Wednesday, March 2, 2016

Gadis Cilik dan Beruang



Kau besar ditakuti semua orang
Melihatmu semua tunggang-langgang
Tapi aku nan kecil datang melenggang
Kau kubelai oleh tanganku yang lengang
 


Kau tersenyum memandangku tenang
Kuingin bersamamu pagi hingga petang
Beruang besar dan gadis cilik periang
Dalam hutan riuh yang sunyi tenang


Mari kita terbang ke angkasa benderang
Kita gantikan sang rembulan terang
Memberi cahaya kemilau benderang
Supaya semua insan menari riang


Duka dan azab selamanya hilang
Diganti suara merdu di tengah ilalang
Jangkrik semut kutilang dan belalang
Menaikkan madah supaya dunia riang


Jangan pikirkan kematian yang datang
Hanya satu dua detik nafasmu hilang
Hidup ini juang lama 70 tahun terbilang
Jalani tabah bersenandung riang


Tabuh riang dan kuat semua genderang
Bukan untuk membunuh dalam perang
Tapi untuk bangunkan semangat juang
Supaya takut, azab dan derita terbuang


Si gadis cilik berani menatap riang
Sang beruang besar duduk menjulang
Karena dalam hatinya yang lapang
Cinta tumbuh subur tak terhalang


Tanam sebutir benih cinta yang luang
Bumi ditanami pohon kasih sayang
Tumbuh berkembang ke langit terjulang
Cangkul mengganti pedang dan parang


Sang beruang besar menyatakan sayang
Si gadis cilik balas merangkul senang
Pembesar dan kawulo topang-menopang
Orang miskin tak lagi kering-kerontang


Sedang bermimpikah aku di hari petang?
Janganlah senja temaram kelam datang
Wahai Dewi Fajar segeralah bertandang
Kurindu memelukmu kencang-kencang


Ke langit segera bawa aku terbang
Sunyi sendiri di tengah trilyunan bintang
Gelap sendiri di hujan terang gemilang
Kesunyian maha dalam tak terdulang
 


Sang Sunyi bersuara senyap dan kosong
Suaranya sampai ke bintang terujung
Lihat, si gadis cilik dan sang beruang
Bernyanyi tanpa nada bersenandung


Sunyi tapi riuh bunyi kecapi  
Sendiri tapi dikepung gendang ramai
Ramai tapi sepi bak pantai mati
Mati namun hidup abadi


Punyakah kau sebuah anak kunci
Untuk membuka teka-teki ini?
Jika tak punya, duduklah sunyi lestari
Jawaban akan datang mengalun sendiri



Jakarta, 2 Maret 2016
Ioanes Rakhmat
Sang Sunyi