Saturday, May 31, 2014

Kenalilah dirimu!




Politik itu seni dan ilmu menata kota
Semata demi kebaikan rakyat berjuta-juta
Tercapai hanya jika diri sudah apik tertata
Budi yang luhur agung jadi mahkota

Pepatah kuno bijak diberi:
“Kenalilah dirimu sendiri”
Jika belum kenal diri sendiri
Jangan sekali-kali jadi politikus negeri

Friday, May 30, 2014

No neutrality in politics!



Vote! No neutrality!


When you see a kid being hit by a physically big boxer, you can’t stand passively, just seeing, pretending to be taking a neutral position. Insofar as you are a normal human being physically and mentally, you should take the side of the kid, you must help the kid by opposing and fighting against the boxer at the risk of your own life. If you just stand in neutrality, merely seeing the brutality, that means you take the side of the cruel boxer and support him to murder the kid. It essentially means that you are the same as the killer. 

Ponder on this saying of Martin Luther King, Jr. (1929-1968): “The ultimate tragedy is not the oppression and cruelty of the bad people, but the silence over that by the good people.”

That applies too in the political world. In politics you as a good person must take side, can’t be neutral. I take the side of honesty, truth, justice, integrity and dignity. My politics is politics of love. Love in the political world is a critical and smart love, not an uncontrollable animal lust. 

When you see and feel that the politics of hatred and dishonesty is powerfully being implemented in this country to such an extent that the defenders of the politics of love and honesty are being innocently victimised and forcefully being pushed to the margins, you can’t stand in a neutral position. You must side with and defend and support the defenders of the politics of love and honesty. 

Consider deeply what the German poet and dramatist Bertolt Brecht (1898-1956) has said that “the worst illiterate is the political illiterate. He hears nothing, sees nothing, speaks nothing, and takes no part in the political life. He doesn’t seem to know that the cost of living, the price of the bean, of the fish, of the flour, of the rent, of the shoes and of the medicine, all depend on political decisions. He is even proud of his political ignorance and swells his chest saying that he hates politics. The imbecile doesn’t know that, from his political non-participation is born the prostitute, the abandoned child, and the worst thieves of all: the bad and corrupt politicians, the lackeys of exploitative multinational corporations.” 

Let’s us therefore move forward together, take part in the political life of our nation, even though we should go up very hard. 


Politik itu memihak!

Saat anda melihat seorang petinju berbadan besar sedang memukuli seorang anak kecil, anda tidak bisa berdiri pasif menonton saja, dengan dalih anda ingin netral. Sejauh anda seorang yang sehat jasmaniah dan rohaniah, anda harus memihak ke si anak, harus menolongnya, dan melawan si petinju, dengan mempertaruhkan nyawa anda sendiri. Jika anda bersikap netral, dan hanya melihat saja kebrutalan ini, itu berarti anda memihak si petinju keji itu dan mendukungnya untuk membunuh si anak. Pada dasarnya hal ini berarti anda sama dengan si pembunuh.

Renungkan ucapan ini, “Tragedi terburuk bukanlah penindasan dan kekejian orang jahat, tetapi didiamkannya hal itu oleh orang baik” (Marthin Luther King, Jr. [1929-1968]).

Begitu juga dalam dunia politik. Dalam politik anda sebagai orang yang baik harus memihak, tidak bisa netral. Saya memihak kejujuran, kebenaran, keadilan, integritas dan martabat. Politik saya politik cinta kasih. Cinta dalam konteks dunia politik adalah cinta yang kritis dan cerdas, bukan syahwat hewani yang tak terkontrol.


Saat anda melihat dan merasakan begitu kuatnya politik kebencian dan kebohongan dijalankan di negeri ini sampai-sampai para pembela politik cinta kasih dan kejujuran terdesak dan menjadi korban-korban tak bersalah, anda tidak bisa berdiri netral. Anda harus memihak, membela dan mendukung para pembela politik cinta kasih dan kejujuran.
 


Renungkanlah dalam-dalam apa yang dikatakan pujangga dan dramawan Jerman yang terkenal Bertolt Brecht (1898-1956) bahwa “buta terburuk adalah buta politik. Orang yang semacam ini tidak mendengar apapun, tidak melihat apapun, tidak mengatakan apapun, dan tidak berpartisipasi dalam kehidupan politik. Tampaknya dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang-kacangan, harga ikan, harga terigu, besarnya biaya sewa, harga sepatu dan obat-obatan, semuanya bergantung pada keputusan-keputusan politik. Dia bahkan membanggakan kebodohan politisnya dan dengan membusungkan dada berkoar bahwa dia membenci politik. Si pandir ini tidak tahu bahwa dari keengganannya berpolitik lahir para pelacur, anak terlantar, dan para perampok yang terburuk: para politikus busuk dan korup, dan antek-antek perusahaan-perusahaan multinasional yang mengeruk habis kekayaan negara.”

Karena itu, mari kita maju bersama, ambil bagian dalam kehidupan politik bangsa kita,  kendatipun kita harus berat mendaki.




Wednesday, May 28, 2014

Politik dan Permen Karet



Politik tik tik tik
Permen karet ret ret ret
Di mana keduanya sama?
Di mana keduanya beda?

Ini bukan teka-teki silang
Tapi isu yang bikin kita bersengketa silang
Di hari siang bolong di langit kolong
Saat semua orang ramai riuh melolong

Samanya
Seperti permen karet
Kalau masih manis terus diemut dalam mulut
begitu sudah tawar dilontar keluar dari mulut

Tidak ada kawan dan musuh abadi dalam politik
Kadar kemanisannya menentukan praktik dan intrik
Menjadi kawan kalau beri untung
Menjadi lawan jika sudah buntung dan kudung

Kemunafikan dan pengkhianatan
Berlaku umum di dunia politik partisan
Sekarang masih diemut sebab masih manis
Akan segera dibuang begitu tawar, sepet dan amis

Bedanya
Permen karet sangat murah harganya
Bisa dibeli dan diemut siapa jugalah
Orang kaya dan orang miskin samalah

Sebaliknya
Politik sangatlah mahal dibandrol
Modalnya besar tak terkira-kira
Bikin semua kantong jebol, dobol dan ambrol

Pantas saja banyak caleg menjadi gila
Saat mereka tahu tak terpilih
Tak kuasa menanggung prahara
Karena money politics yang dipilih

Mengemut permen karet asyik, asyik, asyik
Melembungkan balon di depan bibir monyong
Membuat dada plong melompong
Rasanya asyik, mistik dan puitik

Sebaliknya
Politik timbulkan banyak stres
Menjadikan kehidupan tak lagi relaks
Membuat nafas tersedak kembang kempis

Politik membuat orang bisa bunuh diri
Ini lebih baik ketimbang jadi teroris
Membunuh rakyat sipil tak berdosa diri
Alhasil banyak orang meratap menangis
 

Kalau anda punya uang sedikit janganlah pelit
Belilah cepat seribu bungkus permen karet
Bagi ke tim sukses dua kandidat yang sedang bergulat
Mereka sedang stres berlomba berlaga merapat merepet
 


Kampanye hitam datang dari stres yang berat
Isu SARA dimainkan politikus tikus tanpa martabat
Para politikus kotor tanpa integritas diri
Tidak pernah mau berkaca diri

Buruk muka cermin dibelah
Percuma orang mengingatkan berlelah-lelah
Keinginan mereka satu sajalah:
Negeri nan permai hancur terpecah-belah!

Kunyahlah permen karet!
Wahai politikus picik mengkeret!
Wahai koruptor berderet-deret!
Supaya bisa bernafas lega saat dada mengkeret!

Hidup permen karet ret ret ret!
Bertahanlah NKRI jaya tak mengkeret!
Kenyal tak pernah putus bak kuatnya baja karet
Kendati banyak orang mau membuatmu baret

Hidup permen karet! 


oleh ioanes rakhmat
28 Mei 2014


 
Format video puisi ini terpasang di Youtube
http://youtu.be/LHVoArd_9-4

Sunday, May 25, 2014

Mitos tentang Joko Widodo (1)




Joko Widodo sama sekali bukan sosok yang lemah dan tidak tegas!

by ioanes rakhmat

Dalam mempertahankan pilihan pasangan capres dan cawapres 2014-2019, banyak orang pihak sana mendengungkan terus-menerus mitos bahwa Pak Jokowi tidak punya ketegasan seperti yang dimiliki Pak Prabowo. Kata mereka, Prabowo tegas dan kuat, sedangkan Jokowi plintat-plintut dan lemah. Benarkah?

Adalah betul bahwa Pak Jokowi tidak punya ketegasan mengomando a la militer. Tetapi beliau sudah membuktikan punya ketegasan manajerial sebagai seorang pejabat publik (Walikota Solo dan Gubernur DKI).

Dulu ketika banyak Muslim menentang Lurah Susan untuk kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, lantaran sang lurah bukan seorang Muslimah, Jokowi konsisten mempertahankan sang lurah kendatipun beliau mendapat banyak penentang. Ini sebuah ketegasan manajerial.

Saturday, May 17, 2014

Pepatah-pepatah “Memiliki Seribu”

Pandanglah dirimu memiliki seribu kaki. Dengan begitu, kamu tidak akan pernah lelah berjalan ke manapun, sekalipun ke titik terbenamnya Mentari dan ke ujung-ujung jagat raya nan tanpa batas, untuk menemukan hakikat segala yang ada.



Pandanglah dirimu memiliki seribu tangan. Dengan begitu, segala sesuatu akan dapat kamu pikul, dan penamu tidak akan pernah berhenti menulis, dan piano dan gitar lewat jari-jemarimu akan terus melantunkan madah-madah pencerahan dan perdamaian.