Thursday, November 29, 2018

Era eugenik telah tiba, dimulai di China...

Updated 16 April 2019

"Biologi penuh dengan kejutan."
☆ Eric Bapteste, biolog evolusioner, Paris

ERA MANUSIA UNGGUL atau EUGENIK BARU SAJA DIMULAI....

Di CHINA loh, BUKAN di USA! Ini sudah diprediksi oleh banyak orang./1/

Genetikus China dari Southern University of Science and Technology in China, He Jiankui  Ph.D., telah mengumumkan bahwa dia (dkk) telah berhasil MENGEDIT DNA bayi kembar perempuan NANA dan LULU sewaktu keduanya masih sebagai janin dalam rahim bunda mereka./2/ Teknik pengeditan gen ini dinamakan CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats).


Yang diedit He Jiankui lewat teknik Genome Editing CRISPR-Cas9 adalah gen-gen "linibibit" yang terdiri atas sel-sel reproduktif Nana dan Lulu yang membuat bayi perempuan kembar ini kebal terhadap HIV (lewat HIV juga) (meski saat berada pada tahap embrio mereka sehat) dan juga keturunan mereka seterusnya nanti. Sidik jari tangan iptek He Jiankui tentu saja tertanam abadi dalam linibibit NANA dan LULU.

Cara kerja DNA-editing CRISPR-Cas9. Usap atau klik image agar kata-kata terbaca jelas.

Langkah He Jiankui yang telah dimulai 8 bulan lalu ini membuat dunia kedokteran dan bioetika geger minggu ini. Keberhasilannya melahirkan PERTAMA KALI DALAM DUNIA kembaran bayi manusia yang telah mengalami pengeditan atau modifikasi gen menandakan era penciptaan EUGENIK, yakni insan-insan yang diberi gen-gen unggulan, telah dimulai.

Gen-gen unggulan yang mana yang harus dipilih, dan gen-gen yang mana yang harus diedit, ya bisa bergantung pada keputusan politik dan militer suatu negara dan tentu juga dapat pada keputusan para genetikus, dan keputusan masyarakat. Ini bidang bioetika. Kontroversi setiap terobosan real iptek ya merebak di wilayah bioetika.

Dalam sikon itu, ada etikus yang terlelap tak siap, yang malah jadi kalap dan gelap mata. Syukurlah, juga ada tak sedikit etikus yang mampu dengan cerdas memberi tanggapan yang positif, mencerahkan, dan mendorong iptek untuk maju terus.

Yang dibutuhkan sekarang adalah pendekatan etis "responsibly contextual" yang mempertimbangkan banyak faktor lintasilmu sebelum suatu keputusan etis diambil.

Etika normatif yang kaku dan ketinggalan zaman, yang lazim disebut etika legalis nomis atau etika deontologis, tidak banyak manfaatnya.

Selain itu, masih ada etika teleologis, yang mendasarkan suatu pengambilan keputusan etis pada mulia atau tidaknya tujuan suatu tindakan.

Nah, era eugenik bisa menjadi era yang di dalamnya semua manusia lahir sehat dan hidup dewasa juga sehat, fisik dan mental, bahkan juga semua cerdas.

Tapi sebaliknya juga dapat terjadi: sekelompok manusia dengan linibibit unggul dan memiliki kecerdasan dan kekuatan dan daya tahan fisik luar biasa, AKAN MENDOMINASI DAN MEMPERBUDAK insan-insan yang lebih inferior secara genetik. Gen superior versus gen inferior, pada level makromolekul.

Bersiaplah dengan era eugenik lewat pintu masuk teknik pengeditan gen CRISPR-Cas9. Tak mungkin gerak jarum jam diputar balik.

Di tengah kontroversi atas langkah He Jiankui, terlalu ceroboh dan naif jika CRISPR dilarang diterapkan pada janin manusia. Ketimbang melarang, yang perlu dilakukan adalah menyusun suatu regulasi internasional atas metode ini./3/

Orang cerdas bergegas bergerak ke depan. Hanya undur-undur yang memilih berlari mundur jauh ke masa silam sambil tidur dan ngelindur.

Oh ya, teknik pengeditan gen CRISPR sebetulnya sudah sejak sekian tahun lalu dipakai tapi bukan pada janin manusia, melainkan pada janin hewan-hewan lain non-insani. Hasilnya antara lain babi-babi mungil alias micropigs, dan juga organisme hibrid khimera./4/

ioanes rakhmat
29 Nov 2018

Catatan-catatan:

/1/ Lihat misalnya Jim Kozubek, "This is why the first CRISPR baby won't be born in the USA", NewScientist, 10 August 2017, https://www.newscientist.com/article/2143427-this-is-why-the-first-crispr-baby-wont-be-born-in-the-us.

/2/ Tentang subjek tulisan ini, baca lebih jauh di https://www.inverse.com/article/51191-designer-babies-born-in-china-ethics. Lihat juga http://www.newscientist.com/article/2186504-worlds-first-gene-edited-babies-announced-by-a-scientist-in-china/.

/3/ Diskusi tentang ini, baca antara lain di sini https://www.cbsnews.com/amp/news/chinese-scientist-he-jiankui-gene-edited-babies-pregnancy-fired-university-today-2019-01-21/.

/4/ Lebih lanjut baca di sini
https://ioanesrakhmat.blogspot.com/2015/10/hewan-babi-antara-ajaran-agama-dan.html?m=0 dan juga di sini https://ioanesrakhmat.blogspot.com/2017/02/era-organisme-hibrid-manusia-babi-sudah.html?m=0.


Thursday, November 22, 2018

Kita ini seperti gunung

KITA INI SEPERTI GUNUNG

PERTANYAAN DARI SALATIGA

Tanya:
Boleh saya bertanya? Apakah jadinya kekristenan secara lembaga apabila sains meruntuhkan dogma sebab mitologi yang ada yang sempat mampu menjadi opium bagi masyarakat, akan berangsur hilang dengan menguatnya kesadaran kognitif yang mulai dirasakan dan dijalani banyak orang?

Jawab:
Mitos itu bukan sains, melainkan METAFORA seperti juga perumpamaan Yesus dan banyak kepercayaan kuno dalam dunia agama-agama umumnya.

Ada metafora yang bagus, artinya: membangun kehidupan dan peradaban. Ada metafora yang buruk, yakni yang merusak dan membinasakan kehidupan dan peradaban.

Dengan cerdas, pilihlah metafora yang bagus, dan buang yang jelek. Metafora yang bagus memikul pesan etis moral yang agung dan memperkuat daya tahan kehidupan dan semangat membangun peradaban.

Jika mau berbicara dalam dunia iptek modern melebihi wilayah etis moral, tak ada jalan lain, teologi modern juga perlu lahir dari basis iptek modern.

Kecanduan pada mitos kuno apalagi mitos yang buruk, harus dihentikan, diganti dengan keingintahuan tanpa batas tentang jagat raya dan kehidupan dan segala misteri keduanya.


Kita ini seperti gunung-gunung tinggi, yang puncak masing-masing menunjuk ke langit tanpa batas, cermin keinginan, gairah dan kerinduan gunung-gunung untuk memeluk dan mengecup hangat sang langit tanpa tepi dan tanpa ujung. Bayangkanlah, sang gunung terbang menembus atmosfir dan melayang terbang dalam kevakuman kosmik tanpa batas yang penuh misteri yang menawan akal dan hati.

Nah, keingintahuan insani ini tidak lagi dijawab dengan mitos-mitos kuno, tetapi dengan ilmu pengetahuan modern sebagai jalan agung menuju Tuhan YMTahu dan MTakterbatas.

Tak ada penghalang untuk memuaskan kerinduan pada Tuhan YMTahu dan MTakterbatas dengan mencari, menemukan, memahami dan mendalami ilmu pengetahuan yang berkembang terus tanpa batas.

Dalam dan lewat ilmu pengetahuan, Tuhan YMTahu dan MTakterbatas makin didekati, dikenali dan dicintai, tanpa pernah habis.

Spiritualitas semacam itu saya namakan spiritualitas saintifik. Diperlukan kelembutan dan keberanian dan kecerdasan untuk dapat masuk ke dalam spiritualitas ini dan merayakannya dengan hepi. Spiritualitas ini akrab dengan kesendirian, kesunyian, keheningan, kebeningan, bahkan kekosongan tanpa batas.

22 November 2018

ioanes rakhmat