Wednesday, July 29, 2015

My Poem: An Endless Voyage



Science is an endless voyage to the unknown
Don’t sit at the coffee shop until dawn
Move, move, move to the open air outside
Go, go, go to the seashore at the high tide

Row, row, row your boat into the dark regions
Unfurl the sails wide to make it move fast forward!
Sail, sail, sail into the ever vague harbor ahead
Fear not the high waves and horrible storms

Watch the clouds sailing by across the sky
Watch the seagulls flying over your head to spy
Watch the shining stars in the night heavens
Watch the compass needle showing you directions

Sing, sing, sing sailor songs loudly and gleefully
Let your vibrant voices reach the sky boundlessly
Beat, beat, beat your drums powerfully
Invite the Sun and the Moon to dance briskly

Transcend the known!
Pursue the unknown!
Unravel the mysteries!
Cross the borders!

Discover the medicines to cure all diseases
Find out the methods to reach immortality
Seek out the ways of all beings living prosperously
Build our other homes on other habitable planets

Teach your sons and daughters to love science
Train them to expand their curiosity forever
Make them know other lives exist in infinite space
Assure them they’re far bigger than space ever

Ask your children to paint their blissful faces
On the limitless paper of the canopy of the sky
To write down their own mathematical equations
On the boundless surface of the glittery night sky

Science is a happy journey that knows no finality
From the known to the ever-expanding unknown
You find you know you don’t know very often
Fear not any undecidedness and uncertainty

Even though science knows nothing absolute
And can as well be wrong and inaccurate
It’s already flown and landed humans on the Moon
Sent spacecraft across the solar system of our own

And what are the things religions so far have done?
A little bit of loving and caring of our neighbors
The most they’ve been doing is violence and wars
Though they’ve existed thousands of years on the globe!

Modern science is still very young indeed
It’s been developing since 400 years in the past
Though still young, it’s very powerful in its deed
Leading us to the civilized deed, mind and heart

Science is the shining candle in any murky rooms
Bringing enlightenment into the human gloomy mind
In the hands of great scientists the world around 
It frees humans from blind faith, arrogance and silliness

Silliness knows no limits in all directions
Arrogance shuts the door of the learning houses tightly
Blind faith brutally kills your capacity to grow intellectually 
Intelligence dances in the silent oceans of limitless progress

Let’s sail from one ocean to another unstoppably
Let’s cleave the huge waves fearlessly 
Let’s conquer the horrific storms daringly 
Let’s penetrate the dark nights valiantly

Row, row, row your science boat more speedily
Break through the unknown determinedly
Don’t take a long rest during the long, long voyage
Until you arrive at the place of nowhere of silence

The science harbor is always elusive and vague
As you come nearer in the sailing voyage
Further and further again endlessly it moves
It’s always greater than any gods and goddesses!

Embrace and hug science
Kiss it! Kiss it! Kiss it!
Try its taste and its grace!
Spread it! Spread it! Spread it!



Jakarta, 29 July 2015
Ioanes Rakhmat




Monday, July 20, 2015

Amr Khaled: Dunia berlari ke depan, Islam tetap di belakang!


Televangelis Muslim, Amr Khaled


Presiden Mesir, Abdel-Fattah el-Sisi, dalam bulan Januari 2015 meminta supaya revolusi dilakukan dalam dunia Islam berhubung penafsiran-penafsiran Islam telah sangat jauh ketinggalan zaman. Keadaan ini, katanya, telah membuat dunia Islam “suatu sumber petaka dan kehancuran.”

Sang Presiden meminta para ulama negara dan Universitas Al-Azhar di Kairo (yang sudah berumur 1000 tahun) untuk segera melakukan perubahan dan pembaruan (“tajdeed”) dalam semua segi di dunia Islam. Seruan ini bersambut. Suara-suara yang menyerukan pembaruan terdengar santer di bulan Ramadan 2015 di seluruh tanah Arab. Baru saja, 14 Juli 2015, Presiden el-Sisi menyatakan bahwa “toleransi telah disingkirkan oleh penafsiran-penafsiran ekstrimis atas teks-teks Islam!”

Dalam bulan Ramadan 2015 ini juga, otoritas Urusan Islam Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, menyelenggarakan kuliah-kuliah umum yang berakhir Jumat, 17 Juli 2015, dengan melibatkan 300 sarjana Islam yang kebanyakan berasal dari Universitas Al-Azhar, dan dihadiri banyak profesional muda dari berbagai etnis di UEA. Tema perkuliahan ini tentang kontraterorisme. Seorang pakar Muslim yang datang dari Amerika, Sheikh Hamza Yusuf, pendiri Zaytuna College di Berkeley (universitas Islam pertama yang diakreditasi di Amerika Serikat, didirikan 2008), berbicara pada kesempatan itu. Yusuf mengingatkan semua peserta bahwa “sarjana-sarjana Muslim telah tidak memberi tanggapan-tanggapan yang tepat dan cukup cepat terhadap tantangan-tantangan zaman sekarang.” Dia juga mendesak umat Muslim untuk kembali ke inti ajaran Islam, yakni kerahiman dan kerahmanian Allah.

Ketika diwawancarai The Associated Press, Yusuf, 58, dengan memakai sebuah metafora, menyatakan bahwa Islam masa kini adalah sebuah rumah yang telah lama ditelantarkan sehingga perlu cepat direnovasi. Katanya, Keran-keran air rumah ini sudah tidak bekerja lagi. Pipa-pipa ledengnya rusak dan berkarat. Seluruh isi rumah berantakan. Rumah ini sudah ditelantarkan. Sudah ambruk. Anda tidak menghancurkannya. Juga tidak menyingkirkannya. Anda perlu merenovasinya. Karena sudah sangat genting, sejumlah orang mulai terbangun dari tidur mereka, dan berpikir lebih baik kita melakukan sesuatu.  

Dalam rangkaian semangat pembaruan ini yang sedang menyebar di dunia Arab, televangelis Muslim paling tersohor di dunia Arab, Amr Khaled, dalam suatu siaran dakwahnya lewat TV Show di Ramadan 2015 ini, menyatakan, “Kehidupan terus berlari ke depan, tapi pemahaman kita mengenai Islam sudah ketinggalan zaman.” Lanjutnya lagi, Sebagai sebuah masyarakat, kita, para Muslim, tidak menghasilkan apa-apa. Kita tidak bekerja lagi. Kita tidak akan tahu bagaimana mereformasi Islam, kecuali kita melihat dan memahami di mana kehidupan kini berada. Bagaimana anda bisa bertanya apa yang dapat ditawarkan Islam kepada kehidupan di masa kini, sementara anda tidak tahu di mana kehidupan sekarang berada.” 

Anda perlu tahu, oleh majalah The New York Magazine, edisi 30 April 2006, Khaled dijuluki “televangelis Muslim paling berpengaruh dan tersohor di dunia.”

Tajdeed! Tajdeed! Tajdeed! 

Tanpa pembaruan dan perumusan ulang di zaman dan tempat yang sudah berbeda, semua agama hanya akan menjadi museum-museum penyimpan fosil-fosil doktrin purba. Tidak akan menjawab dan fungsional lagi di dunia modern. Akhirnya pasti punah. Ini hukum alam.
 

Sumber
Aya Batrawi, “Muslim Scholars Use Ramadan to Push for an Islamic Renewal”, Associated Press, 16 July 2015, pada http://www.apnewsarchive.com/2015/During-Ramadan-call-for-Islamic-awakening-resonates-with-Muslim-scholars-pushing-for-reform/id-b222c911cbf64b2da544b521c3879da2.

Friday, July 17, 2015

Apa kata sains mutakhir tentang homoseksualitas?

Mereka dipersatukan oleh cinta sejati, tapi kalangan heteroseksual mau memisahkan mereka!


Di bawah ini saya sajikan apa yang saya telah temukan tentang berapa jauh sains sudah berhasil memahami orientasi seksual (OS) manusia, apakah homoseksual, ataukah heteroseksual, ataukah biseksual, atau yang lainnya. Adakah hubungan biologi (genetik, neural/serebral, fisiologis, hormonal, dll.) dengan OS seseorang?

Neurosaintis Simon LeVay di tahun 1991 menemukan bahwa suatu bagian di dalam hypothalamus otak manusia yang berhubungan dengan seksualitas, yang berupa sekumpulan molekul yang berukuran sebesar sebutir padi, yang dikenal sebagai INAH3, ternyata lebih kecil dalam diri kalangan gay dibandingkan dalam diri kalangan pria heteroseksual. Dalam diri lelaki heteroseksual, INAH3 lebih besar lebih dari dua kali lipat dibandingkan dalam diri gay. Saya kutipkan abstrak dari temuannya yang telah dilaporkan dalam jurnal Science tahun 1991, berikut ini.
“Hypothalamus anterior dalam otak ikut berperan dalam mengatur perilaku seksual yang tipikal lelaki. Isi empat grup dalam area otak ini (dinamakan Interstitial Nuclei of the Anterior Hypothalamus, atau INAH 1,2,3 dan 4) telah diukur dalam jejaring pascakematian dari tiga kelompok subjek: perempuan, lelaki yang diasumsikan heteroseksual, dan homoseksual. Tidak ada perbedaan yang telah ditemukan di antara kelompok dalam volume INAH 1,2, atau 4. Sebagaimana sebelumnya telah dilaporkan [oleh Laura Allen dkk dari UCLA], INAH3 lebih besar lebih dari dua kali lipat dalam diri heteroseksual pria dibandingkan heteroseksual wanita. Namun, INAH3 juga lebih besar dari dua kali lipat dalam diri lelaki heteroseksual dibandingkan lelaki homoseksual. Penemuan ini menunjukkan bahwa INAH3 bersifat dimorfik terhadap orientasi seksual, setidaknya dalam diri lelaki, dan menyarankan bahwa orientasi seksual memiliki suatu substrat biologis.”/1/
Selanjutnya, di tahun 1993, LeVay menerbitkan bukunya yang berisi kajian-kajian terhadap seksualitas manusia, yang diberi judul The Sexual Brain. Ini sebuah buku yang sangat bagus. Dalam web The MIT Press, pada Overview atas buku ini, ditulis hal berikut ini. 
The Sexual Brain mencakup kajian-kajian yang luas, antara lain teori evolusioner, genetika molekuler, endokrinologi, fungsi dan struktur otak, psikologi kognitif, dan perkembangan. Semua disiplin ilmu ini disatukan oleh tesis LeVay bahwa perilaku seksual manusia, dalam semua keanekaragamannya, berakar pada mekanisme-mekanisme biologis yang dapat dieksplorasi oleh sains laboratorium. Buku ini tidak menghindari kompleksitas bidang kajian ini, tetapi dapat langsung dihargai dan dinikmati oleh siapapun yang memiliki minat dan perhatian yang cerdas terhadap seks.”/2/ 
Dalam pendahuluan buku ini, LeVay menyatakan bahwa tujuan penulisannya adalah 
“untuk fokus lebih persis lagi pada mekanisme-mekanisme otak yang bertanggungjawab bagi perilaku dan perasaan-perasaan seksual. Berhubung ada banyak perbedaan individual yang mencolok dalam seksualitas―paling kentara di antara pria dan wanita, tapi juga di antara individu-individu sesama jenis seks―salah satu perhatian besar buku ini adalah mencari basis biologis bagi keanekaragaman ini. …, dan memahami seks dari sudut proses-proses selular yang memunculkannya.”/3/ 
Tesis-tesis yang diajukan LeVay semuanya diuji berdasarkan bukti-bukti empiris yang dapat disediakannya baik dari bidang keahliannya sendiri maupun dari bidang-bidang lain. Karena pendekatannya yang empiris dan klinis ini, patutlah dia mengkritik pendapat-pendapat Sigmund Freud tentang seksualitas manusia. Tulisnya dengan nada yang tajam: 
“Berhubung saya telah terlatih di dalam menggunakan metode-metode sains, saya makin skeptik bahwa ada hal apapun yang saintifik dalam ide-ide Freud tentang seksualitas meskipun dia berulang-ulang menegaskan bahwa semua pendapatnya saintifik. Dan akhirnya, berbagai temuan telah dihasilkan dalam area biologi seksual yang semuanya menunjuk ke segala arah yang baru dan menggairahkan. Freudianisme, pada sisi lain, kelihatan telah menjadi sebuah dogma yang terfosilisasi dan tidak dapat digoyahkan lagi.”/4/
Dalam bukunya ini, kembali dia membeberkan penemuannya di tahun 1991 atas INAH3. Ada dua temuan yang sudah dihasilkannya: 
  • Pertama, INAH3 rata-rata dua sampai tiga kali lipat lebih besar dalam diri lelaki heteroseksual dibandingkan perempuan heteroseksual. Temuan ini mengonfirmasi temuan sebelumnya oleh Laura Allen dkk dari UCLA. 
  • Kedua, dalam diri gay, INAH 3 rata-rata lebih kecil dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dalam diri lelaki heteroseksual./5/    
Apakah LeVay menyangkal bahwa faktor genetik ikut membentuk orientasi seksual manusia?
LeVay di halaman 122 bukunya yang terbit 1993 menulis sesuatu yang bagian-bagiannya kerap dikutip orang dengan keluar dari konteks seluruh isi bukunya untuk mendalihkan bahwa sang neurosaintis ini tidak membuktikan bahwa homoseksualitas itu genetik. 

Saya perlu ingatkan bahwa LeVay bekerja sebagai seorang neurosaintis, bukan sebagai seorang genetisis meskipun dia juga memanfaatkan banyak aspek dari genetika dalam bukunya ini. Yang dia telah tunjukkan adalah bagaimana neurosains telah bisa memperlihatkan bahwa homoseksualitas itu sesuatu yang bersifat serebral, terhubung dengan ukuran bagian tertentu struktur hypothalamus dalam otak manusia. Untuk temuannya ini dapat berstatus konklusif, itupun, katanya, harus menunggu dua sampai tiga dasawarsa ke depan (sejak 1993) ketika teknologi pemindaian (scanning technology) terhadap otak manusia yang hidup sudah berkembang dengan canggih. Di bagian-bagian lain dari bukunya ini LeVay sama sekali tidak pernah menolak kemungkinan yang serius bahwa orientasi seksual seseorang juga genetik, sebagaimana segera akan juga saya tunjukkan. Cuma, di awal 1990-an pembuktian klinis tentang aspek genetik orientasi seksual manusia belum dimungkinkan. Pada kesempatan ini, saya merasa terbeban betul untuk menerjemahkan isi halaman 122 bukunya itu selengkapnya. Berikut ini. Bacalah dengan seksama./6/ 
“Bagi banyak orang, menemukan suatu perbedaan dalam struktur otak di antara kalangan gay dan kalangan lesbian sama dengan telah membuktikan bahwa para homoseksual ‘sejak lahir memang telah homoseksual’. Seringkali aku digambarkan sebagai orang yang ‘telah membuktikan bahwa homoseksualitas itu genetik’ atau semacam itulah. Aku belum membuktikan itu. Observasi saya dilakukan hanya pada orang-orang dewasa yang telah aktif secara seksual untuk kurun yang lama. Jika berdasarkan hanya pada observasi saya, maka tidaklah mungkin untuk menyatakan apakah perbedaan-perbedaan struktural otak sudah ada ketika orang dilahirkan, dan kemudian mempengaruhi mereka untuk menjadi gay atau heteroseksual, atau apakah perbedaan-perbedaan itu timbul saat mereka telah dewasa sebagai suatu akibat dari perilaku seksual mereka.
Dalam mempertimbangkan mana dari interpretasi-interpretasi ini yang lebih mungkin, baiklah kita kembali ke riset tentang hewan yang sudah dibicarakan dalam bab-bab sebelumnya. Sebagaimana sudah dibentangkan dalam bab 10, nukleus yang secara seksual dimorfik, yang terdapat di area preoptik medial pada tikus-tikus (yang dapat atau tidak dapat sejalan dengan INAH3 pada manusia), sangatlah rentan untuk mengalami perubahan selama masa kritis yang berlangsung beberapa hari sebelum dan setelah kelahiran seekor anak tikus. Setelah masa ini dilewati, nukleus ini sulit untuk berubah dengan cara apapun. Bahkan mengebiri tikus-tikus dewasa (dengan akibat menghilangkan sumber androgen tikus dan sangat melumpuhkan perilaku seksual si tikus) paling banter hanya menimbulkan sedikit efek pada ukuran nukleus itu. Jika hal yang sama terjadi pada INAH3 dalam diri manusia, maka tampaknya mungkin bahwa perbedaan-perbedaan struktural di antara orang homoseksual dan orang heteroseksual muncul selama periode awal terjadinya diferensiasi seksual pada hypothalamus. Jika kondisinya demikian, maka adalah mungkin perbedaan-perbedaan ini berperan dalam menentukan orientasi seksual seseorang. Namun kita juga tidak dapat menyingkirkan kemungkinan bahwa dalam diri manusia yang memiliki masa kehidupan lebih panjang dan korteks serebral yang telah berkembang lebih baik, perubahan-perubahan yang sangat kentara dalam ukuran INAH3 dapat terjadi sebagai suatu akibat dari perilaku saat sudah dewasa.
Nah, tentu saja eksperimen yang ideal adalah mengukur besarnya INAH3 pada bayi-bayi yang baru dilahirkan dengan menggunakan teknik-teknik pemindaian, lalu menunggu sampai mereka mencapai usia dewasa 20 tahun untuk menyelidiki orientasi seksual mereka. Jika ukuran nukleus tersebut pada waktu kelahiran sedikit banyak memprediksi orientasi seksual dasariah seseorang, maka para ahli dapat berargumentasi dengan lebih kuat bahwa ukuran nukleus dapat berperan sebagai suatu penyebab orientasi seksual seseorang. Eksperimen ini tidak dimungkinkan setidaknya untuk waktu sekarang ini, berhubung teknik-teknik pemindaian yang mampu menghasilkan gambar-gambar INAH3 dalam diri orang yang masih hidup masih belum ada.” 
Itulah ilmu pengetahuan dan cara-cara kerjanya. Bersamaan dengan makin berkembangnya instrumen-instrumen penelitian, temuan-temuan lama pun akan makin teruji, bisa terverifikasi makin kuat, bisa juga terfalsifikasi. Pandangan-pandangan saintifik lama pun akan terus mengalami pengujian kembali, dus akan juga pada saatnya berganti. Sains itu dibangun di atas pundak sangat banyak generasi para saintis, bahu-membahu, yang memungkinkan para saintis makin luas memandang horison-horison masa depan kehidupan. OK, bagaimana, apakah LeVay memandang ada peran faktor genetik dalam penentuan seksualitas manusia? Atau dia sama sekali menafikannya? Apakah gen-gen mempengaruhi pembentukan orientasi seksual seseorang? Dalam pendahuluan bukunya, dia menyatakan bahwa
“Berdasarkan penemuan-penemuan ini dan penemuan-penemuan dari para peneliti lainnya, tampaklah masuk akal untuk bertanya apakah perbedaan-perbedaan bawaan kelahiran di dalam organisasi otak, setidaknya sebagian darinya berada di bawah kendali genetik, tidak dapat menjadi basis keanekaragaman di dalam fungsi-fungsi mental dalam diri manusia, termasuk fungsi-fungsi mental yang terkait dengan seks.”/7/
Dalam bab terpanjang bukunya, bab 12, yang membeberkan panjang lebar analisis-analisisnya terhadap orientasi seksual, LeVay pada bagian kesimpulannya menyatakan bahwa 
“Sebagai rangkuman, aku harus menegaskan, pertama, bahwa faktor-faktor yang menentukan apakah seseorang akan menjadi heteroseksual, biseksual atau homoseksual, masih banyak yang belum diketahui. Namun kita sudah mendapatkan petunjuk-petunjuk bahwa orientasi seksual seseorang dengan sangat kuat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian selama masa-masa perkembangan dini otak ketika otak sedang membuat pembedaan-pembedaan seksualitas yang berlangsung di bawah pengaruh molekul-molekul hormon-hormon seks (gonadal steroids).”/8/ 
Jadi, baginya, orientasi seksual berhubungan dengan pertumbuhan otak manusia dan hormon-hormon seks. Alih-alih menolak adanya faktor genetik yang membentuk orientasi seksual seseorang, LeVay mengambil posisi adanya interaksi antara faktor genetik (nature) dan faktor lingkungan kehidupan dan kebudayaan manusia (nurture) yang membentuk perilaku seksual orang dewasa. Dengan jelas, LeVay menyatakan bahwa keadaan-keadaan pikiran manusia yang ditentukan masyarakat dan yang paling remang-remang sekalipun adalah suatu perkara gen-gen dan kimia otak juga.”/9/ Perhatikan pernyataan-pernyataan lainnya berikut ini.
“Aku tidak tahu―dan juga orang lain manapun―apa yang membuat seseorang itu gay, biseksual atau heteroseksual. Tetapi aku sungguh percaya bahwa jawaban atas pertanyaan ini akan akhirnya ditemukan dengan melakukan riset biologi di laboratorium, dan bukan cuma membicarakan topik ini, yang merupakan cara umum yang kebanyakan orang telah lakukan hingga sekarang ini. … Mempercayai suatu penjelasan biologis terhadap orientasi seksual tidaklah sama dengan menegaskan bahwa bahwa orientasi seksual itu bawaan kelahiran atau ditentukan secara genetik. Seluruh kehidupan mental kita melibatkan proses-proses biologis. …Baik faktor bawaan kelahiran maupun faktor lingkungan kehidupan mempengaruhi kita dengan mempengaruhi struktur anatomis atau kimiawi otak./10/ 
Juga ini, yang ditulisnya pada bagian epilog bukunya itu (yang diberinya judul “Two Artificial Gods”): 
“Sangatlah mungkin bahwa pengalaman kehidupan memainkan peran signifikan dalam membentuk dan menghasilkan detail-detail dorongan seksual seseorang. Namun di sini pun potensi-potensi bagi perbedaan-perbedaan bawaan kelahiran harus tidak diabaikan. Kita tahu, misalnya, bahwa pilihan-pilihan atas makanan kita dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik; jadi, tidak ada alasan mengapa hal yang sama harus tidak terjadi juga pada pilihan-pilihan kehidupan seksual kita. Pastilah masa depan akan membawa kemajuan-kemajuan besar dalam pemahaman kita tentang mekanisme-mekanisme dan perkembangan seksualitas. Bidang yang paling memberi harapan untuk dieksplorasi adalah mengenali dan menemukan gen-gen yang mempengaruhi perilaku seksual dan studi-studi tentang kapan, di mana dan bagaimana gen-gen ini memberi efek-efek.”/11/  
Bahkan LeVay juga berbicara tentang “gen-gen gay” (gay genes) dari sudut pandang evolusioner “survival of the fittest” dan “the struggle for life” dalam konteks reproduksi organisme versus kepunahan suatu populasi. Tulisnya, 
“Kondisi homozygous [yakni kondisi adanya versi-versi seragam dari sebuah gen pada dua anggota dari sepasang kromosom] hanyalah suatu produk sampingan yang tidak diinginkan, yang muncul pada beberapa keturunan pasangan yang kawin di antara individu-individu heterozygous [yakni, yang gen-nya memiliki versi-versi yang berbeda dalam dua anggota dari sepasang kromosom]. Hal yang sama dapat terjadi pada gen gay: Suatu gen gay dapat terpelihara di dalam suatu populasi berhubung individu-individu heterozygous, selain tidak menjadi seorang gay, memiliki suatu keuntungan lain yang menyempurnakan sukses reproduksinya. Suatu kemungkinan lain yang terakhir adalah bahwa gen-gen gay, dilihat dari sukses reproduksi, sebetulnya merupakan gen-gen yang berbahaya, dan karenanya cenderung tereliminasi dari populasi; tetapi untuk beberapa alasan gen-gen varian diciptakan kembali dengan sangat cepat sehingga gen-gen yang tereliminasi digantikan dengan gen-gen yang baru.”/12/ 
Tetapi pada masa kini, kita tidak dapat lagi memandang gen-gen gay sebagai gen-gen yang akan memunahkan kehidupan manusia karena ketidakmampuan para homoseksual untuk menghasilkan keturunan mereka sendiri. Mari kita tengok sebuah temuan lain dalam dunia sains yang sangat mencengangkan. Suatu tim ilmuwan dari Universitas Cambridge, Inggris, dan Weizmann Institute of Science, Israel, belum lama ini telah berhasil menemukan sebuah teknik genetika untuk menghasilkan bayi manusia dari sel-sel kulit orangtua si bayi dengan menggunakan gen yang dinamakan SOX17. Gen SOX17 digunakan untuk memprogram ulang sel-sel kulit manusia untuk menjadi “sel-sel germ primordial” (“Primordial Germ Cells”, atau PGCs, yakni sel-sel pendahulu telur dan sel-sel sperma), yang kemudian akan berkembang menjadi janin-janin manusia. Proses ini dapat dijalankan untuk memberikan bayi-bayi baik bagi pasangan heteroseksual yang mandul maupun, tentu saja, bagi pasangan homoseksual. Selain itu, teknik mutakhir reproduksi ini juga dapat menghilangkan mutasi-mutasi epigenetik yang menyebabkan terjadinya kesalahan-kesalahan pada sel-sel tubuh manusia ketika orang mulai menua, yakni dengan cara menyetel ulang dan meregenerasi sel-sel yang sudah tua./13/ Mungkin LeVay perlu diberitahu tentang teknik genetika mutakhir ini yang dapat digunakan untuk memberi keturunan sendiri kepada para homoseksual. 

Di tahun 2011 LeVay menerbitkan sebuah bukunya lagi, Gay, Straight, and the Reason Why: The Science of Sexual Orientation. LeVay juga menemukan bahwa otak gay bukan saja tampak berbeda dari otak heteroseksual, tapi juga berfungsi berbeda. LeVay juga menemukan bahwa pembawaan-pembawaan psikologis yang berbeda pada gay biasanya begitu rupa sehingga gay dapat bergeser ke OS lain jika dibandingkan dengan individu-individu heteroseksual dari jenis mereka sendiri. Tulis LeVay, “Sukar untuk menjelaskan pergeseran ini hanya sebagai akibat dari kondisi sebagai gay saja. Sangat mungkin pergerseran OS kalangan gay ini menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan dalam perkembangan seksual dini dalam otak, perbedaan-perbedaan yang berpengaruh pada satu ‘paket’ pembawaan-pembawaan psikologis gender, termasuk OS.”/14/ Dari fakta-fakta neural ini LeVay menyimpulkan bahwa ada proses-proses biologis yang terlibat dalam perkembangan otak yang berpengaruh pada orientasi seksual seseorang. 

Bukankah mereka berdua tampak sangat serasi dan damai?

Setelah LeVay menulis makalah ilmiah perdananya yang terbit di jurnal Science, di tahun berikutnya, 1992, tim peneliti dari UCLA menemukan suatu bagian lain dalam otak yang berhubungan dengan seksualitas (yakni “midsagittal plane of the anterior commissure”), yang ukurannya 18% lebih besar pada diri kalangan gay dibandingkan kalangan perempuan heteroseksual dan 34% lebih besar dibandingkan kalangan pria heteroseksual. Perbedaan-perbedaan anatomis ini, yang berhubungan dengan gender dan OS, sebagian melandasi perbedaan-perbedaan dalam fungsi kognitif dan lateralisasi serebral [pembagian dan ketidakseimbangan fungsi-fungsi bagian otak kanan dan bagian otak kiri] di antara kalangan gay, pria heteroseksual dan perempuan heteroseksual./15/

Di tahun 1993, suatu kajian yang tidak terlalu besar (terdiri atas 38 pasangan gay bersaudara) yang dilakukan Dean Hamer menemukan adanya suatu hubungan OS dengan suatu bagian kromosom X yang dinamakan Xq28, yang dapat membentuk kecondongan OS seseorang ke homoseksualitas. Tetapi sejak itu, pencarian “gen gay” masih terus berlangsung. Suatu kajian yang jauh lebih besar (mencakup 409 pasangan gay bersaudara) yang dilakukan tahun 2004 oleh psikolog J. Michael Bailey dan psikiatris Alan R. Sanders tiba pada kesimpulan yang sama: ada hubungan antara Xq28 dan suatu bagian dari kromosom 8. Di lain pihak, teknik menemukan “hubungan genetik” antara gen dan homoseksualitas kini mulai beralih ke pendekatan yang lebih luas, yang dinamakan “Asosiasi Luas Genom”, atau “Genome-Wide Association” (atau GWA) untuk menemukan “gen spesifik” yang berhubungan dengan homoseksualitas dalam suatu populasi./16/


Kondisi lingkungan dalam rahim juga dipikirkan berperan penting dalam membentuk OS, sebab sebagian faktor yang menentukan perkembangan suatu janin adalah peringkat dan campuran hormon-hormon yang melingkungi setiap janin selama masa kehamilan. Di tahun 2006, psikolog Anthony Bogaert dari Universitas Brock di Kanada menyelidiki fenomena yang tidak pernah dapat dijelaskan, yakni fenomena urutan kelahiran yang kelihatannya ikut membentuk seksualitas: pria gay cenderung memiliki lebih banyak kakak lelaki ketimbang pria heteroseksual. Dengan menggunakan sejumlah 944 pria homoseksual dan heteroseksual sebagai sampel, Bogaert menemukan fakta-fakta ini: seorang anak sulung pria memiliki 3% peluang untuk menjadi gay, dan persentase ini naik 1% untuk setiap anak lelaki berikutnya sampai menjadi dua kali lipat (yakni 6%) pada anak lelaki keempat. 

Mungkin sekali keadaan yang dibentuk oleh urutan kelahiran ini melibatkan juga sistem kekebalan tubuh sang ibu. Setiap bayi, lelaki atau perempuan, mula-mula diperlakukan sebagai sosok penyerbu yang masuk ke dalam tubuh sang ibu. Beranekaragam mekanisme bekerja otomatis untuk mencegah sistem tubuhnya menolak si janin dalam kandungannya. Bayi-bayi lelaki, dengan protein-protein lelaki mereka, dipersepsi sedikit lebih asing ketimbang bayi-bayi perempuan; akibatnya, tubuh sang ibu memproduksi lebih banyak antibodi khusus gender untuk melawan bayi-bayi lelaki itu. Setelah melewati banyak kali kelahiran bayi-bayi lelaki, rahim sang ibu menjadi lebih “terfeminisasi”, dan kondisi ini dapat membentuk seksualitas./17/

Selain itu, panjang jari juga menunjukkan seksualitas manusia dibentuk oleh biologi. Telunjuk para pria heteroseksual kentara lebih pendek dibandingkan jari tengah mereka. Jari telunjuk dan jari tengah perempuan heteroseksual nyaris sama panjang. Jari seorang lesbian seringkali sama panjang dengan jari lelaki heteroseksual. Keadaan-keadaan ini telah lama secara informal diamati, tetapi suatu kajian yang dilakukan tahun 2000 di Universitas of California, Berkeley, tampak membenarkan pengamatan ini.  


Kalangan lesbian juga tampak memiliki perbedaan-perbedaan pada bagian dalam telinga mereka, di tempat-tempat yang sebenarnya tidak dimungkinkan. Dalam diri semua orang, suara bukan hanya masuk tetapi juga meninggalkan telinga dalam bentuk yang dikenal sebagai emisi otoakustik, yakni getaran-getaran yang muncul dari interaksi kokhlea dan tambur telinga, dan getaran-getaran ini dapat dideteksi oleh instrumen-instrumen. Perempuan heteroseksual cenderung memiliki frekuensi emisi otoakustik yang lebih tinggi dibandingkan lelaki heteroseksual, tetapi para lesbian tidak. 

Kajian-kajian lain telah mengeksplorasi adanya suatu hubungan antara homoseksualitas dan kebiasaan bertangan kidal. Pria gay lebih mungkin kidal atau memakai kedua belah tangannya. Diusulkan ada tiga faktor yang mungkin menghubungkan orentasi seksual dengan kidal atau bukan-kidal, yakni: lateralitas serebral dan hormon-hormon seks yang mempengaruhi janin-janin; reaksi-reaksi imunologis sang ibu terhadap janin-janin; ketidakstabilan perkembangan janin-janin. Penelitian kebiasaan bertangan kidal atau tidak, dan hubungan kondisi ini dengan homoseksualitas, telah dilakukan oleh suatu tim yang menggunakan metaanalisis terhadap 20 studi yang membandingkan peringkat kidal pada 6.987 homoseksual (6.182 gay, dan 805 lesbi) dan 16.423 heteroseksual (14.808 pria dan 1.615 wanita)./18/

Tentang kebiasaan kidal pada kalangan homoseksual, LeVay menyatakan bahwa kecenderungan lesbian dan gay untuk kurang konsisten memakai tangan kanan dibandingkan heteroseksual menyarankan bahwa fungsi serebral otak mereka dapat kurang kuat terlaterisasi. Faktanya, ada sejumah bukti langsung untuk mendukung ide bahwa fungsi-fungsi serebral kalangan gay lebih simetrik terdistribusi ke kawasan kanan dan kawasan kiri otak dibandingkan keadaannya pada kalangan heteroseksual. McCormick dkk telah menyarankan bahwa kidal terjadi karena peringkat hormon seks androgen yang luar biasa tinggi dalam janin-janin perempuan, tetapi luar biasa rendah dalam janin-janin lelaki./19/     

Selain itu, ditemukan bahwa rambut pada bagian mahkota kepala pria gay cenderung tumbuh berlawanan arah dengan gerak jarum jam. Tetapi belum ada kesepakatan bulat mengenai hubungan gelungan rambut alamiah pada seksualitas./20/

Jelas, genetika atau biologi adalah faktor kuat dalam memunculkan OS manusia, termasuk manusia homoseksual. Ini fakta yang tidak boleh disangkal atas nama doktrin agama atau ideologi apapun. Jika OS itu genetik atau biologis, itu artinya jika seseorang menjadi homoseksual, kondisi OS-nya ini berada di luar kekuasaannya untuk menolaknya, sama seperti seseorang tidak bisa menolak apakah akan dilahirkan sebagai lelaki ataukah sebagai perempuan. Dalam bahasa keagamaantentunya para agamawan yang kebanyakan membenci LGBT bisa memahamikita katakan bahwa seseorang menjadi homoseksual adalah karena
takdir ilahi, yang dia tidak bisa tolak atau lawan sejak sebagai janin. Jadi, membenci LGBT pasti tidak dikehendaki Tuhan Allah, sang Pencipta mahabesar, al-Rahman dan al-Rahim. Kebencian apapun tidak sejalan dengan kerahiman dan kerahmanian Allah.

Tetapi, tentu saja, genetika atau biologi bukan segala-galanya yang membentuk jatidiri seksual anda. Semua aspek kehidupan kita tidak hanya genetis atau biologis (nature), tetapi juga dibentuk oleh pendidikan dan pengasuhan (nurture), lingkungan sosial kita hidup sehari-hari (social life environment), kebudayaan kita, kondisi ekologis, gaya hidup, dan tentu saja teknologi. Kemauan gen tidak otomatis akan menjadi terwujud. Semua faktor ini berinteraksi, ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang sedang-sedang saja, dan ada yang lemah. LeVay sangat kuat menekankan interaksi berbagai faktor ini. Kelly Servick dengan tepat menyatakan bahwa “Setiap kecondongan pembawaan genetik mungkin sekali berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan kehidupan yang mempengaruhi perkembangan suatu orientasi seksual.”/21/ Tidak ada lingkungan kehidupan yang statis, tanpa gerak dan perubahan lagi.

Karena itu, saya memandang, seksualitas manusia juga dinamis, bukan sesuatu yang sudah jadi dan final begitu dilahirkan hingga ajal, sama halnya dengan segi-segi lain dari diri kita, misalnya kecerdasan dan kearifan, kematangan emosional, serta bentuk tubuh dan perawakan. Oleh teknologi, tubuh dan perawakan serta penampilan kita (mau sexy, jantan, atau biasa-biasa saja) dapat dibentuk. Begitu juga gen-gen kita sekarang sudah dapat direkayasa, di-edit, dimodifikasi, lewat teknik mutakhir yang dinamakan “DNA-editing” (CRISPR-Cas9), untuk menghasilkan spesies homo sapiens yang berpenampilan lain, makin cerdas dan makin kuat, bahkan sejak masih sebagai janin-janin. Dalam dunia dan jagat raya ini, segalanya mengalir, impermanen, berubah. Tanpa perubahan, sesuatu akan mati. Definisi-definisi lama kita tentang seksualitas manusia juga berubah. Perubahan dalam zaman modern kini ibarat sebuah kereta listrik magnetik supercepat yang sedang melesat ke depan. Jika anda mau menghambat atau menghentikan perubahan, anda akan digilas habis dan lumat oleh kereta perubahan ini. Menghadapi berbagai perubahan apapun yang ditimbulkan oleh sains modern, anda harus pertama membuka diri, kemudian memahami betul-betul perubahan-perubahan yang sedang terjadi, lalu memberi tanggapan teduh, positif, pro-aktif, cerdas, terpelajar, dan kritis.
 

Saya kutipkan kesimpulan Simon LeVay tentang orientasi seksual. Tulisnya, “Orientasi seksual adalah suatu aspek yang cukup stabil dari kodrat manusia, dan bahwa kalangan heteroseksual, gay dan biseksual telah ada di semua kebudayaan. Hal ini menyarankan bahwa faktor-faktor biologis yang umum terdapat di seluruh umat manusia dapat bertanggungjawab bagi kemunculan individu-individu yang memiliki OS berbeda-beda. Namun kita perlu juga berpikir berbeda tentang OS dalam diri pria dan wanita, dan bahwa faktor-faktor kultural juga berpengaruh besar pada bagaimana homoseksualitas diekspresikan dalam masyarakat-masyarakat yang berlainan dan di sepanjang sejarah manusia. Dengan kata lain, penjelasan-penjelasan berbasis ide-ide biologis tentang OS manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan juga, tidak seperti yang kita harapkan.”/22/

Saya juga mau ingatkan bahwa dalam bab terakhir bukunya, Gay, Straight, and the Reason Why: The Science of Sexual Orientation, LeVay mengusulkan segi-segi lain dari seksualitas manusia, khususnya OS homoseksual, yang perlu diteliti dalam kajian-kajian mendatang. Ini adalah sebuah sikap ilmiah tulen, sikap yang tidak melihat temuan-temuan ilmiah sendiri apapun sudah final, yang tidak menyisakan segi-segi lain yang harus diteliti lebih lanjut. Tidak ada sains yang sudah final. Sains selalu membutuhkan penyelidikan lebih lanjut, yang bisa menfalsifikasi temuan-temuan sebelumnya atau malah memperkuat. Sejauh ini, LeVay menemukan semua temuan kajian OS homoseksual sebelumnya valid, terverifikasi. Meskipun demikian, sebagai sains, kajian-kajian tentang homoseksualitas tidak akan berhenti, kapanpun juga.
Salah satu bidang yang kini paling menantang dalam kajian terhadap seksualitas manusia adalah menemukan gen-gen homoseksual, seperti yang diharapkan LeVay. Penemuan bagian Xq28 dari kromosom X pasti akan disusul dengan temuan-temuan lain yang lebih revolusioner, antara lain lewat teknik GWA yang sudah disinggung di atas.

Sikap dan posisi para saintis sangat berbeda dari sikap para agamawan dan hakikat agama. Agama dan para agamawan memandang semua pengetahuan kuno manusia di era pra-modern dan pra-ilmiah tentang seksualitas, yang masuk ke dalam kitab-kitab suci zaman dulu, sudah final dan benar mutlak. Ketika mereka diminta untuk memberi bukti-bukti atas klaim mutlak-mutlakan mereka ini, mereka selalu mengelak dengan menjawab, “Wah, itu semua wahyu Allah yang pasti tidak bisa salah.” Betulkah? Ya, betul, sejauh hanya sebagai asumsi-asumsi belaka tanpa pembuktian empiris klinis apapun. Jika sikap yang semacam ini dipertahankan, maka jelaslah mereka tidak akan pernah bisa membicarakan orientasi seksual manusia dalam ranah ilmu pengetahuan, kapan pun juga.


Begitu juga, jika seseorang yang sudah menjalani studi panjang dalam dunia sains, lalu telah lulus menjadi seorang doktor, tetapi, setelah itu, semua pikirannya masih dikendalikan mutlak oleh agamanya, maka dia akhirnya akan berubah juga menjadi seorang pseudo-saintis, alias saintis gadungan. Dan sebagai pseudo-saintis, dia akan mempelintir sains apapun untuk dicocok-cocokkan dengan kemauan agamanya. Untuk orang yang semacam ini, temuan-temuan sains modern tentang homoseksualitas pun akan dengan segala cara berusaha dia telikung di sana-sini, dan akhirnya dia akan abaikan sama sekali, atau dia kabarkan ke mana-mana bahwa pandangan-pandangan saintifik tentang orientasi seksual semuanya salah.
 

Jakarta, 17-7-2015
Update mutakhir 19-7-2015


Salam,

ioanes rakhmat

P.S. Silakan share seluas-luasnya tanpa perlu minta izin lebih dulu. Ilmu pengetahuan itu milik dunia. Jika ada teman-teman yang kebetulan menjumpai kajian-kajian mutakhir lainnya tentang OS, saya meminta link-linknya diberikan ke saya untuk saya tambahkan pada daftar di atas. Thanks.



Rujukan-rujukan

/1/ Simon LeVay, “A Difference in Hypothalamic Structure between Homosexual and Heterosexual Men”, Science, Vol. 253, No. 5023, 30 August 1991, hlm. 1034-1037, pada http://www.sciencemag.org/content/253/5023/1034.abstract.


/2/ Sumber https://mitpress.mit.edu/books/sexual-brain.

/3/ Simon LeVay, The Sexual Brain (Cambridge/London, MA/UK: MIT Press1993,1994), hlm. xi-xii. 

/4/ Simon LeVay, The Sexual Brain, hlm. xiii-xiv.

/5/ Simon LeVay, The Sexual Brain, hlm. 120-121.

/6/ Simon LeVay, The Sexual Brain, hlm. 122. 

/7/ Simon LeVay, The Sexual Brain, hlm. xiv.

/8/ Simon LeVay, The Sexual Brain, hlm.129.  

/9/ Simon LeVay, The Sexual Brain, hlm. xiv-xv.

/10/ Simon LeVay, The Sexual Brain, hlm. 108-109. 

/11/ Simon LeVay, The Sexual Brain, hlm. 137.

/12/ Simon LeVay, The Sexual Brain, hlm. 129.

/13/ Untuk makalah ilmiah penemuan ini, lihat M. Azim Surani, Naoko Irie, Leehee Weinberger, et al., “SOX17 Is a Critical Specifier of Human Primordial Germ Cell Fate, Cell, Vol. 160, Issues 1-2, 15 January 2015, hlm. 253-268, pada http://www.cell.com/cell/abstract/S0092-8674%2814%2901583-9; lihat reportase populer BBC Crew, “Two-dad babies could soon be a reality: Scientists have made human egg and sperm cells using skin from adults of the same sex”, Science Alert, 25 February 2015, pada http://www.sciencealert.com/two-dad-babies-could-soon-be-a-reality.

/14/ Simon LeVay, Gay, Straight, and the Reason Why: The Science of Sexual Orientation (New York, N.Y.: Oxford University Press, 2011).

/15/ Laura S. Allen dan Roger A. Gorski, “Sexual Orientation and the Size of the Anterior Commissure in the Human Brain”, The Proceedings of the National Academy of Science, USA, Vol. 89, August 1992, hlm. 7199-7202, pada https://timedotcom.files.wordpress.com/2015/03/7199.full.pdf

/16/ Lihat kolom Kelly Servick, “Study of gay brothers may confirm X chromosome link to homosexuality”, Science, 17 November 2014, pada http://news.sciencemag.org/biology/2014/11/study-gay-brothers-may-confirm-x-chromosome-link-homosexuality. Untuk makalah ilmiah kajian ini, lihat J.M. Bailey, Alan R. Sanders, E.R. Martin, et al., “Genome-Wide Scan Demonstrates Significant Linkage for Male Sexual Orientation”, Psychological Medicine, Vol. 45, Issue 07, May 2015, hlm. 1379-1388, pada http://journals.cambridge.org/action/displayAbstract?fromPage=online&aid=9625997&fileId=S0033291714002451

/17/ Lihat bab 10 buku LeVay, Gay, Straight, and the Reason Why: The Science of Sexual Orientation (New York, N.Y.: Oxford University Press, 2011).

/18/ Lihat Lalumière ML, Blanchard R, Zucker KJ, “Sexual orientation and handedness in men and women: A meta-analysis”, NCBI. Psychological Bulletin, July 2000, No. 126 (4), hlm. 575-592, pada http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10900997.

/19/
Simon LeVay, The Sexual Brain, hlm. 118.

/20/ Lihat Rahman Q, Clarke K, Morera T, “Hair whorl direction and sexual orientation in human males”, NCBI. Behavioral Neuroscience, April 2009, No. 123 (2), hlm. 252-258, pada http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19331448.

/21/  Kelly Servick, “Study of gay brothers may confirm X chromosome link to homosexuality”, Science, 17 November 2014, pada http://news.sciencemag.org/biology/2014/11/study-gay-brothers-may-confirm-x-chromosome-link-homosexuality.


/22/ Simon LeVay, Gay, Straight, and the Reason Why: The Science of Sexual Orientation, hlm. xii.


Sunday, July 12, 2015

My Poem: Sex Is Godly!


The Chinese Goddess Guanyin Pusa

My mystical poem


When you meet a lady
Don’t kiss her mouth, but her eyes
Because there is love on her eyes
Specifically designed for you only!


When you meet a beautiful lady
Don’t look at her big breast, but her forehead
Because what makes her alive and lovely
Is the brain hidden within her head


But, remember this: There are so many ladies
Who have very, very big synthetic boobs
Unfortunately they have very lazy brains
Therefore, very small are their brains 

When you are captured by the physical charm of a lady
Think first not about her outward physical attraction
But about what exists inside her abdomen actually
Then you won’t abuse her sexually by your action


When you are not conquered and intoxicated easily
By the outward physical beauty of a lady
You can enjoy all of the charms she has for you freely
And then you will appreciate nature thankfully


The beauty of the body and face of a lady
Is not to be covered wholly by many pieces of clothing
But to be enjoyed cheerfully and thankfully
As the priceless gift of nature worth enjoying


Enjoy thankfully and happily
The beauty of a lady’s face and body
As you can enjoy a beautiful painting perceptively
Of the most famous painter of the world today


A gorgeous painting and a stunning lady
Actually are not mutually exclusive
Both are the reflections of the grandeur and beauty
Of the ever expanding and infinite universe


All the mystics of the world past and present
Impressively imagine their God’s beauty
As the beauty of a lady’s body, face, mouth and heart
Which are to be enjoyed for all eternity


Even the intense sexual intercourse at night
Between a man and a lady in the chamber of the silent
Is wonderfully imagined by the mystics
As a deeply erotic unity between a believer and his Goddess


Various sexual symbolism and images 
Are necessary in expressing the intense relationship
Between God and humans as faithful lovers
Kiss your God very deep, deep, deep


God is therefore sexual essentially
And sex is therefore essentially godly
Know it: without sex, exists no force of life
Know it too: without sex, exist no Adam and Eve


You, men, therefore, should not blame sex
Only to defend your anti-sexual patriarchal religion
How can any religions survive and be alive without sex?
How can any worshipers exist if there is no sexual union?


You, men, therefore, should not use your anti-female religion
To silence the voice of enlightened, courageous and free women
Remember: when they are silenced violently by your action
The Goddesses will immediately wage war on you from Heaven!


Know it: without sex
There is no God of whatsoever form and essence
The powerful force of life is sex
It permeates and makes alive the entire universe


Sex is neither evil nor disastrous
But there are many evil religious men around the world
Who think the beauty of a lady’s body is dangerous
They then decide to regulate the women’s body and world


Instead of building on this planet a peaceful life
Via their so-called great and peaceful religion
Their women everywhere in the world are made live in scare
Losing their own lives, but not their own self-determination


Who will love the mothers, the girls and the women?
Who will defend and guard all of them?
All the powers of Heaven are united for them
The patriarchal religions are awaiting their time to die soon!


Hi girls, women and mothers around the world
Call the Heavens! Call the Heavens!
Call all the Goddesses!
Make yourselves energized!


Call the Goddess Zizilia!
Call the Goddess Abeona!
Call the Goddess Akna!
Call the Goddess Decima!
Call the Goddess Adeona!


Call, call, call the Heavens!
Call all of the Goddesses
The Protectors of women and girls!
The Liberators of all mothers!


Call the Goddess Eleos!
Call her, Goddess Fides!
Call the Goddess Artemis!
Call the Goddess Isis!


Call the Goddess Shashti!
Call the Goddess Shridevi!
Call the Goddess Nandi!
Call the Goddess Hettsui No Kami!
Call the Goddess Giriputri!


Call the Goddesses Al-Uzza, Al-Lat and Mena!
Call the Goddess Guanyin Pusa!
Call the Goddess Mariana!
Call the Goddess Kilya!


Call the Goddess Suijin!
Call the Goddess Jibo Kannon!
Call the Goddess Benzaiten!
Call, call, call them in Heaven!


Call the Goddess Sankari!
Call the Goddess Toci!
Call the Goddess Nirmali!
Call her, Goddess Nandi!


Call the Goddess Enekpe!
Call the Goddess Ursule!


Together with all of them, smile!
In their power, revive! Revive! Revive!
In their love, survive! Survive! Survive!
In their names, recover your powerful life!



Jakarta, 12 July 2015
Ioanes Rakhmat


P.S. Share this poem as widely as possible. Thank you.