Sunday, May 25, 2014

Mitos tentang Joko Widodo (1)




Joko Widodo sama sekali bukan sosok yang lemah dan tidak tegas!

by ioanes rakhmat

Dalam mempertahankan pilihan pasangan capres dan cawapres 2014-2019, banyak orang pihak sana mendengungkan terus-menerus mitos bahwa Pak Jokowi tidak punya ketegasan seperti yang dimiliki Pak Prabowo. Kata mereka, Prabowo tegas dan kuat, sedangkan Jokowi plintat-plintut dan lemah. Benarkah?

Adalah betul bahwa Pak Jokowi tidak punya ketegasan mengomando a la militer. Tetapi beliau sudah membuktikan punya ketegasan manajerial sebagai seorang pejabat publik (Walikota Solo dan Gubernur DKI).

Dulu ketika banyak Muslim menentang Lurah Susan untuk kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, lantaran sang lurah bukan seorang Muslimah, Jokowi konsisten mempertahankan sang lurah kendatipun beliau mendapat banyak penentang. Ini sebuah ketegasan manajerial.


Dalam merapihkan berbagai fasilitas umum yang penting untuk kemaslahatan publik, baik di Solo maupun di Jakarta, Pak Jokowi dengan konsisten menjalankan tugasnya walaupun harus berhadapan dengan banyak kalangan vested interest, dan beliau sukses. Ini sebuah ketegasan manajerial.

Saat ARB mendatangi PDI-P, bersama Ibu Megawati dengan tegas Pak Jokowi menolak politik transaksional yang ditawarkan ARB; alhasil, Partai Golkar menjauh dari PDI-P. Ini sebuah ketegasan manajerial.

Saat ini yang sedang menjajah Indonesia bukan kekuatan militeristik asing, tetapi penjajahan ekonomi, dus kita tidak memerlukan ketegasan militeristik. Penjajahan ekonomi hanya bisa dilawan bukan oleh ketegasan militeristik, tetapi oleh ketegasan manajerial. Pak Jokowi punya ketegasan ini, dan nanti akan kita lihat ini dijalankannya.

Jadi, mitos bahwa Pak Jokowi tidak tegas harus dikubur sekarang dan selamanya. Karir publik Pak Jokowi yang terus meningkat menunjukkan Pak Jokowi bukan sosok main-main dalam menjalankan fungsi-fungsi manajerial jabatan-jabatannya.


Selain itu, ada banyak kalangan Muslim yang menyatakan agama Pak Jokowi tidak tegas, tidak jelas, bahkan beliau dituduh dengan sembarangan sebagai antek-Zionis. Primordialisme SARA dimain-mainkan oleh orang-orang yang berwatak lemah dan tidak punya integritas. Terhadap kalangan ini, Pak Jokowi sudah menjawab dengan lantang dalam acara jumpa pers 24 Mei 2014. Pada kesempatan itu, Pak Jokowi menyatakan diri bahwa dia seorang Muslim, lalu beliau membeberkan sifat-sifat agama Islamnya. Ini cuplikan sebagian dari pernyataan Pak Jokowi itu, 

“Saya Jokowi, bagian dari Islam yang rahmatan lil alamin. Saya bukan bagian dari Islam yang membawa ayat-ayat Tuhan untuk menipu rakyat. Saya bukan bagian dari yang mengaku Islam, tetapi suka menebar teror dan kebencian. Saya bukan bagian dari Islam yang menindas agama lain. Saya bukan bagian dari Islam yang arogan dan menghunus pedang di tangan dan di mulut.” 

Selengkapnya tentang agama Islam Pak Jokowi, baca di http://indonesiasatu.kompas.com/read/2014/05/24/1429414/saya.jokowi.bagian.dari.islam.yang.rahmatan.lil.alamin

Terlihat sudah bahwa sosok Pak Joko Widodo adalah sosok yang tegas, meskipun ketegasan yang menjadi bagian dari watak beliau bukan ketegasan a la militer. Dan jangan dilupakan bahwa beliau adalah seorang Muslim sejati, tidak banyak berkhotbah tentang agamanya tetapi ingin mengamalkan agamanya sepenuhnya di jalan cinta kasih, kejujuran dan keadilan. Pendek kata, agama Pak Jokowi adalah agama cinta, bukan agama kebencian.

Baca juga Mitos tentang Joko Widodo (2)