputusan ketika dia diperhadapkan pada dilema-dilema moral. Ada empat karakter moral utama yang menjadi fokus etika aretalogis, yakni si individu menjadi bijaksana, adil, berani atau kuat, dan mampu mengontrol diri;

• Etika situasional: benar atau baiknya suatu tindakan, ditentukan oleh sikon terbatas yang ada dan mendesak. Karena itu, setiap pengambil keputusan etis harus pertama-tama dan terutama mempertimbangkan sikon yang ada, yang terbatas dan mendesak; dan menjauhkan diri dari pertimbangan yang rumit. Dus, etika situasional dapat disebut juga etika praktikal atau etika pragmatis (pragma, aksi, tindakan);

• Etika kontekstual luas: sesuatu itu benar dan baik jika dilakukan sebagai respons proaktif multidimensional terhadap konteks kehidupan yang luas dan rumit. Kebenaran dan kebaikan itu bergantung pada kebutuhan dan keharusan kontekstual yang luas, disertai dengan pertimbangan atas kewajiban hukum, tujuan, manfaat tindakan, moral individual para pelaku, dan sikon-sikon terbatas yang ada dan mendesak. Keputusan etis kontekstual luas muncul dari studi-studi lintasilmu;

• Etika agape: sesuatu itu baik dan benar jika dilakukan berdasarkan kasih sayang yang tulus. Jalan etika ini adalah jalan yang paling abstrak dan paling subjektif. Hal mengamalkan kasih sayang, tidaklah selalu sama cara, bentuk dan wujudnya, dan hasilnya, dari pelaku yang satu ke pelaku yang lainnya.

Pak Jokowi mungkin sedang berjalan di jalan etika kontekstual luas. Atau, saya salah? Entahlah. 

Dua periode kepresidenan Pak Jokowi, dengan semua prestasi real beliau, mencegah saya untuk "menyeruduk" Pak Jokowi dengan kata-kata yang tidak patut.

Be smart, kind, and thoughtful.

ioanes Rakhmat