Wednesday, July 4, 2018

POST-TRUTH vs. SCIENTIFIC TRUTH

POST-TRUTH DALAM LIMA ALINEA


KEBENARAN dipatahkan, ditumbangkan, dibunuh, berdarah-darah. Diganti dengan dusta, fitnah, kelancungan, tipu daya, sensasi kosong dan kerapuhan. Semua pengganti ini diyakini dengan gegap-gempita sebagai kebenaran alternatif yang diterima benar oleh orang yang tak bisa lagi berpikir. Itulah POST-TRUTH. 

POST-TRUTH itu suatu penyakit kognitif pada para filsuf dan ilmuwan pelacur ("junk philosophers and junk scientists") yang sangat haus, dan mengejar, kekuasaan politik dan ekonomi dan kepentingan-kepentingan lain mereka, lewat penyebaran klaim-klaim pseudoilmiah atau klaim-klain ilmiah palsu yang mereka bangun sendiri. Etika keilmuan adalah musuh besar mereka.

Sebaliknya, "proper or bona fide scientists" tidak kenal post-truth, tapi mereka terus-menerus mencari, menyelidiki, menemukan, menguji dan membagikan SCIENTIFIC TRUTHS.

Kebenaran-kebenaran ilmiah dibangun dengan berdasar pada EMPIRICAL EVIDENCE, bukti-bukti empiris, koherensi logis dan teori-teori besar ilmu pengetahuan, bukan pada syahwat politik dan kerakusan ekonomi dan kekuasaan.

"Proper scientists" terus-menerus mengkaji, mengembangkan dan memajukan ilmu pengetahuan yang dinamis, tak bisa dipalsukan, tak bisa diabsolutkan dan tak bisa difinalkan. Para saintis tulen memiliki etika keilmuan.

4 Juli 2018
ioanes rakhmat