Thursday, January 22, 2015

IMAGINE (John Lennon and Yoko Ono, May 1971)


John Lennon dan Yoko Ono
   
Acapkali saya mendengarkan kembali madah hebat ini, dan memandang wajah John Lennon pada monitor komputer, hati saya selalu dipenuhi keharuan yang dalam sekaligus rasa pedih yang menggigit. Entah kenapa. Mungkin karena saya melihat dan saya tahu, apa yang didambakan John Lennon dalam lagu ini memang masih jauh dari kenyataan dunia masa kini.

Saya ingat betul, Imagine John Lennon pertama kali saya kupas waktu saya duduk di semester tiga di STT Jakarta, Indonesia, akhir tahun delapanpuluhan, pada kesempatan latihan berkhotbah dari mimbar di hadapan banyak mahasiswa dan para dosen yang hadir di kapel sekolah ini. 

Pada waktu itu, saya memperdengarkan dulu lagu ini lewat sebuah tape recorder, lalu membentangkan visi-visi John Lennon dan memperlihatkannya sebagai visi-visi agung yang sejalan dengan visi-visi kekristenan yang setidaknya saya hayati. Selesai acara ibadah di kapel ini, Pak Dr. Fridolin Ukur (alm.), dosen sejarah gereja, mendatangi saya dan berkata, “Humanisme adalah filosofi madah Imagine!” Sampai sekarang, ucapan beliau ini tetap lengket di benak saya. Kadangkala, saya merindukan beliau lagi, juga kini. Di manakah engkau kini, Pak?

Oleh Rolling Stone, madah Imagine disebut sebagai “hadiah terbesar untuk dunia.” Pada tahun 2006, ex-president USA, Jimmy Carter, menyatakan bahwa “di banyak negara di seluruh dunia... anda mendengar madah John Lennon Imagine digunakan setara dengan madah-madah kebangsaan. Jadi, John Lennon memang memberi dampak besar pada negara-negara yang sedang berkembang di dunia ini.”/1/

Banyak orang beragama, saya tahu, tidak suka dan sinis terhadap Imagine John Lennon. Tidak sedikit dari mereka malah takut menyebut madah ini. Padahal, perdamaian dunia dan persaudaraan semesta (dll) yang menjadi visi John Lennon dalam lagu ini, bukankah mustinya juga menjadi visi umat-umat beragama? Jenis agama apakah dan siapa penciptanya jika kepada para penganutnya diajarkan dan diperintahkan untuk membunuh sesama manusia, terus mengobarkan perang, dan mendorong permusuhan dan sengketa berdarah antarmanusia tak habis-habisnya?

John Lennon membayangkan suatu dunia di mana agama-agama tidak lagi memisah-misah dan memecahbelah umat manusia. Inilah yang dia maksudkan ketika dia menyatakan “And no religion too”. Dalam kekristenan visi ini disebut sebagai visi ekumenis: bukan agama-agama, tetapi fakta bahwa kita mendiami satu Bumi yang sama, itulah yang harus mempersatukan kita! Tapi herannya orang Kristen umumnya juga sinis pada Imagine John Lennon. 

Saya suka membayangkan, seandainya Yesus masih ada sekarang ini, dia pasti akan menjadi seorang sahabat kental John Lennon. Saya tidak bisa membayangkan agama apapun yang diklaim sebagai agama cinta akan menolak humanisme John Lennon, dan juga pacifisme (ajakan dan ajaran untuk menegakkan perdamaian) yang diyakininya.

John Lennon bukanlah seniman pertama yang menghendaki sorga dan neraka tidak ada, “No Heaven” dan “No Hell”. Menurut sebuah kisah, seorang sufi perempuan pertama, Rabiah Al-Adawiyah (717-801 M), suka berlari-lari di jalan-jalan kota Basrah sambil di satu tangannya menjinjing seember air dan di satu tangannya yang lain menggenggam sebuah obor bernyala. 

Ketika ditanya apa yang sedang dilakukannya, Rabiah menjawab, “Aku mau menyiram api neraka sampai padam, dan membakar sorga (sampai jadi debu), karena baik api neraka maupun pahala sorga menghalangi jalan orang ke Tuhan. Aku tidak ingin beribadah karena takut ancaman api neraka atau karena teriming-imingi hadiah sorga. Bagiku, orang beribadah kepada Tuhan haruslah hanya karena cinta pada Tuhan.”/2/ 

Ya, jauh sebelum John Lennon, sufi terkenal Rabiah sudah memperkenalkan sebuah konsep ibadah tanpa ancaman neraka dan tanpa pahala sorga. Sebuah agama tanpa neraka dan tanpa sorga, sebuah agama cinta. Kita tahu, konsep tentang sorga dan tentang neraka berandil besar dalam menciptakan ketegangan-ketegangan antaragama, karena masing-masing agama menawarkan hadiah sorga masing-masing dan mengancamkan api neraka masing-masing demi mendapatkan para pengikut baru di tengah lahan persaingan yang makin sempit. John Lennon dengan tepat telah melihat kondisi ini, dan menolaknya.

Diedit 02 Mei 2022

Youtube http://youtu.be/DVg2EJvvlF8
by John Lennon


Youtube http://youtu.be/GPeB6kGxWY0  
by Connie Talbot (then a little girl)
* Touching. Recommended!


Youtube http://youtu.be/4sXPkLfCzUQ 
by Connie Talbot with Kipper Eldridge

Youtube
by Shakira, Live at the UN's General Assembly 2015

Lirik Inggris: 

Imagine there’s no heaven
It’s easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today

Imagine there’s no countries
It isn’t hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace... uhuu


You may say I’m a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will be as one


Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world... uhuu


You may say I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will live as one
 


Catatan-catatan

/1/ Lihat Debbie Elliott, “Carter Helps Monitor Nicaragua Presidential Election”, NPR 5 November 2006, pada http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=6439233

/2/ Dikisahkan oleh Farid ad-Din Attar (c. 1230), Memorial of the Friends of God: Lives and Sayings of Sufis (penerjemah Paul Losensky, ed., pengantar Th. Emil Homerin) (Paulist Press, 2009). Lihat juga Widad El Sakkakini, First Among Sufis: The Life and Thought of Rabia al-Adawiyya (penerjemah Nabil F. Safwat; pengantar Doris Lessing; editor Daphne Vanrenen (London: Octagon Press, 1982; reprint 1985), hlm. 3. 



Monday, January 19, 2015

Patung Siwa Nataraja di halaman gedung CERN




N.B. diedit 29 Desember 2021


CERN (Prancis: “Conseil Européen pour la Recherche Nucléaire”) adalah organisasi pusat riset nuklir di Eropa, yang didirikan 29 September 1954, dan kini beralamat di Route de Meyrin 385, 1217 Meyrin, Switzerland. 

Para ilmuwan CERN menjalankan mesin sains terbesar dan terkuat di dunia Large Hadron Collider antara lain untuk mencari dan menemukan partikel-partikel subatomik yang belum terobservasi atau yang baru. Jangan salah, LHC bukan mesin besar untuk memproduksi energi nuklir.




Lihat info pada gambar di atas. Tahun 1984, pembangunan LHC mulai dibayangkan, dikonsep dan dirancang. Sekian tahun kemudian, 1993, LHC mulai real dikonstruksi, dibangun di bawah tanah, berbentuk bangunan lingkaran cincin besar pipa yang sangat panjang, di kawasan Swiss dan Prancis. 

Pembangunan LHC melibatkan 10.000 ilmuwan, ratusan universitas dan laboratorium, dan lebih dari 100 negara.

Pada 10 September 2008, mesin besar LHC pertama kali dijalankan. Selanjutnya, mengalami sekian peningkatan kemampuan.

Pernah dikhawatirkan kalau LHC akan menciptakan sebuah black hole yang akan dapat melahap planet Bumi. Tapi kekhawatiran ini sudah diredakan dengan penegasan bahwa kalaupun tercipta sebuah lubang hitam lewat LHC, lubang hitam yang akan tercipta sangat kecil dan tidak akan membahayakan Bumi sama sekali.











Di atas ini, diberikan tiga ilustrasi bentuk mesin LHC yang berupa cincin atau lingkaran terowongan pipa, yang dibangun di kedalaman 175 m di bawah tanah, di kawasan perbatasan negeri Swiss dan negeri Prancis, dekat Jenewa. 

Panjang cincin terowongan LHC 27 km, yang berisi magnit-magnit superkondukting, dengan sejumlah struktur akselelator untuk terus-menerus memperkuat energi partikel-partikel yang melesat di sepanjang cincin ini. 

Memang luar biasa. Klik gambar-gambarnya untuk memperbesar.




Bagian dalam terowongan cincin LHC




Magnit-magnit superkondukting LHC. Sumber gambar: SciTechDaily.




Anda mau tahu sedikit lebih jauh tentang bagian dalam terowongan cincin LHC? Jika ya, ikutilah Virtual Tour LHC

Nah, di halaman depan gedung CERN pada 18 Juni 2004 dipasang patung indah dewa Hindu Siwa yang sedang berdansa, atau biasa dikenal dengan nama Siwa Nataraja, artinya Siwa sang Raja Pedansa. Patung ini disumbangkan ke CERN oleh pemerintah India.

Dalam mitologi kuno India, Siwa Nataraja, atau sang dewa Siwa Pedansa, menyimbolkan dansa atau gerak-gerik alam semesta saat terjadi penciptaan dan kebinasaan kembali, yang dilanjutkan dengan penciptaan kembali, membentuk siklus abadi keberadaan dan ketiadaan jagat semesta.

Dengan dipasangnya Siwa Nataraja di CERN, patung ini menjadi sebuah representasi simbolik dansa atau tari-tarian partikel-partikel subatomik yang diamati dan dianalisis oleh para fisikawan CERN.

Paralelisme antara dansa Siwa dan dansa partikel-partikel subatomik didiskusikan pertama kali oleh Fritjof Capra dalam sebuah artikel yang berjudul “The Dance of Shiva: The Hindu View of Matter in the Light of Modern Physics”, yang terbit di Main Currents in Modern Thought edisi tahun 1972. 

Dansa Siwa kemudian menjadi sebuah metafora esensial dalam buku Capra yang berjudul The Tao of Physics, yang terbit tahun 1975. Lewat metafora Siwa Pedansa ini, Capra menggabung mitologi kuno India, seni patung keagamaan, dan fisika modern.




Siwa Nataraja 


Tentu saja siapapun bisa melihat ada usaha Capra untuk mencocok-cocokkan (cocokologi) mitologi kuno India Siwa Pedansa dan fisika partikel modern. 

Sudah jelas juga, mitologi Siwa Nataraja tidak memberi sumbangan keilmuan baru apapun dalam fisika partikel. Sudah jelas juga bahwa tanpa lahirnya fisika partikel dalam dunia modern, Siwa sang Raja Pedansa tidak akan pernah terpikirkan untuk dipakai sebagai sebuah metafora tari-tarian partikel-partikel. 

Dengan kata lain, yang terjadi adalah fisika partikel oleh Capra dibawa masuk ke dalam mitologi kuno India, dan bukan mitologi kuno ini yang melahirkan atau meramalkan fisika partikel. Tentu, hal ini disadari betul oleh Capra seperti tercermin dari frasa “in the light of modern physics” pada judul artikel tahun 1972 yang ditulisnya.

Tentang masalah-masalah serius yang muncul dalam cocokologi, saya sudah pernah membeberkannya. Cocokologi adalah suatu kegiatan superfisial, tidak substantif, dan akan terus melelahkan para pelakunya./1/

Bagaimanapun juga, patung Siwa Nataraja atau Siwa Raja Pedansa sudah ditafsir sebagai sebuah metafora dansa atau gerak-gerik partikel-partikel subatomik, yang dulu tentu saja belum teramati oleh para pujangga, para pemahat patung, dan ahli keagamaan India kuno. 

Tentu saja Capra kreatif ketika dia berimajinasi bahwa dansa sang Siwa paralel dengan tari-tarian partikel-partikel dalam dunia mekanika quantum. Kreativitasnya ini minimal telah membuat Siwa Nataraja dikenal para fisikawan dunia, meskipun tentu saja sang patung ini tidak memberi sumbangan ilmiah apapun bagi fisika modern. Selain itu, tentu saja Capra telah menambah satu lagi metafora ke dalam dunia ilmu pengetahuan.

Jangan sepelekan patung-patung, atau kesenian membangun patung-patung, sebab benda-benda mati ini, dan juga semua hasil kesenian lainnya, sanggup menghidupkan imajinasi yang dalam dan luas dalam otak manusia. Imajinasi tak bisa dilepaskan dari sains, bahkan kerap mendahului formulasi posisi keilmuan baru. Tentu saja, imajinasi yang dimaksud adalah imajinasi yang berdisiplin, tak sembarangan.

Pada pihak lain, ikonoklasme atau mentalitas antipatung atau anti kesenian memahat, tidak membantu bagian artistik dan estetik otak berkembang, malah membuat mesin otak berjalan seret, cepat panas. Kreativitas manusia berkembang bukan saja lewat matematika, tapi juga lewat berbagai aktivitas kesenian. 

Bahwa ikonoklasme pernah berlangsung keras dalam Kekristenan di era kekaisaran Byzantium dan di era Reformasi Protestan di Eropa, saya sudah menuliskannya./2/

Well, Friedrich Nietzsche berkata, “Tanpa musik, kehidupan menjadi suatu kesalahan, suatu kerjaberat, suatu pembuangan.”/3/

Pelukis dan pemahat patung terkenal Pablo Picasso menyatakan bahwa “seni mencuci bersih debu-debu kehidupan sehari-hari dari jiwa kita.”/4/ 

Tanpa kesenian, hidup kita menjadi seumpama sebuah taman bunga tetapi tak ada satu pun bunga yang tumbuh di situ, tak ada kupu-kupu yang berterbangan, tak ada suara merdu kicauan burung-burung, tak ada warna-warni.

Dus, bayangkanlah, dunia tanpa seni akan menjadi apa? Mungkin akan bisa menjadi sebuah padang gurun luas yang sangat gersang, atau daratan luas tanpa sungai dan mata air, atau jagat raya mahaluas yang kosong sia-sia. 

Tetapi saya sangat mengharapkan, seni muncul dari mana-mana, termasuk dari gurun-gurun yang gersang, bahkan dari lubang-lubang kepundan gunung-gunung tinggi berapi. Atau dari dalam jagat raya sendiri, yang sunyi sepi tetapi ramai dan meriah. Bahkan dari mulut dan tangan bayi-bayi.

Alam semesta sebetulnya adalah dentuman puisi bermusik yang dipancarkan lewat big bang, 13,8 milyar tahun lalu, yang selanjutnya dilantunkan lewat butir-butir atom yang bergetar dan menari-nari sebagai dawai-dawai. Juga lewat gerak-gerik mengembang makin cepat balon jagat raya.

Fisika, matematika dan kesenian tidak terpisahkan. Para ilmuwan adalah para penari, pemahat, penyair, penyanyi, meskipun tarian, pahatan, syair, puisi dan nyanyian mereka tidak biasa bagi banyak orang non-ilmuwan. 

Kesenian mereka berasal dari “kawasan yang lebih tinggi”, higher realms, mengeksplorasi jagat semesta, dari jagat mikro dunia partikel hingga ke jagat-jagat raya, setinggi-tingginya tanpa kubah, sedalam-dalamnya tanpa dasar, sejauh-jauhnya tanpa pantai. Lewat imajinasi dan ilmu pengetahuan, mereka menggubah puisi-puisi dan bentuk-bentuk kesenian lain.

Ya, sungguh betul, seperti bunyi sebuah teks dalam kitab suci Ibrani, keindahan jagat raya ini atau langit “menceritakan kemuliaan Tuhan”. Ya, Tuhan menyukai seni, dan menciptakannya.


Catatan-catatan

/1/ Ada tujuh masalah cocokologi yang saya telah uraikan dalam tulisan saya "Memperlakukan Agama-agama di Era Sains Modern"

/2/ Lihat uraian sejarahnya oleh Ioanes Rakhmat, "Ikonoklasme dalam Kekristenan masa lalu".

/3/ Friedrich Nietszsche, Twilight of the Idols, Or, How to Philosophize With the Hammer (first publication 1889; Indianapolis, Indiana: Hackett Publishing Company, 1997), hlm. vii (“Letter to Koselitz, 1/15/88”).  

/4/ Pablo Picasso dianggap sebagai pencipta ucapan tersebut pertama kali oleh kritikus sastra Aline Saarinen pada acara tinjauan program jejaring TV NBC, 21 Januari 1964, yang diberi nama The Art of Collecting.

Namun, ucapan terkenal tersebut sebenarnya berasal dari Berthold Auerbach dalam novel Jermannya yang berjudul Auf der Höhe: Roman in acht Buchern von Berthold Auerbach, Vol. 2, (Stuttgart, Germany: Cotta'schen Buchhandlung, 1864, 1866), hlm. 70. Tautannya ini https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=hvd.hwdrn7&view=1up&seq=6.

Dalam buku berbahasa Jerman itu, Auerbach menulis 
...die Musik wäscht ihnen den Alltagsstaub von der Seele...

Dalam bahasa Inggris, Fanny Elizabeth Bunnett menerjemahkannya 
Music washes away from the soul, the dust of everyday life (1867). Terjemahan 1883, Music washes away from the soul the dust of everyday life.
 (dalam The Speaker's Garland and Literary Bouquet).

Jadi, aslinya ucapan Auerbach tersebut berbunyi 
Musik mencuci bersih debu-debu kehidupan sehari-hari dari jiwa kita. Untuk memperluas, ya musik boleh diganti seni, no problem.

Lihat riset singkat literatur tentang sumber ucapan tersebut oleh Quote Investigator,
Music Washes Away from the Soul the dust of Everyday Life”, 17 February 2016, https://quoteinvestigator.com/2016/02/17/soul. 



Friday, January 16, 2015

Pembelaan cerdas terhadap Nabi Muhammad...


Make peace! Do not make war!

HARIS EL MAHDI, sosiolog dari Universitas Brawijaya, menulis dengan terang tentang keagungan Nabi Muhammad, di tengah kegarangan radikalisme Islam masa kini. Tulisannya ini (terbit, Selasa, 13 Januari 2015) sangat menyentuh hati saya. Meskipun saya sama sekali tidak kenal pribadi Mr. Haris, dan tulisannya (persisnya, link ke tulisan ini) juga kebetulan saja saya lihat tercantum dalam sebuah ruang komentar seseorang di Facebook saya, saya bersyukur bisa membaca tulisannya ini. Terus terang, saya tergugah.

Mr. Haris jelas salah seorang Muslim Indonesia yang cerdas dan mampu berpikir jernih dan memandang dunia dengan jeli dan objektif. Di tangannya dan di tangan kawan-kawannya yang satu visi, Islam masih bisa punya harapan untuk bertahan sebagai agama yang agung di masa depan dunia. Kekerasan sistematik dalam agama apapun menyumbang negatif pada ketahanan agama ini di masa depan. Semakin maju sebuah peradaban, kekerasan makin berkurang― fakta ini, berkaitan dengan peradaban manusia, telah diperlihatkan dengan terang oleh Steven Pinker dalam bukunya The Better Angels of Our Nature: Why Violence Has Declined (2012). Dari sains evolusi, kita juga tahu, organisme apapun (bersama komunitasnya) yang tidak bisa adaptif terhadap ekologi mereka yang terus berubah, akan kalah, binasa dan lenyap; sedangkan organisme yang bisa adaptif atau yang paling mampu beradaptasi, akan bertahan langgeng atau bertahan jauh lebih lama, untuk siap masuk ke tahap-tahap evolusi selanjutnya. Hukum evolusi ini berlaku juga bagi agama apapun sebagai “social body”. Sejarah juga sudah dengan terang memperlihatkan bahwa tahan atau tidaknya suatu agama untuk tetap ada dalam dunia, tidak ditentukan oleh langit, tetapi oleh manajemen yang dilakukan umat terhadap agama mereka sendiri. Manajemen diri yang buruk membuat organisme dan lembaga atau pranata apapun akhirnya binasa dan punah. 

Dalam dua alinea terakhir tulisannya itu, Mr. Haris menyatakan sesuatu yang sangat mengusik hati dan pikiran, demikian (kedua alinea saya gabung):
Muhammad saja, nabi yang menjadi panutan umat Islam, tidak pernah marah meski ia dicaci, dilempari batu, diludahi, dan bahkan dilempari tahi. Andai saja Muhammad hari ini masih hidup niscaya tidak ada secuilpun kemarahan yang akan ia tumpahkan untuk Koran Charlie Hebdo. Terlalu mulia laki-laki arab ini melakukan hal itu. Lantas pertanyaannya, nabi mana yang diteladani oleh Kouachi bersaudara itu..? Kepada siapa dua orang itu mengucap sholawt saat duduk tahiyyat dalam sholat..?? Betapa dungunya Kouachi bersaudara itu, yang menjauh dari nilai-nilai etik yang diajarkan Muhammad. Bibir mereka memuja-muji Muhammad, tetapi perilaku mereka justru menjauh dari apa yang diteladankan oleh Muhammad. Sebab utama umat Islam hari ini terbelakang begitu rupa karena mereka tidak lagi meneladani akhlak Muhammad, menjadi muslim yang rajin membaca al-quran tetapi dungu, tidak mau meneladani Muhammad. Bahasa kasarnya “muslim goblok…!”
Tulisan Mr. Haris tersebut, yang berjudul Charlie Hebdo dan Kedunguan Muslim, SIPerubahan, 13 Januari 2015, terpasang di http://www.siperubahan.com/read/1891/Charlie-Hebdo-dan-Kedunguan-Muslim. Anda wajib membaca selengkapnya.

Artikel bernas Haris El Mahdi tersebut memiliki semangat yang serupa dengan artikel Ro Waseem, “Why Prophet Mohammad Would Be Deep Troubled By The Charlie Hebdo Attacks”, Patheos: A Reformation of Muslim Thought, 8 January 2015, pada http://www.patheos.com/blogs/quranalyzeit/2015/01/08/why-prophet-mohammad-would-be-deeply-troubled-by-the-charlie-hebdo-attacks/. Pada bagian akhir tulisannya, Waseem menyatakan bahwa seandainya Nabi Muhammad muncul kembali di antara kita sekarang ini, maka dia akan dipersekusi juga oleh para radikal Muslim! Terus terang, ada rasa sedih yang dalam muncul di hati saya saat membaca alinea terakhir tulisan Waseem ini.

Jika anda sudah habis membaca kedua artikel yang saya rujuk di atas, mungkin sekali anda akan berubah menjadi Muslim yang lain, yang berbeda dari sebelumnya. Beranilah berubah. Perubahan adalah tanda kita masih hidup.

Berubahlah, menjadi Muslim yang cinta damai dan anti-kekerasan. Berubahlah, supaya agama Islam kembali menemukan jatidirinya yang sejati, sebagai agama cinta, sebagai agama rakhmat bagi seluruh alam, sebagai agama yang menolak kekerasan dalam bentuk apapun, sebagai agama yang menyembah Tuhan yang Al-Rahman dan Al-Rahim.

Sebagai Muslim, anda carilah teks-teks inspiratif dari Alquran yang mendorong kuat diri anda untuk berperang di Indonesia, yakni berperang melawan kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, kejahatan, sakit-penyakit, keserakahan, kelaparan, korupsi yang menjalar seperti kanker, kerusakan lingkungan hidup, radikalisme keagamaan, lewat program-program pembangunan bangsa seutuhnya, jangka panjang dan jangka pendek. Jadikan agama anda sebagai agama pembangunan bangsa supaya kita semua, bersama-sama, menjadi bangsa yang besar dan disegani di dunia internasional karena prestasi-prestasi cemerlang kita di berbagai bidang kehidupan, khususnya bidang-bidang ekonomi, kebudayaan dan sains-tek.   

MAKE PEACE!
DON’T MAKE WAR!

Jakarta, 16 Januari 2015
ioanes rakhmat