Sunday, July 7, 2013

Bahaya Bibliolatri. Hindarilah!





Seorang friend (sebut saja Mr K) di akun kedua Facebook saya (Ioanes Rakhmat II) beberapa hari yang lalu, lewat sebuah personal message, saya tawari buku terbaru saya, Beragama dalam Era Sains Modern (2013). Dalam message saya tersebut antara lain saya tulis bahwa buku BDESM ini sangat komprehensif memaparkan banyak temuan sains modern, yang saya perhadapkan dengan doktrin-doktrin agama. 

Tak lama setelahnya, saya mendapat balasan dari Mr K itu. Dalam balasannya itu dia menulis demikian, “Tidak bapak,,trima kasih,,cukuplah kasih Bapa yaitu Tuhan Yesus Kristus yang sudah memberikan jauh lebih unggul dari tulisan bapak yaitu Alkitab itu lebih bisa menjawab semua temuan sains modern saat ini dan yang akan datang bahkan yg tidak terungkapkan sekalipun..” 

Pertama-tama saya mau tegaskan, tidak ada masalah apapun bagi saya kalau Mr K tidak mau membeli buku BDESM. Sekian teman lain yang saya telah tawari, juga tidak memesannya. That’s fine. Nothing wrong with it.  Tetapi yang menjadi persoalan buat saya adalah pandangan-pandangannya yang tercermin lewat respons-nya itu. Ini yang saya mau share ke anda semua. 

Bagi Mr K,
  1. Bapanya adalah Tuhan Yesus Kristus; 
  2. Tuhan Yesus Kristus ini sudah memberikan Alkitab;  
  3. Alkitab itu serba menjawab semua temuan sains modern saat ini dan saat mendatang bahkan yang tidak terungkap sekalipun. Dengan kata lain, baginya Alkitab adalah sebuah buku sains yang serba komplit tanpa batas. 
Mari kita pikirkan sebentar pandangan Mr K ini.  

Pertama, dia mempunyai 3 orang bapa (bapa kandungnya sendiri yang membuatnya ada di dalam dunia; Allah yang dipanggilnya sang Bapa; dan sang Bapa sebagai Yesus Kristus). Jelas, pemahaman Mr K ini kacau balau jika ditinjau dari doktrin ortodoks Kristen tentang Tritunggal. Saya sendiri sudah lama menolak doktrin ini dan kini sudah tak berurusan lagi dengan doktrin agama Kristen apapun. Saya menegaskan posisi Mr K yang kacau balau ini berhubung dia dalam sekian kesempatan lain selalu mengklaim dirinya Kristen ortodoks. Banyak orang beragama mengaku ortodoks, tetapi anehnya tidak mengetahui ajaran-ajaran ortodoks agamanya sendiri. 

Kedua, bagi Mr K, Alkitab itu pemberian Yesus Kristus. Ini adalah doktrinnya pribadi, doktrin yang salah total, bukan pengetahuan historis tentang asal-usul Alkitab. Bagi orang sejenis Mr K, Alkitab tidak boleh dikaji secara ilmiah, sebab Alkitab berasal dari Allah yang melampaui semua ilmu. Posisi doktrinal semacam ini menjadi penyebab Alkitab yang dibawanya ke mana-mana setiap hari tidak dipahaminya dengan benar. Dia cinta Alkitab, tapi sekaligus bodoh dalam pemahamannya tentang Alkitab. 

Ketiga, memperlakukan kitab suci sebagai buku sains mencirikan dengan kuat semua bentuk keagamaan fundamentalis, sebuah posisi yang lazim dinamakan BIBLIOLATRI: memuja dan menyembah kitab suci sebagai Allah yang mahatahu, dan karena itu kitab suci juga kitab ilmu pengetahuan, kitab sains, bahkan mengungguli semua sains yang sudah ada, bahkan lagi memuat sains yang belum terungkap.  

Bibliolatri sangat tidak ortodoks, malah sebetulnya dosa syirik, sebab membuat seorang beragama menyembah sesuatu yang lain di luar diri Allah sendiri.  

Selain itu, ini yang terpenting, bibliolatri mematikan keinginan seorang beragama untuk sungguh-sungguh mempelajari sains dan mengembangkannya. Ketimbang bersusah-payah mempelajari dan memikirkan sains, para bibliolatris begitu saja menepis tugas dan kewajiban mereka ini, dengan dalih kitab suci mereka sudah memuat segala sains sampai akhir zaman. Adakah dalam dunia ini sebuah buku yang memuat segala sains, bahkan sains yang masih belum ditemukan sekarang? Ya, tidak ada sama sekali, sebab sains masih akan terus berkembang, yang satu menyusul yang lain, sampai ke masa depan yang tanpa akhir dan tanpa batas. Kalaupun ada, buku ajaib semacam ini hanya ada dalam fantasi para bibliolatris.

Anda lihat, bibliolatri menjadikan seorang beragama malas berpikir dan bermental anti-sains, dan juga membuatnya berfantasi bahwa kitab sucinya adalah kitab segala sains. Selain itu, kalau anda meminta seorang bibliolatris untuk menunjukkan sains-sains yang diklaimnya ada dalam kitab sucinya, akan makin tampak bahwa dia sebenarnya sangat bodoh di bidang sains, tetapi masih sanggup berdalih sudah memiliki segala sains di dalam kitab sucinya. Kebodohan yang bertimbun-timbun. 

Semakin banyak kaum bibliolatris dalam suatu negara, semakin bodoh penduduk negara ini, dan semakin terbelakang peradabannya. Dan ingatlah: agama apapun adalah sumber bibliolatri. Jika anda ingin cerdas beragama, hindarilah bibliolatri sedini mungkin.