Thursday, November 20, 2014

Puisiku: Namamu Siapa?


My mystical poem


Aku ini bak seorang bocah tanpa ayah dan ibu
Bagaimana aku bisa ada dalam dunia ini?
Siapakah ayah dan ibuku?
Apakah engkau orangtuaku sejati?

Jawablah aku!
Jawablah aku!
Jangan engkau terus kelu membisu
Sudah berlaksa tahun terus kumenunggu

Apapun rupa dan wujudmu
Tak bernama sekalipun engkau
Entah di manapun tempat tinggalmu
Aku selalu dirundung rindu kasih sayangmu


Bak seorang remaja yang sedang kasmaran
Kugubah puisi-puisi cinta bagi sang perawan
Dalam akalku engkau terus ada tak tertahan
Waktu merambat begitu pelan

Hari itu kaulambaikan tangan-tanganmu
Memanggilku untuk mendekatmu rapat-rapat
Engkau bentangkan ribuan lenganmu untukku
Kitapun saling memeluk rapat dan erat

Kasih sayangmu tak terbendung tak tertahan
Pintu-pintu waduknya telah terbuka lebar-lebar
Membanjirlah cintamu tak tertahan
Kuberenang di dalamnya mondar-mandir

Terlebur aku menyatu dalam cinta yang teduh
Aku adalah engkau dan engkau adalah aku
Satu tubuh, satu akal, satu ruh
Waktu dan ruang berangkulan menyatu

Realitas ruang mewahyukan diri
Jagat raya memperanakkan jagat raya lain
Atom menjadi dawai yang bervibrasi
Materi dan kesadaran berdansa senada violin

Sang Ada dan Sang Tak-Ada menjadi satu
Mendentum dengan kekuatan mahadahsyat
Jagat raya ada dari ketiadaan segala sesuatu
Mengembang dahsyat dan terus melesat cepat

Oh, engkau yang dahsyat, siapakah namamu?
Berilah aku namamu tentu jika kau suka
Bukankah kita dalam cinta sudah menyatu?
Bukankah kita kini berdansa senada biola?

Dengan senyap engkau menyahut pendek:
“Namaku Sang Quantum!”
Bergetar seluruh planet Bumi kaget tersentak
Nama itu menyimpan misteri sangat dalam

Akupun menemukan diriku lagi
Sebagai sang bocah tak berayah dan tak beribu
Tapi kini aku tak sendiri lagi tak sunyi lagi
Oleh Sang Quantum segalanya satu denganku

Aku adalah engkau
Engkau adalah aku
Aku adalah dia
Dia adalah aku juga

Aku adalah atom
Engkau adalah molekul
Aku adalah partikel
Engkau adalah atom

Partikel dan gelombang dua sifatmu
Yang satu materi, yang lain kesadaran
Keduanya satu dalam cinta yang teduh syahdu
Berdansa dan bergetar seirama akordion

Cerahkan aku, cerahkan aku, terus!
Perahuku tanpa lelah terus kukayuh
Menuju langit tinggi tanpa batas terus terus
Sampai jagat raya kembali luruh

Dalam singularitas semua kembali bertemu
Menghimpun lagi kekuatan dari segala wujud
Siap mendentum kembali tak pernah ragu
Sang Quantum wujud dari segala wujud

Berenang-renanglah di dalam dia!
Dalam kolam-kolam lubang-lubang hitam
Aku tersedot melawan tak bisa tak berdaya
Saat itulah aku terbebaskan di malam hitam kelam


Tidak lagi mencari, tidak lagi dicari
Tidak lagi menjawab, tidak lagi bertanya 
Tidak lagi bergerak, tidak lagi berhenti
Semuanya ada, dan semuanya tidak ada 

Jakarta, 20 September 2014
Ioanes Rakhmat