Sunday, July 15, 2012

Menemukan Kebahagiaan, Bagaimana Caranya?

Budai, buddha gemuk yang selalu tertawa cerah 
dan berbahagia meskipun sangat miskin. 
Buddha ini bisa happy karena dia menjalankan filsafat puas 
dengan hidup bersahaja, tak bergantung pada kekayaan material. 
Konon, ketika anda menemukan patungnya lalu anda mengelus-elus 
perutnya yang buncit, hoki akan datang tak putus-putusnya kepada anda, 
tentu kalau anda percaya demikian!


Karena kodratnya, manusia adalah makhluk pencari dan penikmat kebahagiaan. Kita semua tahu apa itu kebahagiaan, sama seperti kita tahu apakah seseorang sedang tertawa atau tidak.

Ada banyak jalan untuk meraih kebahagiaan dan untuk mempertahankannya.


Ada orang sangat giat mencari dan menghimpun kekayaan sebanyak-banyaknya karena mereka melihat kekayaan a
dalah sumber kebahagiaan. Tentu saja kekayaan yang tersedia dan terjamin untuk jangka panjang dapat membuat orang berbahagia.

Orang yang miskin harta tentu akan mengalami kehidupan yang sulit ketika hidup dalam suatu masyarakat yang untuk segalanya orang harus membayar. Jika diharuskan memilih, anda tentu akan memilih sakit berat tapi kaya raya ketimbang sakit berat tapi sangat miskin.

Kekayaan tentu bisa mendatangkan kebahagiaan jika diperoleh dan digunakan dengan benar, buat diri sendiri dan buat orang banyak. Tapi tidak semua orang bisa kaya raya dalam kehidupan mereka, sebab ada banyak faktor terlibat untuk membuat anda kaya raya.

Dalam dunia sekarang ini ada jauh lebih banyak orang lapar dan orang miskin ketimbang orang kenyang dan orang kaya. Bahkan pada masa kini ada banyak orang menjadi sangat kaya dengan cara membuat miskin sangat banyak orang lewat banyak cara.

Jika dalam negeri anda banyak orang miskin, kemiskinan mereka bukan takdir ilahiyah, tapi terjadi karena sebab-sebab struktural dan sistemik yang ada dalam sistem-sistem pengelolaan suatu negara.

Dalam dunia sekarang ini kemiskinan skala global hanya bisa diatasi lewat perubahan struktural dan sistemik atas sistem-sistem ekonomi global. Kemiskinan skala global dalam dunia masa kini tidak bisa diatasi hanya dengan sifat murah hati dan dermawan manusia. Memberi sumbangan uang untuk orang-orang miskin lewat lembaga-lembaga keagamaan tentu boleh, tapi tak akan berdampak signifikan pada persoalan kemiskinan global.

Jelas kemiskinan berskala global juga menjadi penyebab ketidakbahagiaan berskala global yang dialami manusia. Jika kita menginginkan semua manusia hidup bahagia, kita harus memakmurkan kehidupan manusia dalam skala global. Memakmurkan 7 milyar manusia di dunia sekarang ini adalah usaha yang luar biasa sulit bahkan mustahil.

Sedikit negara kaya di dunia masa kini mustahil rela membagi kekayaan mereka untuk sangat banyak negara miskin. Tampaknya kemiskinan material yang membuat orang sengsara, tak akan bisa dihapus sama sekali dari dunia ini. Nah, jika demikian, adakah cara lain untuk membuat orang-orang miskin juga berbahagia dalam kehidupan mereka?

Selain itu, kita juga tahu ada sangat banyak orang kaya yang merasa tidak berbahagia dalam kehidupan mereka. Anda tentu lebih siap kaya tapi tak bahagia ketimbang miskin namun juga tak bahagia. Nah, adakah cara lain untuk membuat bahagia orang-orang kaya yang tidak bahagia?

Tentu masih ada cara lain untuk membuat orang berbahagia meskipun miskin, atau di tengah kekayaannya. Cara lain itu ditempuh bukan dari luar, tetapi dari dalam diri manusia itu sendiri: dari pikiran dan kesadarannya. Anda dapat me-manage pikiran dan kesadaran anda sedemikian rupa sehingga anda dapat terus berbahagia dalam segala keadaan.

Orang yang tak pernah merasa puas dengan materi yang sudah diraihnya dan berpikir mau lebih kaya lagi, telah membuat dirinya tak bahagia dari dalam. Orang yang terus mengutuki dirinya sendiri dan berontak pada Tuhannya karena hidup miskin, telah membuat dirinya makin tak berbahagia dari dalam. Orang kaya dan orang miskin yang tak berbahagia semacam itu harus merombak dan menata kembali isi pikiran dan kesadaran mereka jika mau berbahagia.

Siapa anda dan bagaimana keadaan kehidupan anda, berbahagia atau tak berbahagia, ditentukan terutama oleh isi pikiran dan kesadaran anda, yang ada dalam diri anda sendiri, bukan di luar diri anda. Orang yang me-manage pikirannya untuk bisa selalu melihat segi positif dari semua persoalannya, akan bisa tersenyum dan merasa berbahagia kendatipun harus setiap hari menghadapi seribu satu macam persoalan. Orang yang selalu melihat sisi negatif semua persoalannya, akan selalu berwajah masam dan merasa tidak berbahagia.

Manajemen pikiran dan kesadaran adalah kunci menuju kebahagiaan, lahiriah maupun batiniah. Dalam agama-agama monoteistik, orang diminta baca kitab suci dan menuruti apa yang tertulis di dalamnya, jika mau berbahagia. Tapi dalam Buddhisme, anda diminta untuk membaca, mengenali dan me-manage isi pikiran dan kesadaran anda sendiri, jika anda mau berbahagia. Ada atau tidak ada surga buat anda, ditentukan oleh apa yang mengisi pikiran dan kesadaran anda.


Oh ya, jika anda ingin bermeditasi, memeriksa batin anda, dan menemukan duka tertanam di dalamnya dan anda ingin mencabutnya, lakukanlah dengan memakai media puisi saya Mengalahkan Duka (teks-nya ada di bawah ini), yang sudah dikemas dalam bentuk video. Ini link-nya, klik saja, dan semoga anda secara bertahap terbebaskan dari duka, dari saat ke saat: http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=01FX8MaQVLE. Atau klik saja video di bawah ini. Saya bersimpati pada anda. 

Aku duduk 
diam bisu tanpa kawan
pada sebuah bangku kecil nan setia nan kokoh
mengail di pinggiran sebuah sungai kecil
di sebuah kota kecil nan damai nan asri
di kawasan utara negeri seribu kincir 
negeri yang telah menyedot habis 
darahku, sumsum-sumsumku dan cintaku 
negeri yang hingga sekonda ini selalu menimbulkan 
kepedihan yang membuat ngilu 
dan gelora dalam batinku

Aku terpana
saat kulihat seekor bebek muncul dari dalam air
begitu saja tanpa bilang-bilang ba bi bu be bo
Sedikitpun sekujur tubuhnya tak basah 
Bulu-bulunya tetap putih terang bercahaya
Air tak berdaya menaklukkan gerlap dan kering bulu-bulunya
Mungkin perlu jutaan tahun dan laksaan milenium berlalu
sampai sang air bisa mengalahkan si bebek perkasa 

Aku terhentak
Guntur santer menggelegar di langit atas
tanpa bilang-bilang ba bi bu be bo
menggelegar berkali-kali dan bertalu-talu 
Si Thor sang Dewa sedang bertingkah
memamerkan kekuatannya atas angkasa dan awan-gemawan

Tapi si bebek itu dan kawan-kawannya 
angkuh tak perduli pada Thor si perkasa
mereka terus berenang ke sana ke sini 
dan menyelam di sana dan di sini 
tanpa tenggelam tanpa terkaram

Segera kubereskan perlengkapan pancingku
dan bergegas mau pulang, pulang, pulang
Awan-gemawan gelap berat telah menggantung rendah di langit
sebentar lagi akan berguguran ke muka sang Bumi  
Hujan akan segera turun
kataku dalam hatiku dengan rasa pedih dan duka

Aku tengadah 
mengangkasa sigap berdiri 
hendak berlari, berlari, berlari 
pulang, pulang, pulang
Si Thor terlalu perkasa untuk kuhadapi dan kutaklukkan
Si Thor memedihkan hati dan batinku

Aku diterjang 
keras oleh milyaran butir-butir air yang berjatuhan menimpa Bumi 
butir-butir air dan kristal-kristal es menghujam Bumi 
menghujam semua makhluk dan semua impian 
dan semua cita-cita dan semua dambaan
Hukum gravitasi terlalu kuat untuk dilawan

Aku terpana
seluruh tubuhku dan pakaianku
dan semua yang kupegang dan semua yang kupikirkan
tak basah sedikitpun tak basah sedikitpun
Aku dapati diriku telah menjadi si bebek itu
Si Thor kini telah menjadi sang pecundang

Aku berjalan
tenang ke depan
sebagai sang pahlawan 
menembus hujan tanpa kehujanan
menembus pagar-pagar air tanpa basah dan tanpa kedinginan
Walau tak ada sesuatu pun memayungi sang badan

Kepedihan dan duka telah menghilang lenyap
Serasa berlaksa-laksa milenium telah berlalu dengan senyap
Kisah-kisah duka datang silih berganti
Yang mati hidup, dan yang hidup mati
Serasa berlaksa-laksa milenium telah berlalu sunyi

ioanes rakhmat
Jakarta, 14 Juli 2012