Feminisme itu sebuah ideologi dan gerakan untuk menempatkan
kedudukan perempuan setara dengan kedudukan pria, dan memperlihatkan
kaum perempuan mampu hidup mandiri tanpa pria pendamping manapun.
Feminisme dapat dikata menemukan kembali harga diri dan kehormatan diri
serta martabat dan harkat perempuan yang dalam sejarah panjang
perkembangan peradaban manusia pernah diperlakukan sebagai insan
rendahan, kelas dua atau kelas tiga dalam masyarakat patriarkal.
Jadi, feminisme itu sebetulnya gerakan dan paham yang bagus. Sangat
demokratis dan humanitarian, karena memperjuangkan manusia perempuan
untuk diterima setara dengan manusia lelaki dalam kedudukan dan peran mereka.
Sebagaimana dalam setiap ideologi dan gerakan, dalam feminisme juga
ditemukan berbagai aliran yang masing-masing menekankan segi-segi khusus
gerakan, dan setiap aliran ini membentuk perilaku dan watak yang
spesifik dari setiap feminis.
Feminis adalah setiap orang,
lelaki maupun perempuan, yang berkomitmen untuk merealisasi ideal-ideal
dan tujuan-tujuan gerakan feminisme. Umumnya, yang biasa disebut feminis
adalah kaum perempuan dalam gerakan feminisme.
Banyak feminis
yang saya kenal berwatak ramah, elegan dan simpatik, sangat terbuka jika diajak
berdiskusi hal apapun, termasuk jika yang mengajak orang lelaki yang
sinis atau anti terhadap gerakan dan ideologi feminisme. Tidak sedikit
di antara mereka adalah juga para ibu rumah tangga, selain banyak juga
yang menjomblo. Feminis jenis ini melihat manusia lelaki dan manusia
perempuan saling melengkapi dan harus bekerja sama untuk memajukan
peradaban insani. Mereka tidak melihat dunia hitam atau putih yang
terpisah dan terbelah. Perpaduan hitam dan putih, atau (memakai
terminologi filsafat Timur) perpaduan dinamis Yin dan Yang, dilihat
mereka sebagai sesuatu yang indah dan powerful.
Tetapi, dalam
pengalaman saya, ada juga perempuan feminis yang berangasan, suka marah,
dan terlalu percaya diri dan tertutup. Mereka yang tergolong feminis
jenis ini sangat tidak suka bahkan sering berang dan emosional kalau
dirinya dibicarakan dalam hubungan dengan kaum pria, termasuk jika
prianya suaminya sendiri. Feminis jenis ini kerap kelihatan radikal dan
penuh permusuhan terhadap dunia, yang dipersepsi mereka dengan keliru
sebagai para penindas manusia perempuan. Feminis jenis ini umumnya
memilih hidup tidak menikah seumur kehidupan mereka. Tetapi jika mereka
menikah, mereka tidak mau direndengkan dengan suami mereka yang sah. Ini
aneh, bukan?
Pengalaman pertama saya berjumpa dengan perempuan
feminis pemberang terjadi di negeri Inggris. Ketika itu, saya ikut hadir
dalam suatu acara gerakan feminis internasional, yang panitianya
umumnya perempuan Inggris. Saya terlibat percakapan yang hangat dengan
dua perempuan feminis saat itu. Mengasyikkan. Tetapi ketika saya
bertanya kepada keduanya tentang bagaimana keadaan keluarga mereka,
khususnya suami dan anak-anak mereka, dan bolehkah saya berkenalan
dengan mereka, keduanya (saya sudah tahu mereka menikah) langsung
berubah tidak ramah dan sekaligus berang. Saya kaget dan tidak paham.
Langsung saya menghentikan percakapan.
Bagi kita sebagai orang
Timur, adalah lazim dan baik jika kita bertanya tentang keadaan keluarga
seseorang yang kebetulan kita jumpai, tanpa bermaksud mencampuri urusan
rumah tangganya. Tetapi mungkin, hal ini dinilai tidak lazim dan
terlalu rewel dan mau mencampuri urusan privat, oleh para perempuan
Inggris yang feminis. Saya kadangkala ditanyai oleh para ibu dan para
bapa yang kebetulan sudah lama tidak jumpa atau malah baru jumpa,
bagaimana keadaan rumah tangga, dengan istri dan anak-anak, dengan
pekerjaan, dengan kesehatan, dengan masa depan, dll. Saya malah senang
ditanyai demikian. Bagi saya mereka ramah dan simpatik serta peduli.
Jadi saya jawab dengan ringan dan happy, tanpa beban apapun.
Ternyata pengalaman pertama saya itu bukan yang terakhir. Saya menemukan
makin jelas, memang ada banyak feminis yang memandang kehidupan mereka
sebagai peperangan melawan dengan agresif struktur dan sistem yang
mereka dengan sepihak nilai sebagai penindas perempuan, termasuk melawan
orang-orang yang mendukung struktur dan sistem ini. Ideologi feminis
mereka memang ideologi yang agresif dan ideologi kemarahan, alhasil
mereka juga terbentuk sebagai pribadi-pribadi yang agresif dan suka
berang.
Apakah
para feminis pemberang itu berwatak demikian hanya karena faktor-faktor
bawaan lahir saja, sebagai perangai yang diwariskan, dan tidak ada
hubungannya dengan ekologi sosial yang di dalamnya mereka hidup dan
menerima ideologi feminisme aliran tertentu? Jawabannya sebenarnya sudah
jelas. Selain faktor genetik (disebut juga faktor "nature"), watak dan
kelakuan manusia juga dibentuk oleh faktor ekologi sosial dan
ideologi-ideologi yang dianut dalam ekologi ini. Faktor kedua ini
biasanya disebut sebagai faktor "nurture", atau dalam istilah
genetikanya dinamakan faktor "epigenetik". Siapa diri kita, dibentuk
oleh faktor genetik sekaligus oleh faktor epigenetik. Begitu juga halnya
dengan watak dan kelakuan para feminis: watak dan kelakuan setiap
feminis dibentuk selain oleh faktor genetik mereka, juga dibentuk oleh
lingkungan sosial feminis yang di dalamnya mereka hidup dan oleh
ideologi-ideologi feminis yang mereka yakini dan mereka jalankan.
Jika anda feminis, termasuk jenis feminis apakah diri anda?
Apapun pilihan jenis feminisme anda, sebaiknya kita semua menyadari
pentingnya feminisme berubah, dari gerakan kultural dan sosiopolitik
yang penuh kemarahan (karena berakar pada sejarah yang penuh kepahitan),
menjadi gerakan intelektual yang cerdas, kritis, jelas, ekspresif
sekaligus santun, tenang, terpelajar dan bersahabat, sebagaimana
patutnya sikap dan penampilan para intelektual. Jika perubahan ini
terjadi, saya kira feminisme akan jauh lebih mudah dipahami, dimengerti
dan diterima dalam masyarakat bahkan akan lebih kuat dan lebih luas
didukung, termasuk dalam dunia Islam masa kini.