Monday, March 29, 2021

"METEOR DOOMSDAY" atau APOKALIPSIS METEOR suatu saat akan terjadi!


Klik gambarnya untuk memperbesar


N.B. Update mutakhir 
31 Desember 2021
14 Agustus 2022


Di atas adalah sebuah ilustrasi tumbukan sebuah asteroid raksasa (lebar 9,6 km) berwarna gelap (jenis khondrit karbon, yang terbentuk di awal sejarah sistem Matahari) di semenanjung Yukatan, Meksiko, yang memusnahkan dinosaurus non-avian, 66 juta tahun lalu. Setelah dikaji, diyakini, asteroid ini berasal dari paruhan luar Asteroid Belt, yang berlokasi di antara Mars dan Jupiter./1/ Ilustrasi ini diambil dari Livescience, 10 Agustus 2021. Tentang Asteroid Belt, saya terangkan di bawah.

Tumbukan sebuah meteor atau asteroid besar pada permukaan Bumi akan menimbulkan serangkaian bencana global yang mematikan. Mari kita pahami sedikit lebih jauh soal ini.

Di masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung hampir 2 tahun, dan yang sudah memukul dunia dan kehidupan manusia dalam banyak bidang kehidupan, kita juga menghadapi suatu ancaman lain terhadap dunia dan semua spesies yang ada yang dapat membuat Bumi rusak porak-poranda dan kita semua punah seketika. 

Ya, ancaman yang datang dari angkasa luar. Bukan berupa serbuan armada perang para alien cerdas luar Bumi ke planet Bumi. Melainkan ancaman tumbukan meteor-meteor besar dari angkasa luar pada permukaan planet Bumi. 

Ancaman yang mengerikan itu sudah lama diketahui dan dikaji, dan sudah terjadi lebih dari satu kali, dan akan dapat terjadi lagi sewaktu-waktu. Tak heran jika banyak ilmuwan sudah lama mendorong Homo sapiens, manusia yang cerdas dan bijak, untuk segera membangun koloni-koloni baru sebagai “rumah kedua” dan “rumah ketiga” di planet Mars, dan di bulan-bulan Titan dan (mungkin juga) Enceladus dari planet Saturnus. 

Asteroid 2001 FO32

NAH, TAHUKAH ANDA? Pada Minggu, 21 Maret 2021 yang lalu, sebuah asteroid berukuran besar (diameter 900 meter, atau 3.000 kaki) telah melintasi planet Bumi dalam jarak terdekat, kurang lebih 2 juta km jauhnya dari Bumi atau 5,25 kali jarak Bumi dari Bulan. Menurut astrofisikawan Gianluca Masi dari Proyek Teleskop Virtual yang berbasis di Italia, pelintasan tersebut terjadi pukul 14:00 GMT.



Gambar grafis orbit eliptis asteroid 2001 FO32 (elips putih tebal) yang melintasi planet Bumi (Earth) dalam jarak yang dekat pada 21 Maret 2021


Jarak yang dekat dengan Bumi ketika asteroid ini melintasi planet kita membuatnya digolongkan sebagai “Asteroid yang potensial berbahaya” dari antara banyak “Objek Dekat Bumi” (“Near Earth Object” atau NEO).

Kecepatan lintasan asteroid yang diberi nama ASTEROID 2001 FO32 (ditemukan Maret 2001, jadi sudah 20 tahun lalu) ketika mendekati Bumi mencapai 124.000 km/jam. Ini adalah kecepatan yang tercepat dari kebanyakan asteroid yang sejauh ini telah melintasi Bumi. Kejadian ini akan berulang lagi di tahun 2052, masih 31 tahun lagi./2/

Manfaat mengkaji meteor dan asteroid

Bebatuan asteroid terbentuk selama awal terbentuknya sistem Matahari kita kurang lebih 4,571 milyar tahun lalu. Sedang usia Galaksi Bima Sakti (atau Milky way) 13,2 milyar tahun, dan usia jagat raya kita 13,8 milyar tahun. 

Evolusi biologis spesies di planet Bumi mulai berlangsung 3,5-3,8 milyar tahun lalu, dimulai oleh organisme monoselular virus yang belakangan menjadi organisme parasitis sebagai akar terdalam pohon evolusi biologis. 

Ada juga yang melihat akar terdalamnya eukariota (contoh: protista, fungi, plantae dan animalia), yaitu sel yang memiliki sebuah nukleus yang oleh membran (atau karioteka) dipisahkan dari sitoplasma, dan prokariota (contoh: bakteri, alga biru atau arkhae), yakni sel yang tidak mempunyai nukleus, juga tak memiliki membran pemisah. 

Felix Broecker dan Karin Moeling menyatakan bahwa entitas-entitas “yang lazimnya dipandang berasal dari moyang umum universal yang terakhir adalah bakteri, arkhaea dan eukariota, yang memerlukan DNA, sintesis protein, dan harus, karenanya, telah berevolusi dalam waktu yang panjang dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih sederhana.

Lantas, mereka menyimpulkan bahwa akar terdalam pohon evolusi kehidupan adalah virus. Viruses must be located far down at the root of the tree of life. Dalam mekanisme evolusi, virus-virus melepaskan kehidupan independen mereka, lalu menjalani suatu gaya hidup parasitis. Dalam hal ini, virus-virus sangat boleh jadi adalah moyang-moyang tertua kita./3/

Masih ada kelanjutannya yang sangat menarik.

Suatu studi baru (artikel risetnya terbit online di jurnal Cell, 12 Oktober 2021) yang dilakukan tim peneliti dari Universitas California, Berkeley, dan Universitas Washington, menunjukkan bahwa virus-virus purba yang selama jutaan tahun telah menyerbu masuk ke dalam genom semua mammalia, termasuk manusia, sebagai organisme parasitis ternyata memainkan suatu peran sangat penting dalam viabilitas atau ketahanan, perkembangan, pertumbuhan dan keberlangsungan kehidupan.

Virus-virus purba ini pada hakikatnya adalah elemen-elemen DNA (yang dinamakan transposon) yang telah terintegrasi dalam genom-genom semua mammalia dan menyediakan suatu reservoa evolusioner untuk seleksi alam dapat bekerja. 

Kini transposon-transposon membentuk nyaris setengah DNA dalam genom-genom semua mammalia yang hidup. Padahal, lazimnya virus-virus purba ini dipandang hanya sebagai rongsokan DNA atau junk DNA yang mencakup gen-gen yang hancur atau tersingkir, virus-virus yang tertahan dalam genom lalu dibuat bisu dan dikutungi./4/ 



Perhatikan gambar di atas, yang memperlihatkan terintegrasinya transposon-transposon pada masing-masing spesies tertentu sebagai kejadian-kejadian unik dalam sejarah evolusi setiap spesies mammalia. Credit: Kerry Lin, UC Berkeley. Sumber gambar ScieTechDaily.

Well, kita balik ke fokus utama kita. Kajian-kajian terhadap asteroid dan komet yang datang sangat dekat ke Bumi memberi pemahaman dan pengetahuan yang kian bertambah dan kian baik kepada para ilmuwan tentang sejarah dan dinamika sistem Matahari kita.

Sekaligus kajian-kajian tersebut menjadi basis data tentang ancaman-ancaman yang potensial datang dari benda-benda angkasa luar terhadap planet Bumi dan umat manusia dan spesies-spesies lain.

Selain itu, ada manfaat keilmuan lainnya.

Ketika cahaya Matahari mengenai permukaan sebuah meteorit, maka mineral-mineral yang ada pada bebatuan meteorit tersebut menyerap sebagian berkas cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Sementara berkas-berkas cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda dipantulkan ke angkasa luar.

Dengan mengkaji spektrum cahaya yang terpantul itu lewat instrumen spektroskopi, para astronom dan para astrofisikawan dapat mengukur “sidik-sidik jari” komposisi kimiawi mineral-mineral yang ada pada permukaan asteroid. Ini mengawali kegiatan penambangan mineral asteroid yang kini sedang dikaji terus dan akan dilaksanakan di masa depan.

Asteroid-asteroid dekat-Bumi di angkasa luar (yang disebut NEAs atau Near-Earth Asteroids) ditemukan kaya dengan logam-logam seperti besi (Fe), nikel (Ni) dan kobalt (Co), dengan total 85%, dan sisanya 15% berupa material silikat (yang pada dasarnya adalah bebatuan).

Suatu kajian mutakhir terhadap asteroid 1986 DA dan asteroid 2016 ED85 yang berada di angkasa luar sangat dekat Bumi, menunjukkan bahwa kedua asteroid ini memiliki “tandatangan spektral” yang konsisten dengan tandatangan asteroid 16 Psyche sebagai asteroid terbesar yang kaya dengan logam-logam dalam sistem Matahari kita, terletak di Asteroid Belt utama. Ditemukan, jumlah sekelompok logam platinum yang ada pada asteroid 1986 DA melebihi cadangan yang tersedia di Bumi.

Oh ya, asteroid-asteroid 1986 DA dan 2016 ED85 berukuran kecil, lebar hanya beberapa km, sedangkan asteroid 16 Psyche memiliki lebar 226 km dan berlokasi jauh dari Bumi, 370 juta km dari planet kita. Ketiga asteroid ini adalah inti planet-planet yang tertinggal setelah gagal terbentuk, atau hancur sebelum menjadi planet, di awal sejarah sistem Matahari kita. 

Jadi, suatu saat di masa depan, logam-logam tersebut yang tersedia luar biasa banyak pada asteroid-asteroid yang sangat dekat Bumi akan dapat ditambang untuk digunakan di Bumi atau di angkasa luar./5/ 



Gambar artis asteroid 1986 DA yang kaya dengan logam-logam (85% dari total massanya), di saat melintas sangat dekat planet Bumi di angkasa luar. Sumber gambar SciTechDaily.




Di atas ini foto Asteroid 16 Psyche sebagai asteroid terbesar yang kaya dengan logam. Sumber gambar Forbes, 19 Oktober 2021.

Apokalipsis meteor

Tumbukan atau momentum (massa x velositas) asteroid yang berukuran besar terhadap planet Bumi dapat melenyapkan kehidupan dan merusak seluruh planet Bumi. Inilah yang saya namakan Apokalipsis Meteor, atau “Meteor Doomsday”, “Hari Kemusnahan Total” dunia karena hantaman sebuah meteor besar.

Peristiwa tumbukan sebuah meteor besar pada 66 juta tahun lalu di semenanjung Yukatan, Meksiko yang sekarang, telah menimbulkan kerusakan hebat global, merusak ekosistem Bumi, dan telah memusnahkan 75% dari spesies yang ada di Bumi waktu itu, termasuk berbagai jenis reptilia besar yang menakutkan yang dinamakan dinosaurus (non-avian). Lebih detail tentang ini, baca tulisan saya MENGAPA DINOSAURUS LENYAP?/6/

NASA telah mengkatalogisasi 95% “Asteroid Dekat Bumi” (“Near Earth Asteroid” atau NEA) yang seukuran asteroid 2001 FO32 atau yang berukuran lebih besar.

Setelah dikalkulasi, NASA menemukan tidak ada satu pun dari NEA tersebut yang memiliki peluang untuk menabrak Bumi dengan kekuatan tumbukan atau momentum yang besar yang dapat merusak ekosistem planet Bumi, dalam waktu 100 tahun ke depan--- kecuali ada asteroid-asteroid besar yang luput dari pengamatan panjang dari waktu ke waktu. 

Dalam sains, luput mengobservasi diterima sebagai suatu kemungkinan yang niscaya. Banyak profesor ilmuwan cerdas sering kebingungan mencari kacamata mereka yang sebetulnya menggantung seperti sebuah leontin di leher mereka. Karena itulah, iptek terus-menerus dikembangkan dan dimajukan untuk makin cermat dan peka dalam para ilmuwan mengobservasi dan menganalisis banyak fenomena di dunia mikro mekanika quantum dan di kawasan makro jagat raya .

Meteorit Chelyabinsk tak terdeteksi

Ya, ada yang luput. Pada Jumat, 15 Februari 2013, pukul 9:30 AM, sebuah meteorit dengan diameter 20 m dan berbobot 10 ton (tergolong asteroid kecil), yang luput dari pengamatan (katanya, aneh juga, karena menerobos masuk ke Bumi di siang hari yang terang), telah meledak di atas kota Chelyabinsk, 900 km sebelah timur Moscow, Russia, dekat perbatasan Kazakhstan, setelah menerobos atmosfir Bumi dengan kecepatan 60.000 sampai 90.000 km per jam. Laju gerak meteorit ini meninggalkan jejak awan putih di angkasa sepanjang 480 km.




Setelah 30 detik menembus atmosfir Bumi, meteorit ini meledak pecah di ketinggian 30 km di atas kota Chelyabinsk, lalu melepaskan gelombang kejut ke segala arah. Gelombang kejut ini diserap atmosfir, lalu dipancarkan sebagai pulsa energi panas dan cahaya benderang dengan akibat kecepatan meteor diperlambat.

Kekuatan ledakan yang terjadi karena energi kinetik, energi panas dan gesekan dengan udara yang bertekanan yang dilepaskan oleh meteorit ini mencapai 20-30 kali lipat dari energi yang dirilis oleh ledakan bom atom yang pernah dijatuhkan ke Hiroshima, Jepang, dalam PD II. Ada juga yang menyatakan energi yang terrilis mencapai 500 kiloton bom TNT.

Ledakan meteorit Chelyabinsk telah menimbulkan kerusakan yang cukup besar. Gelombang kejut yang timbul dari ledakan telah menghantam dan menghancurkan tembok-tembok dan kusen-kusen jendela, dan memecahkan kaca-kaca di enam kota di Russia, dan membunyikan alarm mobil-mobil. Lebih dari 1.500 orang terluka, dan ratusan orang harus dirawat di rumah-rumah sakit karena luka-luka ringan.



Kaca-kaca pecah berhamburan. Credit: Nikita Plekhanov. Sumber image Fraser Cain.




Suatu tim penyelam selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan mencari-cari sisa meteorit yang jatuh dan meninggalkan lubang besar (diameter 8 m) di permukaan Danau Chebarkul yang membeku, di kawasan pegunungan Ural di Russia. Akhirnya pada 15 Oktober 2013 mereka berhasil menemukan sebuah potongan meteorit tersebut di dasar danau. Beratnya 654 kg, potongan terbesar meteorit Chelyabinsk, sejauh yang sudah ditemukan.


Tuh lihat, pecahan terbesar meteornya, mencapai berat 654 kg.


Lebih lanjut tentang meteorit Chelyabinsk, baca TODAY IN SCIENCE: THE CHELYABINSK METEOR/7/ dan WHY NOT DETECTED IN ADVANCE?/8/



Image pecahan kecil meteorite Chelyabinsk 2013, dipamerkan di Museum Sejarah Negara Ural Selatan. Sumber image Atlasobscura


Menurut NASA, setiap hari ada kira-kira 80 hingga 100 ton material debu dan meteorit kecil yang jatuh ke Bumi karena gaya gravitasi Bumi. Tapi, sampai saat ini, belum ada yang menjadi ancaman serius terhadap Bumi. Peristiwa Chelyabinsk menurut NASA terjadi satu kali dalam kurun 100 tahun. Semoga begitu.

NASA berpendapat bahwa meteorit Chelyabinsk tidak terdeteksi sebelumnya oleh para astronomer karena meteorit ini berukuran kecil (sehingga disebut meteoroid) dan menerjang Bumi pada siang hari yang diterangi dengan benderang oleh cahaya Matahari.

Tetapi, bukankah meski menerjang masuk ke Bumi pada siang hari, meteorit Chelyabinsk jauh sebelumnya mustinya sudah terdeteksi sedang bergerak dalam suatu jalur orbital yang membuatnya suatu saat menabrak Bumi? Jawaban NASA tersebut tidak memuaskan.

Tetapi, sudah ada penjelasan yang logis. Berikut ini.

Asteroid atau meteor yang melintasi planet Bumi dalam jarak yang sangat dekat, atau yang akhirnya menghantam planet kita ini, tidak mungkin terdeteksi jauh-jauh hari sebelumnya (seperti meteor Chelyabinsk, asteroid-asteroid 2021 SG dan 2021 UA) jika objek-objek dekat Bumi (NEOs) ini datang dari arah Matahari.

Titik buta (“blind spot”) inilah yang membuat para astronomer tidak dapat melihat lewat teleskop-teleskop ketika objek-objek ini sedang bergerak menuju Bumi. Kondisi ini sudah dijelaskan misalnya oleh Eddie Irizarry (ahli sistem Matahari NASA) dan Deborah Byrd (editor kepala EarthSky).

Pada pihak lain, makin sering ditemukannya NEOs yang mendekati Bumi menunjukkan bahwa teknologi pensurvei angkasa dan juga kemampuan para astronomer untuk menemukan dan mengikuti gerak bebatuan angkasa sudah makin maju dan berkembang. Hal ini mustinya makin membuat penduduk Bumi lebih tenang, ketimbang makin ketakutan.

Nah, untuk mengeliminir titik buta tersebut, NASA berencana untuk meluncurkan wantariksa NEO Surveyor dalam tahun 2026 (persisnya direncanakan 26 Maret 2026) yang akan diparkir pada suatu titik lokasi di angkasa luar antara Bumi dan Matahari sehingga wantariksa ini dapat mendeteksi objek-objek yang tidak dapat dilihat dari Bumi./9/

Lalu, di pertengahan tahun 2030-an NEO Surveyor akan sudah menemukan 90% asteroid-asteroid yang potensial berbahaya yang berdiameter lebih dari 140 m. Asteroid seukuran ini cukup kecil sehingga dapat luput dari survei-survei yang sedang diadakan, tapi cukup besar untuk menimbulkan kerusakan regional yang signifikan./10/

Ketika pakar asteroid NASA, Dr. Amy Mainzer, ditanya apakah NASA sudah mengetahui semua asteroid, dia dengan terbuka menyatakan hal berikut ini. 

NASA sesungguhnya tidak mengetahui semua asteroid. Yang NASA ketahui hanyalah sejumlah besar asteroid sangat besar dan tidak satupun di antaranya dipastikan akan menjadi ancaman-ancaman yang akan menghantam planet Bumi. Namun, angkasa luar itu luar biasa besar, jadi kami selalu siaga memantau. Tetapi, ada banyak asteroid yang lebih kecil yang masih ada di angkasa luar yang belum kami temukan, dan di situlah pakar-pakar pertahanan planet Bumi berperan./11/

Asteroid Belt

Perlu diketahui, objek-objek bebatuan, asteroid-asteroid dan planet-planet kecil ada yang terhimpun di suatu kawasan yang membentuk disk yang mengelilingi Matahari, dan semua benda kecil angkasa ini mengorbit antara planet Mars dan planet besar Jupiter. Kawasan ini dinamakan ASTEROID BELT (tulis singkat saja AB)/12/, berada dalam wilayah “inner solar system”. Disk donat kuning pada gambar di bawah ini bukan adonan terigu matang rasa karamel fresh from the oven, tapi himpunan sangat banyak puing-puing bebatuan di angkasa luar, dalam berbagai ukuran.





Keseluruhan massa objek-objek dalam AB cuma kira-kira 4% dari massa Bulan kita, sehingga tidak cukup massif untuk, lewat gaya tarik-menarik antar objek-objek ini, membentuk suatu objek massif seukuran sebuah planet.

Selain itu, setelah mengamati gambar grafis AB di atas, saya berpikir keseluruhan gaya tarik-menarik antar benda-benda yang mengumpul di AB tidak cukup kuat untuk merobohkan keseimbangan gravitasional dalam wilayah AB yang sudah dicapai antara gaya tarik planet Jupiter dan gabungan gaya tarik planet-planet Merkurius, Venus, Bumi dan Mars. Akibatnya, benda-benda dalam AB tidak bisa bergabung membentuk sebuah planet kecil sendiri atau menjadi sebuah bulan bagi planet Mars, misalnya.

Dan jangan dilupakan hal yang satu ini: Dengan gaya gravitasinya yang besar, planet besar Jupiter berperan signifikan dalam mencegah atau mengurangi hantaman berbagai bebatuan dalam AB ke planet Bumi.





Kuiper Belt

Juga ada lokasi yang berbentuk disk donat di kawasan luar tepi sistem Matahari kita yang dinamakan KUIPER BELT (KB) yang membentang jauh hingga jarak 100 km dari tepi luar sistem Matahari kita, di kawasan luar orbit planet Neptunus./13/ 

Nama KB diambil dari nama Gerard Kuiper, seorang astronom Belanda-Amerika yang pada 1951 menulis sebuah makalah ilmiah yang di dalamnya dia menduga ada objek-objek lain di kawasan terjauh sistem Matahari melewati Pluto.

Puluhan tahun sesudah itu riset-riset lebih jauh dijalankan terhadap kawasan di sebelah luar orbit planet Neptunus. Baru pada tahun 1992 para ilmuwan mengakui bahwa kawasan KB memang dipenuhi sangat banyak benda-benda angkasa dalam berbagai ukuran, yang dinamakan “Kuiper Belt Object” atau KBO. Tetapi sebagian ilmuwan lebih suka menyebut kawasan ini “Trans-Neptune Region” (TNR) ketimbang KB.




KB dihuni sangat banyak KBO, yakni bebatuan, es (methana, amonia dan air), komet-komet dan planet-planet kerdil (“dwarf planets”) seperti Pluto, juga Eris, Quaoar, Makemake, Haumea, dll.

Semua objek dalam KB adalah bahan-bahan sisa yang tertinggal ketika sistem Matahari kita terbentuk. 

Jika semua benda angkasa penghuni KB dikaji dengan mendalam, pengetahuan-pengetahuan yang lebih baik dan lebih luas akan kita miliki tentang bagaimana planet-planet dan unit-unit dasar (atau “planetesimals”) suatu planet terbentuk.

Setelah dikalkulasi, mula-mula ada 2.000 KBO yang sudah dikatalogisasikan, selanjutnya diestimasi ada 100.000 KBO bahkan kini diduga ada ratusan ribu KBO yang mengisi disk KB.





Kawasan KB membentang mulai dari tepi luar orbit planet Neptunus pada jarak 30 UA (“Unit Astronomis”; 1 UA adalah jarak Bumi ke Matahari) hingga mencapai kira-kira 1.000 UA dari Matahari. Jadi, KB mencakup kawasan yang membentang jauh di seberang tepi luar sistem Matahari kita, masuk wilayah “outer solar system”.

KB serupa dengan AB, tapi berukuran jauh lebih besar, yakni 20 kali lebar AB dan 200 kali lebih massif dari AB. Meski luar biasa luas, massa keseluruhan KB relatif kecil. Total objek “panas” dalam KB kira-kira 1% dari massa Bumi. Keseluruhan objek “dingin” memiliki massa 0,03% dari massa Bumi. Tetapi belakangan massa seluruh KBO diestimasi tidak lebih dari 10% massa Bumi.

Karena total massa KBO kecil, dan juga karena gaya gravitasi yang kuat dari planet Neptunus, maka tidak ada kemungkinan untuk seluruh KBO terkohesi membentuk sebuah planet.

Selain itu, diduga ada sebuah “black hole” primordial yang terbentuk pada saat big bang di kawasan “outer solar system” ini, yang “gaya tariknya” membuat semua objek dalam KB dapat terhimpun dengan stabil dinamis dan mengorbit dengan tertata. Mungkin juga “dark matter” atau “materi gelap” ikut berperan dalam terhimpunnya semua KBO. Lebih lanjut, baca AN ANCIENT BLACK HOLE AT THE EDGE OF THE SOLAR SYSTEM./14/

Adakah cara pencegahan?

Meskipun kondisi Asteroid Belt dan Kuiper Belt stabil dinamis, tetap terbuka kemungkinan bahwa objek-objek angkasa luar yang sewaktu-waktu melintasi planet Bumi dapat berasal dari dua kawasan disk ini.

Jika ada objek-objek dari angkasa luar yang berukuran besar yang menabrak Bumi, tabrakan atau tumbukan ini dapat menimbulkan kerusakan besar karena daya momentum yang timbul dari massa dan kecepatan gerak kinetik objek-objek tersebut di saat bergesekan dengan udara dan akhirnya menghantam permukaan Bumi. 

Tumbukan yang sangat kuat bukan hanya akan menciptakan sebuah lubang kawah besar di permukaan Bumi, tetapi juga melontarkan gelombang energi panas, debu-debu dan pecahan-pecahan permukaan Bumi dalam jumlah yang sangat besar ke angkasa yang akan menimbulkan masalah-masalah besar lain selanjutnya bagi ekosistem Bumi dan kehidupan spesies-spesies fauna dan flora untuk jangka panjang. 

Kalau tumbukan terjadi di suatu samudera, masalah yang ditimbulkan dapat bertambah berat, antara lain akan terjadi tsunami luas dan dahsyat, dan kepunahan sangat banyak hewan dan tetumbuhan laut.



Di atas ini foto asteroid Bennu (jenis khondrit karbon yang mudah pecah, dibandingkan jenis khondrit) yang diambil dari wantariksa OSIRIS-REx dari jarak 186 mil dalam bulan Maret 2021. Menurut NASA, ada peluang kecil asteroid ini akan menabrak Bumi di tahun 2182. Sumber foto The New York Times, 25 Agustus 2021.

Wantariksa OSIRIS-REx diluncurkan NASA tahun 2016 untuk dapat mengenali dan mempelajari sebanyak mungkin hal yang terkait asteroid Bennu, dan hingga saat ini sudah menghabiskan waktu 2 tahun dalam mempelajarinya dari jarak dekat dan merekam data dari orbit Bennu. 

Bahkan wantariksa ini sudah mendarat di permukaan Bennu, lalu mengambil sejumlah sampel bebatuan asteroid ini--- sesuatu yang baru pertama kali dilakukan NASA. Koleksi sampel bebatuan Bennu baru akan sampai di tangan NASA pada 2023, sementara saat ini OSIRIS-REx sedang dalam perjalanan balik ke Bumi.

Well, NASA baru meng-update prediksinya tentang kapan dan berapa besar peluang asteroid Bennu akan menabrak Bumi. Jika akan terjadi tumbukan, paling mungkin itu akan berlangsung 24 September 2182, dengan peluang 1 dalam 2.700, peluang yang “sesungguhnya kecil”, sebab diestimasi Bennu akan melintasi Bumi dalam jarak 125.000 mil dari Bumi (separuh jarak Bumi ke Bulan)./15/




Di atas adalah foto asteroid Bennu yang tampak lebih menyeluruh, diambil dari Bigthink.com

Jika asteroid Bennu ini (lebar 0,5 km), yang terdeteksi pertama kali tahun 1999, dan kini berada pada jarak 200 juta mil dari Bumi, suatu saat nanti, andaikanlah, menabrak Bumi, maka akan tercipta sebuah lubang kawah yang berdiameter minimal 5 km dan maksimal 10 km. Tetapi, kawasan yang rusak dan hancur akibat tumbukan akan jauh lebih luas lagi, sampai 100 kali ukuran kawah yang diciptakannya.

Dapatkah tabrakan dihindari?

Nah, berbagai teknik dan instrumen kini sedang dipikirkan, dikonstruksi, disimulasi lewat komputer dan diujicoba di lab, untuk menangani meteor-meteor atau asteroid-asteroid besar yang potensial akan menabrak Bumi. Bisa dengan meledakkan benda-benda angkasa ini jauh di atas Bumi.

Atau menyimpangkan gerak orbital objek-objek angkasa luar sehingga menjauhi Bumi lewat penggiringan oleh wahana-wahana antariksa tertentu yang menempel pada benda-benda angkasa tersebut. 

Atau lewat pendeviasian gerak objek-objek berbahaya angkasa tersebut dengan energi laser dengan kekuatan yang terbatas tetapi terus-menerus, yang ditembakkan dari wahana-wahana antariksa yang berada di luar Bumi. 

Well, penembakan sebuah asteroid jauh di angkasa luar dengan sebuah bom nuklir yang akan membuatnya pecah dan hancur hanya ada dalam kisah-kisah film Hollywood. Tidak akan pernah dijalankan. Mengapa?

Jika sebuah asteroid atau sebuah meteor yang terpantau sedang bergerak menuju planet Bumi dan dipastikan akan menabrak planet ini dibuat hancur berkeping-keping, lewat ledakan nuklir jauh dari Bumi di angkasa luar, kepingan-kepingan ini, dalam berbagai ukuran, akan tetap terus berada pada jalur orbital yang kurang lebih sama di sepanjang sistem Matahari, lalu sebagian dari kepingan-kepingan itu pada waktunya masih dapat menuju planet Bumi, lalu menabrak planet ini.

Atau, karena gravitasi, kepingan-kepingan itu akhirnya akan menyatu kembali seperti ukuran semula, dan tetap potensial akan bergerak dalam alur orbital yang serupa, yang akhirnya akan mengarah ke dan menabrak planet Bumi.

Teknik Kinetic Impact Deflection

Alih-alih menembak sebuat asteroid di angkasa luar dengan sebuah bom nuklir, para saintis NASA mengajukan sebuah teknik yang dinamakan Kinetic Impact Deflection (KID)./16/

Berbeda dari teknik penembakan dengan bom nuklir yang besar, teknik KID dipakai untuk menyimpangkan (men-defleksi) trajektori atau arah lintasan gerak sebuah asteroid yang sedang bergerak menuju planet Bumi sedikit demi sedikit, perlahan-lahan, dengan menembakkan terus-menerus objek-objek yang kurang massif dan jauh lebih kecil ke permukaan asteroid tersebut.

Dengan teknik KID, sebuah asteroid yang ditembaki terus-menerus dengan objek-objek kecil tidak akan hancur berantakan, tetapi akan tetap utuh.

Nah, dampak kinetik yang ditimbulkan oleh momentum atau tumbukan (= massa x velositas) yang terus-menerus, akan sedikit demi sedikit mengubah orbit sebuah asteroid yang menjadi target jauh di angkasa luar sehingga dapat dengan aman melewati Bumi, tidak menabrak planet kita ini. Tentu, penyimpangan trajektori akan bisa sangat kecil sehingga nyaris menabrak Bumi. Ya, “nyaris menabrak Bumi”, sudah cukup.

NASA berencana akan menguji efektivitas teknik KID untuk pertama kalinya lewat wantariksa yang dinamakan Double Asteroid Redirection Test (DART) yang akan diluncurkan November 2021. Yang akan dijadikan target pengujian teknik KID ini adalah sebuah asteroid yang diberi nama Dimorphos yang panjangnya kurang lebih 525 kaki yang trajektorinya terpantau tidak membahayakan Bumi.

Nah, tahukah anda, objek-objek kecil apa yang nanti akan dihantamkan ke asteroid Dimorphos oleh wantariksa DART? Tidak ada! Loh? 

Ya, karena wantariksa DART nanti ketika sudah tiba di lokasi asteroid Dimorphos akan menjalankan misi bunuh diri dengan menabrakkan dirinya sendiri dalam kecepatan sangat tinggi ke bagian titik pusat asteroid Dimorphos. Momentum yang timbul dari tabrakan ini diperkirakan akan dapat sedikit menyimpangkan orbit Dimorphos.



Lihat gambar di atas. Ukuran asteroid Dimorphos (diameter 160 m) dibandingkan sebuah koloseum kuno di kota Roma. Image credit: ESA-Science Office. Sumber gambar Yahoo.com

Asteroid Dimorphos mengorbit sebuah asteroid lain yang jauh lebih besar yang diberi nama Didymos (artinya “kembaran”) yang memiliki lebar 780 m. Lebih lanjut tentang orbit Didymos (65803) di antara orbit-orbit 2.200 asteroid lain yang sudah dikenal dan dipandang potensial berbahaya bagi Bumi, baca dan lihat di Jet Propulsion Laboratory, NASA, 17 November 2021. Menyeramkan. Lintasan orbit-orbit asteroid sebanyak itu (sejauh yang sudah diketahui!) tampak kusut. Tangled.

Wantariksa DART telah diluncurkan Rabu, 23 November 2021, dari Vandenberg Space Force, California, dengan roket SpaceX Falcon 9. Inilah misi keilmuan pertama dalam sejarah insani untuk menguji teknik KID di kawasan angkasa luar yang jauh, in the deep space./17/

Ketika sudah mencapai jarak 11 juta km dari Bumi, dan dengan kecepatan 6,6 km/detik, wantariksa DART akan menabrak asteroid Dimorphos, sekitar September-November 2022. Telah diperhitungkan, momentum yang timbul dari tabrakan ini akan memperpendek beberapa menit orbit Dimorphos pada Didymos, dus mengubah trajektori orbitalnya. Teleskop-teleskop di Bumi akan dapat mengukur momentum tabrakan tersebut.

Dalam penerbangan ke asteroid Dimorphos, wantariksa DART--- yang dilengkapi hanya satu kamera teleskopik DRACO--- menggendong sebuah wantariksa/satelit kecil buatan Badan Antariksa Italia (ASI) yang diberi nama LICIACube (Light Italian CubeSat for Imaging Asteroids), yang akan dilepaskan 10 hari sebelum tabrakan terjadi. Lebih lanjut tentang LICIACube, baca di ScienceDirect.




Tabrakan DART dengan asteroid Dimorphos, dalam kecepatan 6,6 km/detik, akan dimonitor dan diobservasi si kecil LICIACube. Sumber gambar NewsSky.



Setelah dilepaskan dari gendongan DART, LICIACube akan otomatis dalam jarak dekat dan dalam posisi tertentu melintasi (fly-by) asteroid Dimorphos yang menjadi target penabrakan oleh DART. Di saat fly-by ini, LICIACube akan mendokumentasi tabrakan DART pada Dimorphos, mengkarakterisasi bentuk asteroid Dimorphos, dan menjalankan investigasi-investigasi keilmuan.



Ilustrasi wantariksa DART. Credit: NASA|Johns Hopkins Applied Physics Lab.
Sumber gambar: Gizmodo.com


Nah, empat tahun sesudah wantariksa DART menjalankan misinya menabrak asteroid Dimorphos, wantariksa Hera buatan ESA akan mendekati asteroid ini untuk dalam jarak dekat mengkaji dampak misi DART terhadapnya setelah tabrakan.

Teknik Assembled Kinetic Impact

Nah, perlu juga diketahui, para ilmuwan China kini juga sedang berada pada tahap-tahap awal dalam mengkaji teknik defleksi trajektori sebuah asteroid yang serupa dengan teknik KID NASA (atau disebut juga teknik Classical Kinetic Impactor atau CKI), tetapi lebih efisien. Teknik China ini dinamakan Assembled Kinetic Impact atau AKI.

Kalau teknik KID atau CKI memisahkan atau melepaskan wantariksa yang akan menghantam sebuah asteroid dari bagian atas roket peluncuran (BARP) setelah bagian roket ini lepas dari gravitasi Bumi, maka teknik China AKI justru memanfaatkan BARP sebagai muatan bermassa yang bersama dengan wantariksa akan menghantam sebuah asteroid. Dus, momentum yang akan timbul jauh lebih besar.

Lewat simulasi, diketahui bahwa strategi AKI menambah jarak defleksi atau jarak penyimpangan sebuah asteroid lebih dari tiga kali lipat. Selain itu, untuk menghasilkan jarak defleksi yang diinginkan, yang paling efisien, pengikutsertaan BARP dalam menimbulkan dampak kinetik pada sebuah asteroid, menghemat jumlah peluncuran roket sampai sepertiga kali dibandingkan dengan teknik KID atau CKI.

Konsep AKI memungkinkan pendefleksian asteroid-asteroid seukuran Bennu dilakukan 10 tahun sebelum asteroid-asteroid ini melintasi Bumi. Tambahan pula, dengan satu roket milik China Long March 5 (CZ-5), dengan teknik AKI, jarak penyimpangan sebuah asteroid dengan diameter 140 m bertambah lebih dari 1 radius planet Bumi, ketika asteroid ini melintasi Bumi./18/

Teknik-teknik lain

Selain teknik KID NASA, ada model traktor gravitasi asteroid: sebuah wantariksa yang massif mengapung di angkasa luar pada suatu posisi (hovering) di atas sebuah asteroid dan berinteraksi gravitasional dengannya. Tujuannya untuk menekan asteroid ini setahap demi setahap sehingga masuk ke dalam suatu orbit yang tidak mengancam planet Bumi.

Masih ada sebuah teknik lain, yakni dengan cahaya Matahari yang difokuskan atau dikonsentrasikan pada suatu asteroid untuk menguapkan beberapa material pada permukaan asteroid ini. Proses menguapkan ini menimbulkan suatu daya pendorong terarah (thrust) terhadap asteroid, alhasil asteroid ini disimpangkan dari jalur orbitalnya yang semula sehingga tidak akan menumbuk Bumi.

Metode Nuclear Disruption

Tetapi, jika kondisinya darurat dan waktu tersisa yang ada sudah sangat singkat (tidak dalam hitungan sekian dasawarsa, tetapi kurang dari satu tahun) sementara sebuah asteroid bergerak melesat menuju dan akan menghantam planet Bumi, maka (beberapa) peledakan bom nuklir sekian meter dari sebuah asteroid yang sedang melesat itu, adalah suatu metode yang paling efektif.

Suatu studi mutakhir telah diadakan terhadap metode peledakan dengan bom nuklir, dinamakan metode nuclear deflection and disruption. Simulasi model komputer untuk metode ini dijalankan dengan menggunakan sebuah software yang dinamakan Spheral, yang juga dipakai untuk mengikuti evolusi gravitasional awan pecahan-pecahan yang terbentuk setelah peledakan./19/

Temuan-temuan studi ini digambarkan ringkas saja. Berikut ini.

Jika penghancuran dengan ledakan nuklir yang sudah dikalkulasi dilakukan dua bulan sebelum sebuah asteroid (sebentuk dengan asteroid Bennu, dengan diameter 100 m, seperlima diameter Bennu) menghantam Bumi, maka 99,99% massa asteroid akan luput menghantam planet ini.

Jika asteroidnya berukuran lebih besar, peledakan dengan bom nuklir yang dilakukan enam bulan sebelum tabrakan, maka hasilnya cukup efektif, yakni 99% dari total pecahan asteroid akan melewati Bumi tanpa risiko apapun.

Memang masih ada hal yang tampak sulit dan rumit yang harus dilakukan, yakni trajektori setiap pecahan asteroid yang telah diledakkan dengan bom nuklir harus diikuti dengan mengkaji:

• Kecepatan gerak setiap pecahan
• Berapa lama waktu dibutuhkan untuk awan pecahan-pecahan melewati Bumi dalam suatu jalur orbital yang telah dilengkungkan dari jalur orbital semula asteroid yang masih utuh
• Interaksi-interaksi gravitasional suatu pecahan dengan pecahan lainnya dalam awan pecahan-pecahan yang terbentuk, dengan Bumi dan planet-planet lain, dan dengan Matahari.

Selain itu, tetap terbuka suatu peluang kecil beberapa pecahan akan dapat masuk ke dalam atmosfir Bumi. 

Oh ya, di atas saya telah menyatakan bahwa peledakan sebuah asteroid dengan bom nuklir hanya ada dalam kisah film-film Hollywood. Dengan adanya studi mutakhir terhadap metode nuclear disruptions yang saya sudah beberkan secukupnya dalam sekian paragraf persis di atas ini, pernyataan tersebut saya batalkan.


Penutup

Namun, saat ini para ilmuwan masih belum tiba pada suatu kepastian bahwa kita akan pasti dapat melakukan usaha-usaha penyelamatan planet Bumi dan spesies Homo sapiens dengan cara-cara yang sudah disebut di atas dan dengan memakai teknologi yang ada sekarang.

“Doomsday” atau “hari kemusnahan total” atau “apokalipsis meteor” dapat terjadi sewaktu-waktu pada Bumi dan umat manusia lewat tumbukan meteor-meteor atau asteroid-asteroid besar. Saksikan video di bawah ini.



Video wajib: asteroid-asteroid yang patut kita khawatirkan...!


Ya, pandemi Covid-19 saja sudah menakutkan, apalagi jika Bumi, tanpa diduga sebelumnya, dapat porak-poranda dan semua bentuk kehidupan musnah karena sebuah meteor raksasa dapat sewaktu-waktu menghantam planet ini, karena luput terdeteksi sekian lama.

Suatu saat Bumi kita ini akan rusak, seketika atau dalam jangka panjang, atau lenyap karena dilahap Matahari yang telah mengembung besar menjadi Red Giant (sebelum akhirnya menjadi White Dwarf, bintang kerdil yang mati), juga semua bentuk kehidupan di planet ini. 

Ya, kemusnahan total itu bisa terjadi karena bencana yang datang dari angkasa luar, atau yang datang dari dalam planet Bumi sendiri seperti berbagai bencana yang akan ditimbulkan oleh perubahan iklim, ataupun karena perang dunia yang menggunakan Weapons of Mass Destruction nuklir, kimiawi dan biologis. 

Jika kemungkinan-kemungkinan itu akhirnya terwujud, jangan anda berpikir bahwa anda akan tetap aman karena anda akan langsung dimasukkan ke dalam sorga yang abadi, yang di dalamnya tidak ada lagi bencana, azab, isak tangis, air mata, perkabungan, duka lara, kematian dan kesedihan.

Jika anda mencintai Yesus Kristus, Tuhan anda, dan Yesus, kita bersama tahu, cinta pada kehidupan, keselamatan manusia dan Bumi ini, maka adalah tugas mulia anda untuk menjaga, merawat dan melestarikan planet Bumi sebisa mungkin bersama-sama. 

Sekaligus, anda juga diutus untuk ikut membangun dan memajukan iptek angkasa luar supaya kita semua sebagai satu spesies Homo sapiens, yang terdiri atas banyak bangsa, suku bangsa, kaum, bahasa dan warna kulit, suatu saat dapat mempunyai planet kedua dan planet ketiga untuk kita diami dan bangun bersama-sama. 

Kehidupan yang bermakna dan mulia ya kehidupan kita sekarang ini. 

Ya, karena kebajikan, cinta kasih, keagungan, kecerdasan, persahabatan, kekeluargaan, pendidikan, pengasuhan, empati, kepedulian, kemurahan hati, belarasa, kebahagiaan, kerja, kemajuan, prestasi, rekreasi, bermain, belajar, mengembangkan iptek, mengantar anak ke sekolah, beribadah di ruang gereja, menyembuhkan orang sakit, bernyanyi, memetik gitar, bermain biola, menggubah puisi, menulis, bermeditasi, membaca, berdiskusi, mengajar, memilih kekasih, mengunjungi panti asuhan, lari pagi, berenang, mengarungi jeram, naik gunung, berdoa, membuka toko, pergi ke kantor, berjabat tangan--- semuanya ada, dipraktekkan, dijalani dan dialami hanya sekarang ini sementara kita hidup dengan real di Bumi dan, nanti, di planet-planet lain. 

Yakni, ketika kita masih hidup sebagai organisme cerdas dan bijak dalam wujud satu unit kesatuan jiwa dan tubuh, satu unit psikosoma.

Kehidupan di Bumi ini suatu karunia Tuhan, dan indah, meski kita tidak selalu sehat dan berbahagia. Syukurilah. Isilah dengan karya-karya besar anda.

The truth is both here on Earth and out there in space!

Jakarta, 29 Maret 2021
ioanes rakhmat

Editing mutakhir
31 Desember 2021

* Post ke-500 di Freidenk Blog ini. Thank you, Lord Jesus.

Notes

/1/ David Nesvorny, William F. Bottke, Simone Marchi, “Dark primitive asteroids account for a large share of K/Pg-scale impacts on the Earth”, Icarus, vol. 368, 1 November 2021, tersedia online 15 July 2021, https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0019103521002840?via%3Dihub.

/2/ Qasim Nauman, “No threat to Earth as huge asteroid zooms past”, Phys.org, 22 Maret 2021, https://phys.org/news/2021-03-threat-earth-huge-asteroid.html.

/3/ Felix Broecker & Karin Moeling, What viruses tell us about evolution and immunity: beyond Darwin?Annals of the New York Academy of Sciences, 29 April 2019, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6850104/.

/4/ University of California, Berkeley, “So-Called Junk DNA--- Genetic 'Dark Matter' --- Is Actually Critical to Survival in Mammals”, SciTechDaily, 19 October 2021,
https://scitechdaily.com/so-called-junk-dna-genetic-dark-matter-is-actually-critical-to-survival-in-mammals/.

Lihat artikel riset Andrew J. Modzelewski, Wanqing Shao,..., Davide Risso, Lin He, “A mouse-specific retrotransposon drives a conserved Cdk2ap1 isoform essential for development”, Cell, 12 October 2021,
https://www.cell.com/cell/fulltext/S0092-8674(21)01104-1.

/5/ Lihat University of Arizona, “Mini Psyches Give Insights into Mysterious Metal-Rich Near Earth Asteroids That Could One Day Be Mined”, SciTechDaily, 3 October 2021, https://scitechdaily.com/mini-psyches-give-insights-into-mysterious-metal-rich-near-earth-asteroids-that-could-one-day-be-mined/.

Lihat artikel riset Juan A. Sanchez, Vishnu Reddy, William F. Bottke, Adam Battle, Benjamin Sharkey, Theodore Kareta, Neil Pearson and David C. Cantillo, “Physical Characterization of Metal-rich Near-Earth Asteroids 6178 (1986 DA) and 2016 ED85”, Planetary Science Journal1 October 2021, 
https://iopscience.iop.org/article/10.3847/PSJ/ac235f.

Baca juga Jamie Carter, Space Mining: Scientists Discover Two Asteroids Whose Precious Metals Would Exceed Global Reserves”, Forbes, 19 October 2021, https://www.forbes.com/sites/jamiecartereurope/2021/10/19/the-age-of-space-mining-just-got-closer-as-scientists-discover-two-asteroids-whose-precious-metals-would-exceed-global-reserves/.

/6/ Ioanes Rakhmat, “Kapan dinosaurus lenyap, dan mengapa?”, Freidenk Blog, 25 Oktober 2014, https://ioanesrakhmat.blogspot.com/2014/10/kapan-dinosaurus-lenyap-dan-mengapa.html?m=0.

/7/ Deborah Byrd, “Today in Science: The Chelyabinsk Meteor”, EarthSky, 15 February 2019, https://earthsky.org/space/meteor-asteroid-chelyabinsk-russia-feb-15-2013/.

/8/ NASA, “Why Wasn't the Russian Meteor Detected Before It Entered the Atmosphere?”, NASA watch the Skies, 19 February 2013,
https://blogs.nasa.gov/Watch_the_Skies/2013/02/19/post_1361308690869/.

Lihat juga Dina Spector, “Here's Why Astronomers Did Not Detect the Russia Meteor Ahead of Time”, BusinessInsider, 15 February 2013, https://www.google.com/amp/s/www.businessinsider.com/heres-why-astronomers-did-not-detect-the-russia-meteor-ahead-of-time-2013-2%3famp.

/9/ Erick Mack, Warehouse-sized asteroid sneaks up on Earth by hiding near the SunCnet, 24 September 2021, https://www.cnet.com/news/warehouse-sized-asteroid-sneaks-up-on-earth-by-hiding-near-the-sun/.

Erick Mack, Fridge-size asteroid snuck up on Earth by hiding behind the SunCnet,  28 October 2021, https://www.cnet.com/news/a-fridge-size-asteroid-skimmed-earth-this-week-in-the-third-closest-fly-by-ever/. 
 

/10/ Corey S. Powell, “How Prepared Is Earth for a Potential Asteroid Collision?”, Discover Magazine, 15 December 2021, https://www.discovermagazine.com/the-sciences/how-prepared-is-earth-for-a-potential-asteroid-collision.

/11/ NASA, “We Asked a NASA Scientist: Does NASA Know About All the Asteroids? [Video]”, Scitechdaily, 24 October 2021,
https://scitechdaily.com/we-asked-a-nasa-scientist-does-nasa-know-about-all-the-asteroids-video/.

/12/ James Neely, “Why hasn't the asteroid belt formed a planet?”, Astronomy, 23 November 2009, https://astronomy.com/magazine/ask-astro/2009/11/why-hasnt-the-asteroid-belt-formed-a-planet.

/13/ Space Center Houston, “What is the Kuiper Belt?”, Space Center Houston, 26 May 2020, https://spacecenter.org/what-is-the-kuiper-belt/.

/14/ Stuart Clark, “Is there an ancient black hole at the edge of the solar system?”, New Scientist, 31 March 2021, https://www.newscientist.com/article/mg24933280-100-is-there-an-ancient-black-hole-at-the-edge-of-the-solar-system/.

/15/ Lihat Kristin Houser, NASA updates the odds of asteroid Bennu hitting Earth”, bigthink.com Hard Science, 19 September 2021, https://bigthink.com/hard-science/nasa-updates-the-odds-of-asteroid-bennu-hitting-earth/.

/16/ Katherine Kornei, “Deflecting an Asteroid Before It Hits Earth May Take Multiple Bumps”, The New York Times, 25 August 2021, https://www.nytimes.com/2021/08/25/science/asteroid-deflection-collision.html.

/17/ Tentang tahap-tahap peluncuran dan segi-segi teknis DART, lihat Johns Hopkins Applied Physics Laboratory, NASA's DART Kinetic Impactor Spacecraft Launches in World's First Planetary Defense Test Mission, SciTechDaily, 28 November 2021, https://scitechdaily.com/nasas-dart-kinetic-impactor-spacecraft-launches-in-worlds-first-planetary-defense-test-mission/

/18/ Artikel riset Yirui Wang, Mingtao Li,..., Chuankui Wang, Binghong Zhou, “Assembled kinetic impactor for deflecting asteroids by combining the spacecraft with the launch vehicle upper stage”, ScienceDirect, Vol. 368, 1 November 2021, 114596, https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S001910352100261X#!

/19/ Michael Padilla, Late-time small-body disruptions can protect the EarthLLNLhttps://www.llnl.gov/news/late-time-small-body-disruptions-can-protect-earth.

Nadeem Sarwar, Nuclear Defense Could Save Earth From A Killer Asteroid, New Research SaysScreenrant, 8 October 2021, https://screenrant.com/asteroid-defense-nuclear-explosion/.

David Nield, “Nuking an Asteroid to Prevent Armageddon Could Actually Work, Study Shows”, Sciencealert, 7 October 2021, https://www.sciencealert.com/our-last-line-of-defence-against-an-asteroid-hit-actually-works-study-shows.

Lihat artikel riset Patrick K. King, Megan Bruck Syal, David S.P.,..., Cody Raskin, Late-time small body disruptions for planetary defenseActa Astronautica, vol. 188, November 2021, hlm. 367-386, https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0094576521003921?dgcid=coauthor.




Saturday, March 27, 2021

Romulus dan Remus dan "Serigala-Mama": Antara Fakta dan Mitografi Pendirian Kota Roma


Romulus, pendiri dan raja pertama kota Roma


Sudah lama saya ingin membagi kisah legendaris Romulus dan Remus yang terkait dengan pendirian kota Roma di abad ke-8 SM. Baru sekarang saya dapat menyajikannya untuk melengkapi kisah-kisah epik sosok-sosok besar dunia Yunani-Romawi yang dinamakan aretalogi, yang sudah saya tulis sebelumnya. Bacalah ARETALOGI YUNANI-ROMAWI.

Selanjutnya ikuti pemaparan di bawah ini. Jika anda pencinta dan penikmat sastra-sastra besar, kisah tentang Romulus dan Remus ini pasti menawan hati dan pikiran anda. 

Diselamatkan oleh "Serigala-Mama"

Romulus dan Remus adalah dua anak lelaki kembar yang dilahirkan oleh Puteri Rhea Silvia yang bersuami Mars, dewa perang Roma.

Karena suatu nubuat, sang raja di negeri dua anak kembar ini takut kalau nanti dua anak kembar tersebut akan menjatuhkannya dan merebut takhtanya. Maka, atas perintah si raja ini, Romulus dan Remus diletakkan dalam sebuah keranjang lalu dihanyutkan di Sungai Tiber supaya cepat mati tenggelam.

Tetapi seekor serigala betina (dikenal sebagai "She-wolf" atau "Serigala-Mama") menemukan dua anak kembar tersebut yang sedang terapung hanyut dalam sebuah keranjang. Lalu "She-wolf" menyelamatkan keduanya (mungkin lewat bantuan seorang pengasuh) ke dalam sebuah goa di pinggiran Sungai Tiber.

Lalu si "Serigala-Mama" ini melindungi dua anak lelaki kembar itu dari ancaman hewan-hewan buas lain, dan memelihara Romulus dan Remus dengan meneteki mereka dari susu-susunya sendiri. Seekor burung pelatuk yang berparuh panjang yang baik hati ikut membantu mencarikan makanan tambahan bagi si kembar tersebut.




Patung perunggu "Serigala-Mama" yang bersikap waspada sementara meneteki Romulus dan Remus. Patung ini ditempatkan dalam museum Capitolini, Roma, Italia, dan menjadi emblem/lambang kota Roma atau bahkan negara Italia. Patung ini banyak replikanya di banyak negara lain hingga sekarang.


Akhirnya, beberapa gembala menemukan Romulus dan Remus yang sedang dipelihara si "Serigala-Mama". Salah seorang dari mereka (bernama Faustulus) mengambil dan membawa pulang dua kanak-kanak kembar ini dan, bersama isterinya, membesarkan mereka seperti anak mereka sendiri.


Gembala Faustulus membawa pulang Romulus dan Remus untuk dibesarkan


Setelah dewasa, Romulus dan Remus memperlihatkan kemampuan memimpin sebagai bakat alam. Pada suatu hari, Remus ditangkap dan dibawa ke sang raja yang berkuasa di negeri kelahirannya, yang kemudian mengetahui identitas dirinya yang sebenarnya. Segera, saudara kembarnya, Romulus, mengumpulkan para gembala untuk menyelamatkan saudaranya. Akhirnya, mereka berhasil membunuh si raja yang lalim itu, dan Remus dapat diselamatkan.

Ketika penduduk kota tahu siapa sebenarnya Romulus dan Remus, mereka memasang mahkota pada kepala mereka masing-masing sebagai dua raja gabungan yang bekerjasama. Mereka diminta menjadi penguasa negeri mereka sendiri.

Namun, Romulus dan Remus mencopot mahkota yang telah dipasangkan pada kepala mereka karena mereka mau membangun sebuah kota baru bagi mereka sendiri. Lalu keduanya meninggalkan tanah kelahiran mereka untuk mencari lokasi yang sempurna untuk kota yang mereka mau dirikan. Akhirnya, mereka menemukan suatu area yang mereka sukai, yang menjadi lokasi kota Roma yang sekarang.

Romulus dan Remus menyukai area itu pada umumnya. Tapi masing-masing ingin menempatkan kota yang baru pada sebuah bukit yang berbeda. Romulus  memilih Bukit Palatinus, sedang Remus menjatuhkan pilihannya pada Bukit Aventinus.

Karena keduanya saudara kembar, maka senioritas tidak bisa dipakai untuk menentukan bukit yang mana, apa nama kota yang akan dibangun, dan siapa yang akan jadi penguasanya setelah selesai dibangun.

Selanjutnya, kedua saudara kembar itu sepakat untuk mendatangi dewa pelindung mereka untuk meminta tanda-tanda dewata yang meramalkan masa depan, terkait rencana pembangunan sebuah kota baru yang besar.

Remus lebih dulu mendapatkan suatu tanda dewata: enam ekor burung hering (atau burung pemakan bangkai) menampakkan diri di hadapannya. Disusul oleh penampakan dua belas ekor burung hering di hadapan Romulus. Masing-masing mengklaim diri sebagai pemenang.

Lalu, siapakah yang akan menjadi raja atas kota yang akan dibangun?

Baik Romulus maupun Remus diberi ucapan selamat oleh para pendukung masing-masing, dan disanjung sebagai raja oleh para pendukung masing-masing.

Para pendukung Remus mengakui Remus sebagai raja berdasarkan pertimbangan bahwa Remus duluan yang menerima tanda dewata. Sebaliknya, para pendukung Romulus menetapkan Romulus sebagai raja lantaran dia mendapatkan tanda dewata dua kali lipat banyaknya dari tanda yang diterima Remus.

Romulus bergerak cepat lebih dulu. Dia mulai membangun tembok-tembok di sekeliling Bukit Palatinus. Nah, Remus jadi iri hati, lalu mulai memperolok-olok tembok-tembok yang telah dibangun Romulus, dengan melompati tembok-tembok Romulus. Remus bermaksud menunjukkan, betapa mudah melewati tembok-tembok yang telah dibangun Romulus. Tentu saja, Romulus naik pitam.

Remus dibunuh Romulus

Maka, timbullah percekcokan di antara Remus dan Romulus di depan umum. Ambisi keduanya memanas dan makin berkobar. Akhirnya terjadi keributan dan perkelahian antara Remus dan Romulus, yang bermuara pada kematian Remus di tangan Romulus saudara kembarnya. Demi pembangunan sebuah kota yang baru, saudara membunuh saudaranya sendiri.

Setelah membunuh Remus, maka Romulus bersumpah bahwa "Barangsiapa yang selanjutnya melompati tembok-tembokku, mereka juga akan aku bunuh."

Begitulah, Romulus menjadi sang penguasa tunggal, dan kota yang sedang dibangun diberi nama Roma mengikuti nama Romulus si pendirinya.

Setelah Remus mati, Romulus melanjutkan pembangunan kota Roma, resmi pada 21 April 753 SM, dan menobatkan dirinya sebagai raja. Tentu saja, hemat saya, tanggal itu harus dilihat sebagai saat peletakan batu pertama pembangunan kota Roma, sebab tidak ada satu pun kota di dunia ini, kapanpun juga, yang dapat selesai dibangun dengan sempurna dalam satu hari sekalipun pembangunannya andaikanlah dibantu oleh ribuan "manusia dewa", demigod atau semideus atau hēmitheos, atau oleh "dewa-dewa perkasa".

Seterusnya, Romulus mulai mengorganisir kota Roma. Pasukannya dibagi dalam satuan-satuan legion yang masing-masing terdiri atas 3.300 orang pasukan berkuda dan pasukan pejalan kaki. Dia memberi sebutan "Patrician" bagi 100 orang warga Roma yang termulia, dan menyebut kolektivitas para penatua kota Roma sebagai Senat. Kota Roma pun berkembang dan makmur. Lebih dari 1.000 tahun Roma menjadi salah satu kota terkuat dunia.

Diangkat ke sorga

Setelah mencapai prestasi-prestasi adiinsani sebagai seorang "raja superhero", Romulus di suatu saat meninjau ulang bala tentaranya di Caprae Palus di dalam Campus Martius dalam suatu persidangan.

Tiba-tiba di lokasi itu terdengar badai guntur yang keras dan awan-awan yang gelap padat menutupi sang raja sehingga tubuhnya tak terlihat lagi oleh para peserta sidang. Sejak saat itu Romulus tidak terlihat lagi di Bumi.

Lalu cahaya Matahari muncul, dan memberi rasa tenang setelah cuaca yang menakutkan tadi berubah begitu rupa.

Ketika rasa takut yang melanda orang-orang muda kota Roma teratasi dan berubah menjadi keceriaan, mereka melihat takhta kerajaan telah kosong. Romulus telah raib. Ke mana?

Sementara mereka percaya sepenuhnya pada penegasan para Senator yang tadi berdiri di dekat sang raja bahwa raja Romulus telah diangkat ke sorga lewat angin puting beliung, namun, seperti layaknya orang yang tiba-tiba kehilangan, rasa gentar dan duka yang dalam membuat mereka tidak bisa berkata-kata selama beberapa waktu.

Lama kemudian, setelah beberapa orang mengambil inisiatif untuk pemulihan, seluruh orang yang hadir memuliakan dan menyanjung Romulus sebagai "suatu dewa, anak Dewa, sang Raja dan Bapak Kota Roma".

Mereka pun meminta kasih karunia dan perkenan Romulus, dan berdoa agar sang Raja yang sudah dimuliakan mau bermurahhati ke anak-anak mereka dan menyelamatkan serta melindungi mereka.

Tak diragukan lagi, kini telah menjadi suatu tradisi yang dipercaya umum bahwa, karena kekaguman dan hormat kepada Romulus, sang Raja ini telah membangkitkan pemahaman dan kepercayaan orang Roma bahwa dia tidak ada lagi di Bumi karena telah diangkat ke dunia para dewa. Oleh pujangga Ovid dikisahkan bahwa setelah Romulus menjadi seorang dewa yang diberi nama Quirinus, selanjutnya dia menyatu dengan ayahnya, dewa perang Mars, di Gunung Olympus.

Tradisi itu telah berkembang dan mengakar karena Proculus Julius, seorang yang berotoritas kuat dalam perkara-perkara yang paling penting, telah memainkan suatu peran besar.

Romulus menampakkan diri

Karena melihat betapa dalam rasa kehilangan yang berkepanjangan yang sedang melanda komunitas orang Roma berhubung raja mereka telah lenyap, dan betapa marahnya mereka terhadap para Senator yang (menurut suatu tradisi lain yang tidak kuat) dicurigai telah menghilangkan Romulus lewat penculikan dan pembunuhan, Proculus Julius mendatangi persidangan lalu berkata,

"Quirites! Ketika fajar datang hingga siang ini, sang Bapak pendiri kota Roma tiba-tiba turun dari sorga dan menampakkan dirinya kepadaku. Sementara aku tercekam rasa takjub, aku berdiri rapat di hadapannya dan sujud memuliakannya dengan sangat dalam, dan aku berdoa agar aku diampuni karena telah memandang wajahnya.

Lalu sang Raja bersabda, 'Pergilah. Beritahu penduduk Roma bahwa adalah kehendak sorga bahwa kota Roma yang telah kubangun harus menjadi pemimpin seluruh dunia. Hendaklah mulai saat ini mereka mengembangkan kecakapan dan seni berperang. Dan hendaklah mereka tahu dengan yakin dan pasti, dan mewariskan pengetahuan ini ke generasi-generasi mendatang, bahwa tidak ada seorang manusia pun yang dapat bertahan terhadap bala tentara Roma.'"

Memang kisah di atas, yang lahir dari penghargaan tinggi yang diberikan kepada sang Raja pertama kota Roma, sangat menawan hati. Kedukaan rakyat dan bala tentara Roma diredakan dan diteduhkan oleh kepercayaan yang telah dibangun dalam mitografi Romawi tentang Romulus yang hidup abadi di antara para dewa dan tidak pernah mengecap kematian.

Ihwal tidak mengalami kematian, pengangkatan ke sorga dan penampakan diri kembali, adalah kejadian-kejadian yang umum dikisahkan dalam aretalogi dunia Yunani-Romawi kuno terkait sosok-sosok adiinsani yang dinamakan demigod atau semideus atau hēmitheos atau "manusia dewa" atau "manusia ilahi", theios anēr.

Temuan arkeologis mutakhir dan pertanyaan yang muncul

Para sejarawan dan pengkaji sastra dalam zaman modern umumnya menggolongkan kisah-kisah tentang Romulus yang dipandang sebagai pendiri kota Roma sebagai mitografi, sebagai kisah legendaris yang menawan, yang sudah mengalami sekian penyuntingan dan peredaksian.

Namun, di tahun 2007, seorang arkeolog sekaligus sejarawan Italia, Dr. Andrea Carandini dari Universitas Roma, bersama kolega-koleganya, telah menarik kesimpulan-kesimpulan yang berani./1/

Dr. Carandini dkk, dalam majalah Archaeology 2007, dalam artikel yang berjudul "Origins of Rome"/2/ melaporkan bahwa mereka telah menemukan goa yang telah lama hilang yang berada di bawah Bukit Palatinus yang dipercaya orang Roma kuno sebagai suatu tempat sakral di mana dua anak lelaki kembar, Romulus dan Remus, dipelihara oleh sang "Serigala-Mama".

Menurut Dr. Carandini, "Kisah tentang kelahiran kota Roma sebagian adalah kisah mitologis dan sebagian lagi kebenaran sejarah." Kesimpulan ini tidak mengejutkan. Sangat mungkin akan ada suatu "inti sejarah" dalam banyak kisah-kisah mitologis, meski memisahkan keduanya sudah sangat sulit.

Selain penemuan tersebut, Dr. Carandini juga telah menemukan sisa-sisa sebuah tembok kuno dan parit dan juga reruntuhan sebuah istana yang, menurutnya, dibangun pada abad ke-8 SM. Dia mengatakan, "Ketika aku mengekskavasi tembok yang berasal dari zaman Romulus pada Bukit Palatinus, aku menyadari bahwa aku sedang melihat ke asal-usul kota Roma sendiri sebagai suatu negara-kota."

Dr. Carandini menegaskan bahwa tembok yang dibangun di lereng-lereng yang dipadati gubuk-gubuk hunian yang sudah ada sebelum kota Roma didirikan, diketahui dibangun kira-kira 775 SM - 750 SM berdasarkan peninggalan-peninggalan fondasinya yang teridentifikasi. Tembok ini mungkin adalah batas sakral yang dikisahkan dalam legenda pendirian kota Roma." Lalu dia menyimpulkan bahwa tembok tersebut adalah "bukti arkeologis kehidupan Romulus dan Remus."

Berpijak pada semua temuan arkeologis yang ada, tentang pendirian kota Roma Dr. Carandini menegaskan bahwa "segala sesuatu lahir" setelah tahun 750 SM. "Tidak ada perluasan dan pengembangan tahap demi tahap dari suatu kota kuno sebagai titik pusatnya. Yang terjadi adalah evolusi dadakan sebuah kota yang di zaman dulu sudah besar dan akan selalu besar." Nah, ini sebuah kesimpulan yang mengejutkan, lebih dekat ke kesimpulan mitografis ketimbang sebagai suatu kesimpulan ilmiah.

Tentu saja dukungan Dr. Carandini terhadap legenda Romulus dan Remus "telah membuat dirinya layak dikagumi oleh penduduk kota Roma, tetapi sekaligus juga ditolak oleh kolega-koleganya." Albert Ammerman, misalnya, seorang arkeolog Universitas Colgate yang juga telah melakukan penggalian terhadap reruntuhan kota Roma, dalam majalah Archaeology yang sama menyatakan bahwa "sisa-sisa bangunan fisik tidak harus mengabsahkan tradisi-tradisi sastrawi kuno tentang pendirian kota Roma dan kehidupan sosok yang bernama Romulus."

Serupa kisah Musa?

Jika anda pembaca yang cermat atas kisah legendaris Romulus dan Remus di atas, dan anda mengenal Tenakh Yahudi (atau Perjanjian Lama gereja), niscaya anda menemukan paralel-paralel jauh antara si dua anak lelaki kembar tersebut dan sosok Musa.

Mungkin anda menemukan perbedaan tajam antara Romulus dan Musa. Ya, Romulus raib, diangkat ke sorga lewat badai angin puyuh (seperti kisah pengangkatan ke sorga nabi Elia), sedangkan Musa, seperti dikisahkan dalam Tenakh, mati dan dikuburkan di Bumi.

Tetapi, dalam karya Philo yang berjudul Life of Moses, ketika menceritakan akhir perjalanan kehidupan nabi Musa, Philo pada bagian 2.288 karyanya itu memuat sebuah deskripsi tentang kenaikan Musa ke sorga lalu hidup abadi. Saya kutipkan bagian itu sepenuhnya.

"Setelah itu, tibalah waktunya untuk dia [Musa] harus membuat perjalanan panjang dari Bumi ke sorga, dan untuk melepaskan kehidupan fana di dunia ini demi memperoleh kehidupan abadi. Sang Bapa memanggilnya dari Bumi ini dengan menjadikan satu kesatuan tunggal kodrat rangkap dua tubuh dan jiwanya, lalu mengubah keseluruhan keberadaannya menjadi pikiran, murni seperti cahaya Mentari."

Tapi, tampaknya Philo juga masih bimbang apakah betul Musa raib, diangkat ke sorga, dan tidak mengalami kematian, tetapi berubah menjadi sosok cahaya, menjadi pikiran yang bebas dan abadi. Dalam bagian 2.291, Philo masih menyebut kematian dan penguburan Musa./3/

Dalam Ulangan 34:5-8, ditulis bahwa Musa mati dan dikuburkan di sebuah lembah di tanah Moab meskipun tidak ada orang yang tahu di mana lokasi kuburan Musa. Ketidaktahuan ini menimbulkan spekulasi bahwa Musa tidak pernah mati, tetapi diangkat langsung ke sorga. 

Jangan lupa, dalam Injil-injil Sinoptik Perjanjian Baru, nabi Musa bersama nabi Elia dikisahkan "turun kembali", lalu bertemu dan bercakap-cakap dengan Yesus di atas sebuah gunung yang tinggi (Markus 9:2-8; Matius 17:1-8; Lukas 9:28-36). Pada pertemuan mereka bertiga, Yesus dikisahkan "berubah rupa" (Yunani: metamorfē), menjadi sosok cahaya. Jelaslah bahwa para penulis kisah-kisah injil PB ini mengenal kisah spekulatif "pengangkatan Musa ke sorga", lalu memanfaatkannya dengan kreatif. Tentang metamorfē Yesus dalam kisah Injil Markus dan par, baca tulisan saya APA MAKSUD METAMORFĒ YESUS?.


Penutup

Kisah-kisah epik besar orang Yunani-Romawi yang dinamakan aretalogi sudah ditulis jauh sebelum Perjanjian Baru ditulis, dan juga selama dan setelah era Perjanjian Baru. 

Kisah-kisah besar tentang Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru lahir dalam lingkungan dunia sastra aretalogi Yunani-Romawi. 

Adalah lazim, jika para penulis kisah-kisah besar dalam suatu kebudayaan memperhatikan dan memanfaatkan jenis-jenis sastra yang ada dalam "literary environment" mereka, yang mencakup sastra-sastra kebudayaan-kebudayaan lain di luar kebudayaan mereka sendiri. 

Intertekstualitas, yakni tenunan dan relasi kait-mengait antara suatu teks dan teks lain, dibangun bukan hanya oleh para penulis dan pujangga zaman dulu, tetapi juga oleh para penulis dan pujangga masa kini dan seterusnya. 

Sastra-sastra termashyur dunia kapan pun dan di mana pun selalu berisi intertekstualitas. Serupa halnya dengan teori-teori besar ilmu pengetahuan yang juga berisi intertekstualitas. 

Semua teks tentang organisme-organisme terinterkoneksi, termasuk teks-teks yang disusun dengan kreatif dan imajinatif, dengan tetap berpijak pada fakta-fakta, oleh Homo sapiens, manusia cerdas dan arif.


Sumber-sumber

/1/ John Noble Wilford, "More Clues in the Legend (or Is It Fact?) of Romulus", The New York Times, June 12, 2007, https://www.nytimes.com/2007/06/12/science/12rome.html.

/2/ Andrew Slayman, Marco Merola, Andrea Candarini, and Albert Ammerman, "Origins of Rome", Archaelogy Vol. 60, No. 4, July/August 2007, JSTOR, pp. 22-27, https://www.jstor.org/stable/41780263.

/3/ Lihat H. Chadwick, "St. Paul and Philo of Alexandria", BJRL 48 (1966), 301. Juga LCL, 2.288; juga L. Ginzberg (Legends, 6.152 n. 904) yang berpendapat bahwa ketika T. Moses (1.15) dan Ps.Philo (Bib.Ant, 19-20 d) menekankan bahwa Musa dikuburkan di area pemakaman umum, ini dimaksudkan untuk menggempur pandangan bahwa Musa tidak mati tetapi diangkat ke sorga.