Friday, December 5, 2014

Remukkan sangkarmu!



Burung-burung ingin terbang bebas dan liar
Tapi manusia jahat menangkapi mereka
Lalu mengurung mereka dalam sangkar
Akhirnya matilah mereka karena tekanan jiwa

Angkasa luas membuat jiwa lapang
Sangkar-sangkar sempit menekan sukma
Mereka ingin keluar dari sangkar pengekang
Tapi mereka tak punya daya dan tenaga

Makanan dan air disediakan si empunya
Tapi kebebasan mereka telah direnggut
Selera makan mereka tak punya
Selera minum pun telah dibawa air hanyut

Jiwa dan tubuh makin lemah tersayat
Mata terus terkatup makin sipit dan rapat
Berdiri dan berjalan pun tak lagi kuat
Akhirnya mati teronggok sebagai mayat

Tak ada madah perkabungan dilantunkan
Si empunya mengambil bangkai si burung malang
Dibuang begitu saja ke tong sampah di halaman
Hanya siul indah si burung masih mengiang

Oh, oh nasibmu sang burung yang malang!
Pedih, perih, memilukan hati dan sanubari
Dari zaman ke zaman terus berulang
Kapankah engkau jadi raja buat dirimu sendiri?

Wahai burung-burung, hiburlah dirimu sendiri!
Banyak manusia malang juga sedang terkurung
Oleh sangkar-sangkar yang mereka buat sendiri
Sampai ajal mereka terus terkurung

Uang mengikat kuat tubuh selamanya
Kekuasaan mengurung pikiran dan jiwa 
Ketamakan memborgol pikiran bulat-bulat
Keakuan membui kuat dan rapat

Tapi kawan, dengarlah ucapanku ini!
Sangkar terkuat adalah pikiranmu sendiri
Saat engkau menganggap pikiranmu sudah final
Tidak bisa lagi selamanya diubah dan disoal

Kau yang cerdas menjadi pandir dan dungu  
Saat engkau gigih dan ngotot mempercayai
Pikiranmu tak bisa salah dan tak bisa keliru
Seolah engkau adalah sang Tuhan sendiri

Padahal Tuhan itu sendiri sebuah teka-teki besar
Mengundang orang bersoal dan menduga-duga
Untuk memecahkan teka-teki itu tanpa gentar
Tawa, canda dan guyon meramaikan suasana

Temukan di mana dirimu tersangkar
Hancurkan, remukkan sangkar itu sekuat tenaga
Keluarlah dan terbanglah bebas ke angkasa luar
Sekarang! Karena hidupmu sebentar saja!

Jakarta, 5 Desember 2014
by Ioanes Rakhmat