Monday, November 2, 2015

Iman yang tidak berubah

Fosil ditempatkan dalam sebuah museum....!


- Pak, sebagai seorang Kristen konservatif, saya bersyukur kepada Tuhan Yesus, sebab Dia telah setia menjaga iman saya kepada-Nya sehingga tidak berubah sedikitpun hingga kini, bahkan sejak zaman para rasul Yesus Kristus!

+ Oh, imanmu iman yang itu, itu juga, sejak dibangun di zaman para rasul Yesus Kristus di abad pertama Masehi?

- Ya, saya berbahagia, sebab iman Kristen saya sejak dulu hingga sekarang ya iman yang itu, itu juga. Saya gigih memegang iman yang satu itu saja. Saya setia.

+ Laura, saya dengar kamu baru punya bayi ya. Betulkah?

- Ya, Pak, saya telah melahirkan seorang bayi lelaki yang sehat tiga bulan yang lalu. Itu karunia besar dari Tuhan untuk saya dan suami saya. Kami berbahagia dengan kehadiran bayi kami itu.

+ Selamat ya Laura atas bayimu itu. Setiap orangtua tentu menjadi berbahagia jika dikaruniakan Tuhan seorang bayi yang sehat. Siapa nama putramu itu, Laura?

- Oh, dia kami beri nama Petra Teguh Perkasa. Nama yang bagus, bukan, Pak?!

+ Ya, nama yang bagus. Dengan nama itu, kamu berharap bayimu itu nanti akan menjadi sosok yang kuat, teguh dan perkasa seperti Rasul Petrus, bukan?

- Ya, itulah memang yang persisnya kami harapkan.

+ Sejak kelahirannya, apa saja yang sudah kamu lihat terjadi pada bayi Petra?

- Oh, sekarang berat badannya sudah bertambah sekitar 3,5 kg, Pak. Pipi-pipinya jadi makin montok. Rambutnya yang dibawa dari rahim, yang sudah kami cukur, kini sudah berganti dengan rambut baru. Hitam dan ikal. Waah, senangnya kami.

+ Saya ikut senang, Laura. Apa lagi yang kamu lihat telah dialami bayimu itu?

- Ooh, sekarang Petra semakin sering mengoceh, lebih-lebih kalau dia kami ajak bercakap-cakap. Mulutnya lemes. Tampaknya dia akan jadi anak yang cerdas. Tenaganya juga makin kuat, terasa kalau dia memegang telunjuk saya, Pak.

+ Apa lagi?

- Ooh, dia juga kelihatan makin mengenal lingkungan sekitarnya, mulai dari mainan-mainan yang ada di sekitar tempat tidurnya, hingga ke wajah papa, mama dan opa dan omanya. Tampak sekali, rasa ingin tahunya terus makin besar dan meluas. Pokoknya, Petra terus bertumbuh dan berkembang dan berubah pesat. Dia hidup sangat sehat. Tentu, itu semua terjadi karena kami sangat telaten memperhatikan dan memenuhi semua kebutuhan tubuh dan kebutuhan jiwanya.

+ Syukurlah.

- Ya, Pak. Terima kasih.

+ Kamu lihat ’kan, karena Petra hidup, dia tumbuh terus, berkembang terus. Karena dia sehat, berat badannya bertambah dan kecerdasannya juga terlihat berkembang. Perhatiannya juga makin meluas. Perubahan adalah tanda kehidupan.

- Ya, Pak, karena dia hidup dan sehat, makanya dia tumbuh, berkembang dan berubah nyata dari hari ke hari, sebagaimana kami amati dengan cermat. Dokter anak yang ikut merawat dan memperhatikannya juga memuji-muji pertumbuhan dan kesehatan Petra.

+ Syukurlah.

- Ya, Pak. Terima kasih.

+ Tapi, apa yang terjadi andaikan berat badan Petra tidak naik-naik? Andaikan tenaganya tidak tambah kuat? Andaikan rambutnya tidak tumbuh-tumbuh?

- Ya, itu artinya, dia menderita penyakit, Pak. Dia sakit. Tubuhnya bermasalah.

+ Andaikan kecerdasannya tidak berkembang? Andaikan perhatiannya ke dunia sekitar tidak meluas? Andaikan dia tidak kunjung mengenal wajah-wajah orang-orang terdekat di sekitarnya? Andaikan dia tidak pernah mengoceh?

- Aaah, si Bapak ini .....! Ya, kalau itu yang terjadi, artinya Petra punya masalah mental.

+ Kalau Petra terus berada dalam kondisi-kondisi yang saya andaikan itu, apa yang akan terjadi padanya?

- Aaah, si Bapak. Tentu Petra pasti akan mati. Kok pertanyaan-pertanyaan Bapak begitu? Saya jadi merasa gak nyaman nih.

+ Nah, coba kita umpamakan imanmu kepada Yesus itu sebagai Petra, bayimu.

- Kok?

+ Ya, di awal tadi, kamu ’kan menyebut-nyebut imanmu kepada Yesus. Mari kita kembali ke soal imanmu itu.

- Maksud Bapak?

+ Petra hidup, karena itu bayimu itu berkembang, bertumbuh, dinamis, pendek kata mengalami perubahan. Tidak begitu-begitu saja. Perubahan menandakan kehidupan.

- Ya, itu sudah sangat jelas. Semua orang juga tahu hal itu, Pak.

+ Nah, kalau Petra mati, dia tidak akan berkembang, tidak akan bertumbuh, begitu-begitu saja sejak lahir, bantut. Lalu, ya Petra lenyap dari kehidupan. Harus dimakamkan.

- Aaah, si Bapak. Ucapan Bapak itu bikin saya takut. Terdengar seram.

+ Ok. Menurutmu, imanmu kepada Yesus itu iman yang hidup, atau iman yang mati?

- Ya tentu saja saya ingin punya iman yang hidup, sama seperti saya ingin Petra terus hidup dengan sehat.

+ Di awal percakapan kita tadi, kamu bilang, kamu bersyukur karena kamu punya iman yang itu, itu saja, sejak awal, bahkan sejak zaman para rasul Yesus Kristus.

- Ya, itu iman Kristen saya, iman yang kokoh, iman yang tidak bisa berubah lagi, iman yang konservatif, iman yang itu, itu saja, sejak dulu. Iman yang setia.

+ Itu artinya, kamu mempertahankan iman mayat, iman yang sudah mati, iman yang tidak bisa bertumbuh lagi, tidak bisa berubah lagi, iman yang tidak memiliki kehidupan lagi.

- Apa?

+ Iman mayat. Iman yang sudah harus dimakamkan, bukan dibiarkan ada di antara orang hidup. Iman yang sudah menjadi fosil. Jika gereja adalah umat Yesus Kristus yang hidup, maka iman gereja harus bertumbuh, berkembang dan berubah, sejalan dengan kehidupan ini, terus dinamis, berkembang, berubah. Tuhan itu ada di antara orang hidup, di dalam ruang kehidupan, bukan di dalam kuburan.

- Oooohhhh.


Jakarta, 2 November 2015